QADLA’ SHALAT SUBUH BERMAKMUM KEPADA ORANG YANG SHALAT HARI RAYA

 

QADLA’ SHALAT SUBUH BERMAKMUM KEPADA ORANG YANG SHALAT HARI RAYA

Bilamana kesiangan tak sempat melaksanakan shalat shubuh, maka diwajibkan untuk mengqadla’ shalat subuh nya. Bagaimana bila qadla’ shalat subuhnya bermakmum kepada orang yang melaksankan shalat I’ed?

A.     Tidak Boleh

Tidak boleh orang yang shalat qadla bermakmum kepada orang yang shalat Ied Menurut madzab Maliki, Hanafi, Hambali.

وَمِنْ شُرُوْطِ  الْإِمَامَةِ .......، فَلَا يَصِحُّ ‌اِقْتِدَاءُ مُفْتَرِضٍ بِمُتَنَفِّلِ، إِلاَّ عِندَ الشَّافِعِيَّةِ (الفقه على المذاهب الأربعة : ج 1، ص 380)

“Diantara syarat menjadi imam …....maka tidak sah orang yang mengerjakan shalat fardhu tidak boleh bermakmum kepada orang yang shalat sunnah kecuali menurut Madzhab Syafi’i” (al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba'ah, 1:380).

B.     Boleh

 Boleh melaksanakan qadla’ shalat shubuh bermakmum kepada shalat I’ed.

Teknik melakukan qadla’ shalat subuh bermakmum pada orang yang shalat I’ed ada 2 macam:

Teknik pertama: Orang yang shalat shubuh boleh mengikuti takbirnya imam yang shalat I’ed

Teknik kedua: orang yang shalat shubuh tidak mengikuti takbir imam karena takbir tersebut bukan kaifiyah shalat makmum.

أَمَّا إذَا صَلَّى الظُّهْرَ خَلْفَ الْعِيدِ أَوِ الْاِسْتِسْقَاءِ فَطَرِيقَانِ (أَحَدُهُمَا) أَنَّهُ كَصَلَاتِهِ خَلْفَ الْكُسُوفِ لِمَا فِيهِمَا مِنْ زِيَادَاتِ التَّكْبِيرَات.

)وَأَصَحُّهُمَا) وَبِهِ قَطَعَ الْمُتَوَلِّي وَغَيْرُهُ تَصِحُّ قَطْعًا لِاتِّفَاقِهِمَا فِي الْأَفْعَالِ الظَّاهِرَةِ بِخِلَافِ الْجَنَازَةِ فَإِنَّ تَكْبِيرَاتِهَا أَرْكَانٌ فَهِيَ كَاخْتِلَافِ الْأَفْعَالِ (فَإِذَا قُلْنَا) بِالصِّحَّةِ لَا يُكَبِّرُ مَعَ الْإِمَامِ التَّكْبِيرَاتِ الزَّائِدَةِ لِأَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ صَلَاةِ الْمَأْمُومِ وَلَا يَخْلُ تَرْكُهَا بِالْمُتَابَعَةِ فَإِنْ كَبَّرَهَا لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ لِأَنَّ الْأَذْكَارَ لَا تُبْطِلُ الصَّلَاةِ. (المجموع شرح المهذب : ج 5، ص 265)

“Ketika ada seseorang shalat dhuhur bermakmum kepada orang shalat id  atau shalat istisqa’ maka ada dua pendapat yang pertama hukumnya seperti shalat yang bermakmum kepada orang yang shalat gerhana karena keduanya sama-sana ada tambahan takbir. Pendapat yang Ashah (paling benar) yang dinyatakan oleh al-Mutawalli dan lain-lain adalah shalatnya tetap sah karena kedua shalat tersebut memiliki gerakan yang sama berbeda dengan shalat jenazah, karena takbirnya termasuk rukun shalat, maka hal itu sama dengan shalat yang gerakannya berbeda. Maka aku berpendapat sah shalatnya dengan tidak mengikuti takbir tambahan, karena bukan termasuk shalatnya makmum. Sehingga meskipun ditinggalkan tidak menjadikan shalatnya cacat. Tetapi apabila makmum takbir tambahan maka tidak membatalkan juga karena dzikir tersebut (takbir) tidak membatalkan shalat” (al-Majmu' Syarh al-Muhadzab, 5:265).

Posting Komentar untuk "QADLA’ SHALAT SUBUH BERMAKMUM KEPADA ORANG YANG SHALAT HARI RAYA"