TINDAKAN MAKMUM KETIKA MENGETAHUI NAJIS PADA IMAM PADA SAAT SELESAI SHALAT

 

TINDAKAN MAKMUM KETIKA MENGETAHUI NAJIS PADA IMAM PADA SAAT SELESAI SHALAT

Sesudah jamaah shalat, seorang makmum melihat ada najis yang menempel pada tubuh ataupun sarung imam, bagaimanakah seharusnya yang dilakukan? Apakah harus mengulang shalat atau tidak?

        A.     Wajib mengulang shalat

Menurut Imam Nawawi di dalam kitab Majmu’ Apabila seorang makmum melihat najis pada pakaian imam setelah shalat maka wajib mengulangi shalat jika termasuk kategori najis dhohir (tampak). Jika najis khofi maka tidak wajib mengulang shalat.

        B.    
Shalat tetap sah dan tidak wajib mengulang shalat

Menurut Imam Nawawi di dalam kitab Tahqiq dan dikuatkan oleh Imam al-Isnawiy Apabila seorang makmum melihat najis pada pakaian imam setelah shalat maka tidak wajib mengulang Shalat baik najis khofi (samar) atau najis dhohir (tampak). Diterangkan dalam kitab dan

وَلَو بَان إِمَامُهُ بَعْدَ اِقْتِدَائِهِ بِهِ كَافِرًا وَلَو مَخْفِيًا كُفْرُهُ كَزِنْدِيقٍ وَجَبَتْ الْإِعَادَةُ لِتَقْصِيْرِهِ بِتَرْكِ الْبَحْثِ عَنهُ............ ‌لَا ‌إِن ‌بَان ذَا حَدَثٍ وَلَو حَدَثًا أَكْبَرَ أَو ذَا نَجَاسَةٍ خُفْيَةٍ فِي ثَوْبِهِ أَوْ بَدَنِهِ فَلَا تَجِبُ الْإِعَادَةُ عَلَى الْمُقْتَدِي لِانْتِفَاء التَّقْصِيرِ بِخِلَافِ الظَّاهِرَة فَتَجِبُ فِيهَا الْإِعَادَةُ. (الإقناع في حل ألفاظ أبي شجاع: ج 1، ص 167)

“Jika imamnya terlihat seorang kafir meskipun kafir khofi seperti zindiq setelah selesai shalat maka bagi makmum wajib mengulangi shalat karena ia lalai tidak menyelidikinya. Tidak wajib mengulangi jika imamnya terlihat orang berhadats walaupun hadats besar atau imam yang terkena najis khofi (samar) pada pakaian atau badannya maka makmum tidak wajib mengulang shalat karena tidak ada kelalaian. Berbeda dengan najis dhohir (tampak) maka makmum wajib mengulang shalat” (al-Iqna' fi Halli al-Fadzi Abi Syuja’, 1:167).

لَا فَرْقَ فِي النَّجَاسَةِ بَيْنَ الْخَفِيَّةِ، وَالظَّاهِرَةِ، وَهُوَ مَا صَحَّحَهُ فِي التَّحْقِيقِ؛ لِأَنَّ الظَّاهِرَ مِنْ جِنْسِ الْخَفِيَّةِ وَقَالَ الْإِسْنَوِيُّ إنَّهُ الصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ وَقَضِيَّةُ كَلَامِ الْمِنْهَاجِ كَأَصْلِهِ أَنَّهُ يَجِبُ الْقَضَاءُ فِي الظَّاهِرَةِ؛ لِأَنَّهُ يُنْسَبُ فِيهَا إلَى تَقْصِيرٍ وَجَرَى عَلَيْهِ الرُّويَانِيُّ وَغَيْرُهُ وَقَالَ فِي الْمَجْمُوعِ إنَّهُ أَقْوَى، ....... وَالْخَفِيَّةُ مَا تَكُونُ بِبَاطِنِ الثَّوْبِ، وَالظَّاهِرَةُ مَا تَكُونُ بِظَاهِرِهِ. (أسنى المطالب في شرح روض الطالب: ج 1، ص 218)

“Tidak ada perbedaan antara najis khofi atau dhohir menurut pendapat yang dibenarkan oleh pengarang kitab tahqiq (Imam Nawawi), karena najis dhohir termasuk jenis najis khofi. Al-isnawiy berkata hal itu pendapat yang shahih yang terkenal. Sedangkan kesimpulan dari kalam kitab minhaj itu seperti asalnya yaitu wajib mengulang shalat ketika najis dhohir saja, karena tergolong perkara yang lalai. Imam al-Ruyaniy dan lainnya menetapkan pendapat tersebut. Imam nawawi berkata di dalam kitab al-Majmu' bahwa pendapat tersebut lebih kuat. Najis khofi adalah najis yang berada di dalam pakaian sedangkan najis dhohir adalah najis yang berada di luar baju” (Asna al-Mathalib fi Syarh raudh al-Thalib, 1:218).

Posting Komentar untuk "TINDAKAN MAKMUM KETIKA MENGETAHUI NAJIS PADA IMAM PADA SAAT SELESAI SHALAT"