SOLUSI KETIKA LUPA NIAT PUASA FARDHU
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
dengan sebuah keterbatasan. Kadang Allah menciptakan manusia dengan memiliki
daya ingat yang kuat dan terkadang manusia diciptakan memiliki daya ingat yang
rendah. Oleh karena itu, manusia juga pasti pernah mengalami lupa. Seandainya
ada orang yang lupa tidak niat puasa Fardhu di malam hari, bagaimanakah
solusinya?
Jika ada orang lupa niat puasa di malam hari dan
dia tidak sempat bertaqlid kepada Imam Malik untuk niat puasa sebulan penuh
maka dia boleh mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah yang membolehkan niat
sebelum memasuki waktu dhuhur.
(التَّبْيِيتُ) أَيْ: إيقَاعُ
النِّيَّةِ لَيْلًا أَيْ: فِيمَا بَيْنَ غُرُوبِ الشَّمْسِ وَطُلُوعِ الْفَجْرِ وَلَوْ
فِي صَوْمِ الْمُمَيِّزِ وَإِنْ كَانَ نَفْلًا؛ لِأَنَّهُ عَلَى صُورَةِ الْفَرْضِ
كَصَلَاتِهِ الْمَكْتُوبَةِ وَذَلِكَ لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ «مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ
قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ» وَالْأَصْلُ فِي النَّفْيِ حَمْلُهُ عَلَى نَفْيِ
الْحَقِيقَةِ لَا الْكَمَالِ إلَّا لِدَلِيلٍ، وَيُشْتَرَطُ التَّبْيِيتُ لِكُلِّ يَوْمٍ؛
لِأَنَّهُ عِبَادَةٌ مُسْتَقِلَّةٌ وَاخْتَلَفُوا فِي أَخْذِ هَذَا مِنْ قَوْلِهِ الْآتِي
صَوْمَ غَدٍ وَالْحَقُّ أَنَّهُ لَا يُؤْخَذُ مِنْهُ خِلَافًا لِلسُّبْكِيِّ وَمَنْ
تَبِعَهُ؛ لِأَنَّ ذَاكَ فِي الْكَمَالِ وَالْقَائِلُ بِالِاكْتِفَاءِ بِهَا فِي لَيْلَةٍ
عَنْ بَقِيَّةِ الشَّهْرِ عِنْدَهُ أَنَّ الْكَمَالَ ذَلِكَ (قَوْلُهُ؛ لِأَنَّ ذَاكَ)
أَيْ قَوْلَ الْمُصَنِّفِ الْآتِيَ إلَخْ (قَوْلُهُ وَالْقَائِلُ بِالِاكْتِفَاءِ بِهَا
إلَخْ) هُوَ الْإِمَامُ مَالِكٌ وَلَا بُدَّ مِنْ تَقْلِيدِهِ فِي ذَلِكَ كَمَا فِي
فَتْحِ الْجَوَادِ وَغَيْرِهِ وَيُسَنُّ لِمَنْ نَسِيَ فِي رَمَضَانَ حَتَّى طَلَعَ
الْفَجْرُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ النَّهَارِ؛ لِأَنَّهُ يُجْزِئُهُ عِنْدَ أَبِي حَنِيفَةَ
قَالَ فِي الْإِيعَابِ هُوَ ظَاهِرٌ إنْ قَلَّدَهُ وَإِلَّا فَهُوَ تَلَبُّسٌ بِعِبَادَةٍ
فَاسِدَةٍ فِي عَقِيدَتِهِ وَهُوَ حَرَامٌ انْتَهَى اهـ (تحفة المحتاج في شرح المنهاج
وحواشي الشرواني والعبادي: ج 3، ص 387)
Tabyit adalah melakukan niat puasa saat malam hari
yaitu waktu antara terbenamnya matahari dan terbitnya fajar shadiq meskipun
dalam puasanya anak kecil yang tamyiz. Karena hal tersebut termasuk bentuk dari
puasa fardhu seperti anak kecil yang melaksanakan shalat fardhu. Ketentuan
tersebut berdasarkan hadits shahih: “barang siapa yang tidak berniat puasa di
malam hari sebelum terbitnya fajar shadiq maka puasanya tidak sah”. Hukum asal
penafian tersebut mengandung penafian mutlak bukan sekedar menafikan
kesempurnaan ibadah tersebut kecuali ada dalil lain yang menunjukkan hal
tersebut. Tabyit itu disyaratkan dilakukan setiap hari karena termasuk ibadah
yang mustaqillah (berdiri sendiri). Para ulama’ berbeda pendapat tentang pengambilan
dasar ini dari ucapan orang yang niat: “puasa untuk hari esok”. Pendapat yang
benar adalah hal tersebut tidak diambil dari perkataan itu. Berbeda dengan
al-Subki dan pengikutnya karena perkataan mushonnif itu hanya berbicara tentang
kesempurnaan puasa. menurutnya (al-Subki) orang (Imam malik) yang berpendapat
bahwa niat itu hanya cukup dilakukan saat malam hari bulan ramadhan itu sebatas
untuk mendapat kesempurnaan puasa. Wajib bertaqlid kepadanya dalam hal tersebut
sebagaimana keterangan dalam kitab Fath al-Jawad dan lainnya. Disunnahkan bagi
orang yang lupa niat puasa ramadhan sampai terbitnya fajar untuk berniat pada
awal siang hari (sebelum dhuhur). Karena hal tersebut hukumnya sah menurut Abu
Hanifah. Dikatakan dalam kitab al-Ii’ab: pendapat itu jelas jika seseorang
bertaqlid pada abu hanifah. Jika tidak maka dia terjerumus pada ibadah yang
rusak dalam segi aqidahnya dan hal itu hukumnya haram (Tuhfah al-Muhtaj fi
Syarh al-Minhaj wa Hawasyi al-Syarwani wa al-Ibadi, 3:387).
Posting Komentar untuk "SOLUSI KETIKA LUPA NIAT PUASA FARDHU"