QOIDAH 22: TERHENTINYA AMAL(PERBUATAN) BERGANTUNG PADA ILMU

Sumber Meta Ai


 قَاعِدَةٌ(٢٢)

 تَوَقُّفُ الْعَمَلِ عَلَى الْعِلْمِ

Terhentinya amal(perbuatan) bergantung pada ilmu

لَا يَصِحُّ(1) الْعَمَلُ بِالشَّيْءِ إِلَّا بَعْدَ مَعْرِفَةِ حُكْمِهِ وَوَجْهِهِ؛ فَقَوْلُ الْقَائِلِ: "لَا أَتَعَلَّمُ حَتَّى أَعْمَلَ، كَقَوْلِهِ": لَا أَتَدَاوَى حَتَّى تَذْهَبَ عِلَّتِي، فَهُوَ لَا يَتَدَاوَى وَلَا تَذْهَبُ عِلَّتُهُ، وَلَكِنْ الْعِلْمُ ثُمَّ الْعَمَلُ ثُمَّ النَّشْرُ ثُمَّ الْإِِجَادَةُ(2)، وَبِاللّهِ التَّوْفِيقُ.


(1) في نسخة أخرى(لا يصلح)

(2) نسخ تحقيف عند محمد إدريس طيب: الإِجَادَةُ


Tidak sah mengamalkan sesuatu kecuali setelah mengetahui hukum dan tujuan di baliknya. Namun ucapan seseorang berkata: ‘Saya tidak akan belajar sampai saya beramal,’ sama dengan perkataannya: ‘Saya tidak akan berobat sampai penyakit saya hilang,’ maka dia tidak akan berobat dan penyakitnya tidak akan hilang. Namun (urutan yang benar) adalah ilmu, kemudian amal, kemudian penyebaran ilmu dan menyempurnakan, dan pertolongan datang dari Allah.


شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب :

لأهمية الموضوع يستمر الشيخ أحمد زروق في ترسخ المبدأ الذي قرره في القاعدتين السابقتين (12) و (21)؛ كما أنه لا علم بلا عمل؛ فإن العمل ينبغي أن ينطلق من العلم بحكمه الشرعي؛ فالعمل هو التطبيق العملي لما تعلمه الإنسان.

Karena pentingnya tema ini, Syekh Ahmad Zarruq terus menegaskan prinsip yang telah ditetapkannya dalam dua kaidah sebelumnya (12) dan (21). Sebagaimana ilmu tidak berarti tanpa amal, maka amal harus berlandaskan pada ilmu, sesuai dengan hukum syar'i. Amal merupakan penerapan praktis dari apa yang telah dipelajari oleh manusia.

وعليه فلا تصح الأفعال والممارسات والتصرفات إلا بعد معرفة حكم الشرع فيها؛ لذا فإن جميع أفعال المكلفين ينبغي أن تكون مقيدة بحكم الشرع: وجوبا، وندبا، وتحريما، وكراهة، وإباحة، وعزيمة ورخصة، وصحة، وبطلانا، أو شرطا أو سببا، أو علة. (علما، وعملا، ونشرا).

Oleh karena itu, segala tindakan, perilaku, dan perbuatan tidak sah kecuali setelah mengetahui hukum syariat yang mengaturnya. Dengan demikian, semua perbuatan para (mukallaf) harus terikat oleh hukum syariat, baik itu wajib, sunnah, haram, makruh, mubah, azimah, rukhsah, sah, batal, atau sebagai syarat, sebab, atau illah. (Dengan pengetahuan, amalan, dan penyebaran).

فــ"العلم دليل إلى الخيرات ومعدن البر والبركات، وهو فريضة الله على كل مكلف؛ أعني على حاله وخاصته؛ إذ لا يجوز لأحد أن يقدم على أمر حتى يعلم حكم الله فيه "(3)، إذ "لا كمال إلا بالعلم، ولا حصن للعلم إلا بالعمل؛ فلا تسمع مقالة من صدك عن واحد منهما، ولا من رجح واحدا في محل الآخر دونه؛ وباللّه قل لي: إذا كان العلم وظيفة الوقت متى تقف بين يدي الله وقفة صدق وحق؟ وإذا جعلت العمل ديدن زمانك متى تصل إلى تحقيق أعمالك؟"(4).


(3) مزيل اللبس عن أسرار القواعد الخمس.

(4) إعانة المتوجه المسكين على طريق الفتح والتمكين للشيخ أحمد زروق.


"Ilmu adalah penunjuk kepada kebaikan dan sumber keberkahan; ia adalah kewajiban Allah bagi setiap orang yang berkewajiban, yaitu sesuai dengan keadaan dan hakikatnya. Tidak boleh bagi siapa pun untuk melakukan sesuatu tanpa mengetahui hukum Allah tentangnya. Karena tidak ada kesempurnaan tanpa ilmu, dan tidak ada benteng bagi ilmu kecuali dengan amal. Oleh karena itu, janganlah kamu mendengarkan perkataan orang yang menghalangimu dari salah satu di antara keduanya, dan orang yang mengutamakan satu di antara keduanya dalam situasi yang seharusnya memperhatikan keduanya. 

Dan, demi Allah, katakanlah kepadaku: Jika ilmu adalah kewajiban waktu, kapan kamu akan berdiri di hadapan Allah dengan ketulusan dan kebenaran? dan jika kamu menjadikan amal sebagai kebiasaanmu, kapan kamu akan mencapai realisasi dari amal-amalmu?"

لذا فإن المريد ينبغي أن لا يضع قدميه في موضع إلا حيث يعلم حكم الله فيه؛ وبعد العلم ثم العمل يأتي النشر وإفادة الغير (علما عن طريق التعلم والإستفادة, وعملا عن طريق التعليم والتوجيه والاقتداء، والممارسة).

Oleh karena itu, seorang murid seharusnya tidak melangkahkan kakinya di tempat mana pun kecuali ia mengetahui hukum Allah tentangnya. Setelah memperoleh ilmu, kemudian amal, barulah barulah menyebarkan dan memberikan manfaat kepada orang lain  dan memberikan manfaat kepada orang lain, (baik itu melalui ilmu yang diperoleh dari pembelajaran dan penghayatan, maupun melalui amal yang dilakukan melalui pengajaran, bimbingan, teladan, dan praktik.)

"إن من خاف فوات العمل بعد تحصيل واجب العلم الضروري خير له من التوسع فيما ليس له حاصل ولا وراءه معنى ولا طائل"(5).


 (5)عدة المريد الصادق.


Sesungguhnya, barang siapa yang takut kehilangan kesempatan untuk beramal setelah memperoleh wajibnya ilmu doruri dan diperlukan, itu lebih baik baginya daripada memperluas dalam hal-hal yang tidak memberikan hasil, tidak ada makna di baliknya, dan tidak membawa manfaat.

 

Mutarjim

:  

Syerli Rahmawati

Contact Person

085646038928

Email

syerlirahma9@gmail.com


DAFTAR PUSTAKA

al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.

Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.

Posting Komentar untuk "QOIDAH 22: TERHENTINYA AMAL(PERBUATAN) BERGANTUNG PADA ILMU"