![]() |
Sumber Meta Ai |
قَاعِدَةٌ(٢٣)
التَّصَوُّفُ يُؤْخَذُ بِالْعَمَلِ لَا بِالْقَوْلِ
Tasawuf diambil dari amal, bukan dari ucapan
طَلَبُ الشَّيْءِ مِنْ وَجْهِهِ وَقَصْدُهُ مِنْ مَظَانِّهِ أَقْرَبُ لِتَحْصِيلِهِ. وَقَدْ ثَبَتَ أَنَّ دَقَائِقَ عُلُوْمِ الصُّوفِيَّةِ مِنَحٌ إِلَهِيَّةٌ وَمَوَاهِبُ اخْتِصَاصِيَّةٌ، لَا تُنَالُ بِمُعْتَادِ الطَّلَبِ، فَلَزِمَ مُرَاعَاةُ وَجْهِ ذَلِكَ وَهُوَ ثَلَاثَةٌ:
أَوَّلُهَا: الْعَمَلُ بِمَا عَلِمَ قَدْرَ الْاِسْتِطَاعَةِ.
الثَّانِي: اللُّجْأُ إِلَى اللّهِ فِي الْفَتْحِ عَلَى قَدْرِ الْهِمَّةِ.
الثَّالِثُ: إِطْلَاقُ النَّظَرِ فِي الْمَعَانِي حَالَ الرُّجُوعِ لِأَصْلِ السُّنَّةِ لِيُجْدَى(1) الْفَهْمُ، وَيَنْتَفِيَ الْخَطَأُ، وَيَتَيَسَّرُ الْفَتْحُ.
وَقَدْ أَشَارَ الْجُنَيْدُ رَحِمَهُ اللّهُ تَعَالَى لِذَلِكَ بِقَوْلِهِ: "مَا أَخَذْنَا التَّصَوُّفَ عَنْ الْقِيْلِ وَالْقَالِ، وَالْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ، وَإِنَّمَا أَخَذْنَاهُ عَنِ الْجُوْعِ وَالسَّهَرِ، وَمُلَازَمَةِ الْأَعْمَالِ"، أَوْ كَمَا قَالَ(2).
وَفِي الْخَبَرِ عَنْهُ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ وَرَّثَهُ اللَّهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ"(3)، وَقَالَ أَبُو سُلَيْمَانَ الدَّارَانِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ عَنْهُ(4): "إِذَا اعْتَادَتْ النُّفْوُسُ تَرْكَ الْآثَامِ جَالَتْ فِي الْمَلَكُوْتِ، وَرَجَعَتْ إِلَى صَاحِبِهَا بِطَرَائِفِ الْحِكْمَةِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُؤَدِّيَ إِلَيْهَا عَالِمٌ عِلْمًا". انتهى.
(1) نسخ تحقيف عند محمد إدريس طيب: لِيَجْرِىَ
(2) عبر بـ: "أو كما قال"؛ لأنه يروي كلام الجنيد بالمعنى.
(3) الحديث رواه ابن كثير في تفسيره لسورة العلق، كما رواه أبو نعيم في حليته، وضعفه الشوكاني.
(4) هو عبد الرحمن بن عطية من أهل داريا قرية من قرى دمشق زاهد عصره، أخذ عن جماعة منهم سفيان الثوري، وروى عنه الكثيرون منهم أحمد بن أبي الحواري تبتل طلبا للعلم، وليتفرغ للعبادة، كان له شأن عظيم في رياضة نفسه، كما اهتم بطلب المعرفة وكان يرى بأن نور القلب هو مصدرها؛ وهي الغاية من التصوف، وربط ذلك بالتقوى وهو ممن ربط الحقيقة بالشريعة له كلام جامع في مقامات التصوف توفي الداراني سنة: 215 هجرية
Mencari sesuatu langsung dari sumbernya dan tujuannya lebih dekat untuk mencapainya. Telah disepakati bahwa aspek-aspek rinci dari ilmu Tasawuf merupakan pemberian secara ilahiyah dan bakat-bakat khusus yang tidak dapat dicapai melalui cara-cara biasa. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan tiga hal:
Pertama, mengamalkan apa yang diketahui sesuai kemampuan seseorang.
Kedua, memohon pada Allah untuk kutub(pembukaan) sesuai dengan kesungguhan.
Ketiga, melepaskan pandangan terhadap makna-makna dengan tetap kembali pada dasar Sunnah agar pemahaman kealahan dapat dhindari dan, futuh menjadi mudah
Al-Junaid Ra telah menunjukkan hal ini dengan berkata: “Kami tidak mengambil Tasawuf dari perkataan dan perselisihan, tetapi kami mengambilnya dari kelaparan, begadang, dan terus menerus dalam beramal perbuatan.” Hadits yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw menyatakan: “Barangsiapa yang mengamalkan apa yang diketauhinya, Allah akan mewariskan padanya ilmu yang belum dia ketahui.” Abu Sulaiman Ad-Darani rahimahullah berkata: “Ketika jiwa-jiwa terbiasa meninggalkan dosa-dosa maka jiwa-jiwa tampak pada alam malakut, dan kembali kepada pemiliknya dengan kecerdasan hikmah tanpa diajari oleh seorang alim”.
شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب :
هل التصوف علم يدرك بالتعلم؟ أم بالمجاهدة الروحية؟ وقع خلاف في ذلك.
Apakah tasawuf adalah ilmu yang dipahami melalui pembelajaran, ataukah melalui perjuangan mujahadah ruhaniyah? Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini.
قال الغزالي: اعلم أن ميل أهل التصوف إلى العلوم الإلهامية؛ فلذلك لم يحرصوا على دراسة العلم وتحصيل ما صنفه المصنفون، والبحث عن الأقاويل والأدلة المذكورة؛ بل قالوا: الطريق تقديم المجاهدة، ومحو الصفات المذمومة, وقطع العلائق كلها، والإقبال بكنه الهمة على الله تعالى؛ ومهما حصل ذلك كان الله هو المتولي لقلب عبده والمتكفل بتنويره بأنوار العلم..."(5).
(5) إحياء علوم الدين.
Ketahuilah bahwa kecenderungan para sufi adalah kepada ilmu-ilmu yang bersifat ilham; oleh karena itu, mereka tidak terlalu memperhatikan studi ilmu dan penguasaan apa yang telah disusun oleh para penulis, serta mencari berbagai pendapat dan bukti yang disebutkan. Bahkan mengatakan bahwa thoriqoh adalah mendahulukan mujahadah kemudian, membersihkan sifat-sifat tercela, memutuskan semua ikatan, dan mengarahkan seluruh perhatian kepada Allah SWT. Dan jika semua itu tercapai, maka Allah-lah yang akan mengurus hati hamba-Nya dan bertanggung jawab untuk meneranginya dengan cahaya ilmu.
وعليه فإن المعرفة عند الصوفية تتصل بالتجربة وبالسلوك العملي أكثر من اتصالها بالفكر؛ وهذا المنهج هو الذي يسمى عندهم بمنهج الكشف والإلهام؛ وهو منهج ذوقي.
Oleh karena itu, ma’rifat menurut para sufi menghubungkan ma’rifat dengan pengalaman yang lebih banyak daripada menghubungkan dengan pemikiran ma’rifat. Metode ini disebut oleh mereka sebagai metode alkasfu wal ilham; dan metode ini adalah pendekatan yang bersifat dzauqi (pengalaman langsung).
قال مالك: "ليس العلم بكثرة الرواية، وإن السلف لم يكن أخذهم له على هذه الوجوه".
Menurut Malik: 'Ilmu itu bukan diukur dengan banyaknya riwayat, dan para salaf tidak mengambil ilmu mereka dengan cara tersebut.'
وقال الشاذلي: "ليس هذا الطريق (التصوف) بالرهبانية، ولا بأكل الشعير والنخالة؛ وإنما هو بالصبر على الأوامر واليقين في الهداية. قال تعالى:﴿وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ٢٤﴾ "[السجدة: 24].
Menurut As-Syadhili: 'Jalan ini (tasawuf) bukanlah dengan cara hidup kerahiban, atau dengan hanya memakan gandum dan dedak; melainkan ia adalah dengan bersabar atas perintah-perintah dan memiliki keyakinan dalam petunjuk. Allah berfirman: (Kami menjadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami).' [As-Sajdah: 24].
لذا قيل: "التصوف حرقة لا خرقة"، وإن كان الأمر بدأ حرقة وانتهى خرقة – أي مظهرا لا مخبرا – كما قال ابن خلدون، وكما أكد على ذلك الشيخ أحمد زروق.
أما المتكلمون فيقولون بالنظر العقلي.
Oleh karena itu, dikatakan: 'Tasawuf adalah hirqah(6), bukan khirqah(7). Meskipun pada awalnya ia mungkin tampak sebagai kepedihan dan akhirnya berwujud sebagai penampilan – yaitu hanya terlihat secara lahiriah, bukan secara batiniah – seperti yang dinyatakan oleh Ibn Khaldun, dan juga ditegaskan oleh Syekh Ahmad Zarruq. Sementara itu, para ahli kalam berpendapat dengan menggunakan rasio dan logika.
(6)dalam jami’ul usul hal. 28, dijelaskan bahwa ”hirqoh adalah salah satu bentuk tajalli yang menarik kepada fana yang mana permulaannya adalah cahaya ilahi dan akhirnya penghilangan sifat-sifat diri”
(7)dalam jami’ul usul hal. 28, dijelaskan bahwa “khirqoh tasawuf adalah pakaian yang dikenakan oleh murid dari tangan gurunya, yang memasuki kehendak murid dan bertobat di tangannya. Hal ini bertujuan untuk menghias diri dengan pakaian yang mencerminkan sifat-sifat yang diinginkan, sebagaimana pakaian zahir menutupi tubuh, yang merupakan pakaian ketakwaan baik secara lahir maupun batin. Allah (Ta'ala) berfirman: 'Dan Kami turunkan kepada kalian pakaian yang menutupi aurat kalian dan perhiasan, dan pakaian ketakwaan itu adalah yang terbaik' (Q.S. Al-A'raf: 26).”
ويعتبر الغزالي منهج المجاهدة لتحصيل المعرفة أعلى مرتبة وأرقى مناهج المعرفة؛ لأن:
العامي يقوم منهجه على التقليد.
العالم المتكلم يقوم منهجه على الاستدلال العقلي.
العارف الصوفي يقوم منهجه على المشاهدة بنور اليقين؛ وهو أعلى مناهج المعرفة، إلا أن ملخص القول عندهم في هذا المجال هو أن معرفة الله تعالى لا تدرك بالحس؛ وإنما بالقلب؛ خلافا لباقي العلوم العقلية أو التجريبية.
Al-Ghazali menganggap bahwa metode(mujahadah) untuk memperoleh pengetahuan adalah tingkatan tertinggi dan metode pengetahuan yang paling mulia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
Orang Awam : Metodenya berlandaskan pada tradisi dan mengikuti orang lain (taqlid).
Golongan mutakallim : Metodenya berlandaskan pada penalaran logis dan argumentasi (istidlal 'aqli).
sufi : Metodenya berlandaskan pada musyahadah dengan cahaya keyakinan, itu adalah metode ma’rifat tertinggi.
bahwa kesimpulan pendapat mereka dalam pembahasan ini adalah sesungguhnya ma’rifatullah itu tidak bisa dilakukan dengan panca indra, akan tetapi dengan hati, berbeda lagi sebagian ilmu yang bersifat aqliyah(logika) atau tajribiyah(praktik)
إذن فالتصوف لا يطلب بالاكتساب كبقية العلوم؛ بل يطلب بـ:
المجاهدة الروحية، والصبر على هجير وحر الطريق.
العمل بما علم قدر المستطاع؛ لأن ذلك يورث نورا في القلب.
الاعتماد على الله في الفتح؛ لأن ذلك منح إلهية يؤتيها من يشاء من عباده؛ وإن كانت مواصلة طرق الباب – مع التزام الأدب – يؤدي إلى الفتح غالبا.
الاستغراق مع الحقائق الواردة على القلب بشرط عدم مخالفتها للسنة النبوية؛ حتى لا يقع في الخطأ والوهم؛ لأن الاقتداء بالسنة في ذلك ييسر الفتح ويختصر طريق الوصول إلى الله تعالى، ويكون قد استمسك بالعروة الوثقى التي لا انفصام لها؛ لأن العلم اللدني هو إرث نبوي، ولا يمنح إلا لمن سار على هدي المعصوم صلى الله عليه وسلم.
Oleh karena itu, tasawuf tidak dicapai melalui metode penguasaan seperti ilmu lainnya; melainkan melalui:
Mujahadah Ruhiyah : Ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi panas dan kerasnya perjalanan spiritual.
Amal Berdasarkan Ilmu : Mengamalkan apa yang telah diketahui sejauh kemampuan, karena hal tersebut akan menumbuhkan cahaya dalam hati.
Bergantung kepada Allah : Dalam (pencarian) pembukaan (fath), karena itu adalah anugerah ilahi yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Apabila terus mengetuk pintu (dengan menjaga adab) maka sering kali akan mengarah pada pembukaan.
Menyerahkan Diri kepada Kebenaran : Menyerahkan diri kebenaran yang datang ke hati, dengan syarat tidak bertentangan dengan sunnah Nabi, agar tidak terjerumus dalam kesalahan atau ilusi. Karena mengikuti sunnah dalam hal ini akan mempermudah pembukaan dan mempercepat perjalanan menuju Allah SWT, serta memastikan pegangan yang kokoh yang tidak akan terputus. Karena ilmu laduni adalah warisan nabi, tidak diberikan kecuali kepada mereka yang mengikuti petunjuk Rasulullah Saw.
فمن تقيد في طريق سلوكه بما سبق علمه الله ما لم يعلم، وهداه لأقوم السبل مصداقا لقوله تعالى:﴿وَالَّذِينَ جَهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا٦٩﴾[العنكبوت: 69]؛ فلكل طاعة ثمرة تختلف عن ثمار غيرها من الطاعات؛ وهكذا يجد العارف باللّه نفسه في جنة لا حدود لثمارها ولذاذاتها المعنوية.
Maka, barangsiapa yang berpegang teguh pada jalan yang telah diajarkan oleh Allah, meskipun ia belum mengetahui semua, dan dia dibimbing kepada jalan yang paling lurus, sesuai dengan firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS. Al-Ankabut: 69)
Setiap ketaatan memiliki buah yang berbeda dari ketaatan lainnya; demikianlah, seorang yang mengenal Allah akan mendapati dirinya berada dalam surga yang tak terbatas akan buah-buahan dan kenikmatan spiritualnya.
وفي الحديث: "من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم"، فالتعليم والتعلم وحدهما عند الصوفية غير كاف؛ لأنهما يفيدان معرفة الأصول والقواعد؛ لذا طلبوا من المريد السالك التعرض لنفحات الحق بشواهد الصدق قولا وعملا وحالا.
Dalam hadis disebutkan: "Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya." Oleh karena itu, bagi para sufi, hanya mengajar dan belajar tidaklah cukup, karena hal tersebut hanya memberikan pemahaman tentang dasar dan kaidah. Maka, mereka mendorong murid yang sedang menempuh jalan untuk terbuka terhadap limpahan cahaya Ilahi melalui kesaksian kejujuran, baik dalam ucapan, tindakan, maupun keadaan batin.
قال بعض المشايخ: "إياك وطلب الدليل من خارج؛ فتفتقر إلى المعارج".
Beberapa guru sufi berkata: "Berhati-hatilah dalam mencari bukti dari luar; karena hal itu akan membuatmu bergantung pada jalur yang lebih tinggi (ma'arij)."
وقال الشيخ أحمد زروق" ... إذا كان الأمر كذلك؛ فالتعليم والتعلم لا يفيده؛ بل التعرض لنفحات الحق بشواهد الصدق، قولا وعملا، وحالا؛ لأن من عمل بما علم ورثه الله علم ما لا يعلم؛ فكان علمه من ربه لقلبه؛ وهو أتم العلوم وأجلها بعد معرفة الأصول والقواعد؛ فافهم(8). قال ابن البنا في المباحث:
(8)شرح المباحث الأصلية.
Syekh Ahmad Zarruq berkata: "Jika demikian halnya, maka pengajaran dan pembelajaran saja tidaklah cukup; melainkan yang lebih penting adalah terbuka terhadap limpahan cahaya Ilahi melalui kesaksian kejujuran, baik dalam ucapan, tindakan, maupun keadaan batin. Karena barangsiapa yang mengamalkan apa yang diketahuinya, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya; sehingga ilmunya menjadi dari Tuhannya langsung ke hatinya. Inilah ilmu yang paling sempurna dan mulia setelah pemahaman tentang dasar dan kaidah. Oleh karena itu, pahamilah." Kemudian, Ibn Al-Banna dalam tulisannya menyatakan:
إياك أن تطمع أن تحوزه ۞ من دفتر أو شعر أو أرجوزة
وإنما يعرف منه وصفا ۞ لست تراه وهو ليس يخفى
"Hati-hatilah agar tidak berharap untuk menguasai pengetahuan itu melalui buku, syair, atau puisi”.
Sebab, pengetahuan itu hanya dapat dikenali melalui sifat-sifatnya; yang tidak dapat kamu lihat, namun sebenarnya tidak tersembunyi."
يعني أن التحقق بالتصوف لا يجيزه كلام القوم في أشعارهم الرقيقة، ولا في أراجيزهم المحشوة بالحقيقة؛ لأنه أمر لا يؤخذ بالقياس، ولا بالفهم وقوة الذكاء والإيناس؛ بل هو نكتة من الحق تكشف عن القلب قناعه، ونور منه ينبسط في عوالم الحقيقة شعاعه حتى يصير الغيب في معرض العيان، ولا يفتقر المشكل لشيء من البيان؛ بل لو كشف الغطا ما ازداد صاحبه يقينا ... فكتب القوم تدل على الوصف الظاهر للتصوف دون حقيقته الباطنة على الجملة..."(9).
(9) المصدر السابق.
Artinya, pencapaian hakikat tasawuf tidak dapat diukur atau dijelaskan melalui kata-kata para sufi dalam syair-syair mereka yang indah, maupun dalam puisi mereka yang sarat dengan kebenaran. Hal ini karena tasawuf bukanlah sesuatu yang dapat dipahami melalui perbandingan, akal, atau kecerdasan semata.
Sebaliknya, tasawuf adalah cahaya Ilahi yang mengungkapkan tabir di hati, dan sinarnya menyinari alam hakiki hingga yang gaib tampak nyata. Dalam keadaan ini, tidak ada keraguan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut; bahkan jika tabir itu diangkat, tidak akan menambah keyakinan orang tersebut.
Dengan demikian, karya-karya para sufi hanya menjelaskan sifat-sifat dhohir tentang tasawuf, tanpa menyentuh hakikat batinnya secara menyeluruh.
وبناء عليه فإن دقائق علوم الصوفية منح إلهية، ومواهب اختصاصية؛ لا تنال بمعتاد طلب العلوم الشرعية الأخرى؛ بل لا بد من مراعاة وجه طلبه؛ وهي:
Oleh karena itu, rahasia-rahasia dari ilmu tasawuf adalah anugerah Ilahi, Dan karunia khusus yang diberikan; yang tidak dapat diperoleh dengan cara biasa dalam menuntut ilmu syariah lainnya; melainkan perlu diperhatikan cara dalam mencarinya; yaitu:
* العمل بما علم قدر الاستطاعة * اللجأ إلى الله في الفتح على قدر الهمة * إطلاق النظر في المعاني حال الرجوع لأصل السنة؛ ليجري الفهم، وينتفي الخطأ، ويتيسر الفتح.
Mengamalkan ilmu sesuai kemampuan *Bergantung kepada Allah dalam pencarian pembukaan sesuai dengan semangat* Melepaskan pandangan dalam memahami makna saat kembali kepada sumber asal sunnah; agar pemahaman mengalir, kesalahan dapat dihindari, dan pintu-pintu pencerahan terbuka dengan mudah.
ولقد قال الرسول صلى الله عليه وسلم: "من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم". ذلك أنه إذا اعتادت النفوس ترك الآثام جالت في الملكوت، ورجعت إلى صاحبها بطرائف الحكمة من غير أن يؤدي لها عالم علما.
Rasulullah Saw bersabda: 'Barangsiapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui, Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.' Hal ini menunjukkan bahwa ketika jiwa terbiasa meninggalkan dosa, ia akan menjelajahi alam semesta yang lebih tinggi dan kembali kepada pemiliknya dengan keindahan-keindahan hikmah tanpa harus diajari oleh seorang guru.
وقد أشار الجنيد رحمه الله لذلك بقوله: "ما أخذنا التصوف عن القيل والقال والمراء والجدال وإنما أخذناه عن الجوع والسهر وملازمة الأعمال" الرسالة القشيرية.
Imam Al-Junaid Ra, mengisyaratkan hal ini dengan mengatakan: 'Kami tidak mengambil tasawuf dari pembicaraan yang tidak berguna, perdebatan, dan argumen, tetapi kami mengambilnya dari rasa lapar, berjaga malam, dan beramal secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.
Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.
Quran Kemenag,
naqsabanndi, ahmad, ( wafat 791 H )., jamiul usul juz 3, beirut, Lebanon., (al intisyar al ‘arobi 1997).,cat. pertama
Posting Komentar untuk "QOIDAH 23: TASAWUF DIAMBIL DARI AMAL, BUKAN DARI UCAPAN"