Dzikri Fida’ merupakan dzikir
penebusan, yaitu menebus kemerdekaan diri sendiri atau orang lain dari siksaan
Allah Swt. dengan membaca: Laa Ilaha Illallah. sebanyak 71.000 (tujuh
puluh satu ribu).
Dengan demikian, dzikir fida’ adalah
upaya untuk memohonkan ampunan kepada Allah Swt. atas dosa-dosa orang yang
sudah meninggal. Diterangkan dalam hadits dari Siti Aisyah:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ
اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
قاَلَ لاَإِلهَ اِلاَّاللهُ اَحَدَ وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ مِنَ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ وَكَذَا فَعَلَهُ لِغَيْرِهِ. (خزينة الاسرار
1884)
Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia
berkata; Rasulullah bersabda: barang siapa yang membaca laa ilaaha illah
sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia menebus (siksaan) dengan bacaan
tersebut dari Allah ‘Azza Wajalla dan begitu juga hal ini bisa dilakukan untuk
orang lain. (Khazinah al-Asrar, hal.188)
Adapun dzikir fida’ ini yang
selanjutnya disebut dzikir ‘ataqah, oleh para ulama’ dibagi dua macam yakni
‘ataqah sughra yaitu membaca laa ilaaha illah sebanyak 70 ribu kali atau 71
ribu kali dan ‘ataqah kubra yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak 100 ribu
kali. Sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab Syarh al-Futuhat al-Madaniyah.
وَرُوِىَ اَنَّ الشَّيْخَ
اَباَ الرَّبِيْعِ اَلْمَالَقِيّ كاَنَ عَلىَ مَائِدَةِ طَعَامٍ وَكاَنَ قَدْ ذَكَرَ
لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ وَكاَنَ مَعَهُمْ عَلىَ الْمَائِدَةِ
شَابٌ مِنْ اَهْلِ الْكَشْفِ فَحِيْنَ مَدَّ يَدَهُ اِلىَ الطَّعاَمِ بَكَى وَامْتَنَعَ
مِنَ الطَّعَامِ فَقَالَ لَهُ الْحَاضِرُوْنَ لِمَ تَبْكِى؟ فَقاَلَ اَرَى جَهَنَّمَ
وَاَرَى اُمِّىْ فِيْهَا. قَالَ الشَّيْخُ اَبُوْ الرَّبِيْعِ: فَقُلْتُ فِىْ نَفْسِىْ
اَللَّهُمَّ اِنَّكَ تَعْلَمُ اَنِّىْ قَدْ هَلَّلْتُ سَبْعِيْنَ اَلْفاً وَقَدْ جَعَلْتُهَا
عِتْقَ اُمِّ هَذَا الشَّابِّ مِنَ النَّارِ فَقَالَ الشَّابُّ اَلْحَمْدُ لِلّهِ أَرَى
أُمِّىْ قَدْ خَرَجَتْ مِنَ النَّارِ وَمَا اَدْرِىْ ماَ سَبَبُ خُرُوْجِهَا وَجَعَلَ
هُوَ يَبْتَهِجُ وَاَكَلَ مَعَ الْجَمَاعَةِ. وَهَذَا التَّهْلِيْلُ بِهذَا الْعَدَدِ
يُسَمَّى عَتاَقَةَ الصُّغْرَى كَمَا اَنَّ سُوْرَةَ الصَّمَّدِيَّةِ إِذاَ قُرِئَتْ
وَبَلَغَتْ مِائَةَ اَلْفِ مَرَّةٍ تُسَمَّى عَاتَقَةَ كُبْرَى وَلَوْ فِيْ سِنِيْنَ
عَدِيْدَةٍ فَاِنَّ الْمُوَالاَةَ لاَتُشْتَرَطُ. اهـ (شرح الفتوحات المدنية بهامش
نصائح العباد، ص 24)
Diriwayatkan bahwa syekh Abu
al-Robi’ al-Malaqi, berada di jamuan makanan dan beliau telah berdzikir dengan
mengucapkan Laa Ilaha Ilallah 70 ribu
kali. Di jamuan tersebut terdapat seorang pemuda ahli kasyaf. Ketika pemuda itu
akan mengambil makanan tiba-tiba ia mengurungkan mengambil makanan itu, lalu ia
ditanya oleh para hadirin mengapa kamu menangis? ia menjawab, saya melihat
neraka jahanam dan melihat ibu saya di dalamnya. Kata syekh Abu al-Rafi’, saya
berkata di dalam hati, “Ya Allah, sungguh engkau mengetahui bahwa saya telah
berdzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dan saya mempergunakannya untuk
membebaskan ibu pemuda ini dari neraka”. Setelah itu pemuda tersebut berkata,
“Alhamdulillah, sekarang saya melihat ibu saya telah keluar dari neraka, namun
saya tidak tahu apa sebabnya”. Pemuda itu merasa senang dan kemudian makan
bersama dengan para hadirin. Dzikir Laa Ilaha Ilallah 70 ribu kali dinamakan
ataqoh sughroh (pembebasan kecil dari neraka), sedangkan surat al-Ikhlas jika dibaca
100 ribu kali dinamakan ataqoh kubro (pembebasan besar dari neraka) walaupun
waktu membacanya beberapa tahun, karena tidak disyaratkan berturut-turut.
(Syarh al-Futuhat al-Madaniyah Bihamisyi Nasha’ih al-Ibad, hal. 22)
Posting Komentar untuk "Dzikir Fida’"