DALIL MEMBACA SHALAWAT DI SETIAP 2 RAKA’AT TARAWIH DAN TARADHI
KEPADA KHULAFA’UR RASYIDIN DI SETIAP 4 RAKA’AT TARAWIH
Di berbagai daerah indonesia kita sering menjumpai
ketika shalat tarawih di setiap 2 raka’at atau 4 raka’at ada satu orang yang
memandu sebagai bilal tarawih. Biasanya bilal mengucapkan shalawat kepada nabi
Muhammad Saw, di setiap 2 raka’at dan membaca Taradhi di setiap 4 raka’at kemudian
jama’ah lain menyauti dengan bacaan yang telah ditentukan. Bagaimanakah hukum bacaan
tersebut?
Dalam masalah membaca shalawat dan Taradhi para
ulama menganggap suatu hal yang baik sehingga dianjurkan Bahkan mendapat pahala
dari ucapan tersebut terutama dalam bacaan shalawat yang memiliki pahala yang
besar.
Bukan termasuk bid’ah dengan catatan tidak beranggapan
bahwa hal tersebut ada kesunnahan secara khusus untuk dilakukan pada waktu
tarawih.
وَأَمَّا التَّرَضِي عَنِ الصَّحَابَةِ فَلَمْ
يَرِدْ بِخُصُوْصِهِ هُنَا كَبَيْنَ تَسْلِيمَاتِ التَّرَاوِيحِ بَلْ هُوَ بِدْعَةٌ
إِنْ أَتَى بِهِ بِقَصْدِ أَنَّهُ سُنَّةٌ فِيْ هَذَا الْمَحَلَّ بِخُصُوصِهِ لَا إِنْ
أَتَى بِهِ بِقَصْدِ كَوْنِهِ سُنَّةً مِنْ حَيْثُ الْعُمُوْمِ لِاِجْمَاعِ المُسْلِمِينَ
عَلَى سَنِّ التَّرَضِّيْ عَنْهُمْ وَلَعَلَّى الحِكْمَةَ فِي التَّرَضِّي عَنْهُمْ
وَعَنِ الْعُلَمَاءِ وَالصُّلَحَاءِ التَّنْوِيهُ بِعُلُوِّ شَأْنِهِمْ وَالتَّنْبِيْهُ
بِعَظْمِ مَقَامِهِمْ اهـ. (بغية المسترشدين: ص ٣٧)
Sedangkan mengucapkan رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ untuk
para shahabat Nabi tidak ada anjuran dari Nabi secara khusus, baik dalam adzan
ataupun diantara shalat tarawih. Bahkan hal tersebut tergolong perbuatan bid'ah
apabila melakukannya beranggapan bahwa hal tersebut ada kesunnahan secara
khusus untuk dilakukan pada waktu itu (sebelum adzan dan antara sholat
tarawih). Dan tidak tergolong bid'ah manakala melakukanya dengan tujuan bahwa
hal tersebut adalah kesunnahan secara umum, karena umat Islam telah sepakat
atas kesunnahan membaca رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ untuk para Shahabat secara umum.
Barangkali hikmah mengucapkan رَضِيَ اللهُ عَنْهُ untuk
para Shahabat Nabi, Ulama dan orang-orang shalih adalah pujian atas ketinggian
derajat mereka, dan mengingatkan kepada kita atas agungnya kedudukan mereka di
sisi Allah Swt. (Bughyah al-Mustarsyidin,
37)
وَأَمَّا الصّلَاةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ رَكَعَاتِ التَّرَاوِيْحِ الْمُعْتَادَّةُ فِي بَعْض
الْبُلْدَانِ فَهِيَ مِنْ جُمْلَةِ الْأَذْكَارِ الْمُتَقَدِّمَةِ وَهِيَ حَسَنَةٌ
وَمَطْلُوْبَةٌ وَمَرْغُوْبٌ فِيهَا عَلَى الدَّوَامِ، فَغَالِبًا مَا يُصَلِّي عَلَى
النَّبِي ثُمَّ يُعَقِّبُها دُعَاءٌ، وَيَخْتَمُ بِهَا أَيْضًا مَعَ الثَّنَاءِ عَلَى
اللهِ تَعَالَى، وَهَذَا ثَابِتٌ مُجْتَمَعٌ عَلَيْهِ، وَهُوَ مِنْ أَسْبَابِ إِجَابَةِ
الدُّعَاءِ(اتحاف الأنام بأحكام الصيام، ص 197)
Adapun
shalawat kepada Nabi SAW di antara beberapa rakaat tarawih yang sudah biasa dilakukan di
beberapa negara, yaitu kalimat zikir permulaan, adalah baik, dianjurkan dan
disunahkan secara terus menerus, pada biasanya membaca shalawat kemudian
diikuti dengan doa, dan ditutup pula dengan shalawat serta pujian kepada Allah
SWT, dan tradisi ini tetap dan telah disepakati, dan ia adalah sebab-sebab
diistijabahnya doa (Ittihaf al-Anam bi Ahkam
al-Shiyam,197).
وَأَمَّا التَرَضِّي عَلَى الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَثْنَاءَ صَلَاةِ التَّرَاوِيْحِ - بَعْدَ كُلِّ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ
- الْمُعْتَادَ فِعْلُهُ فِي بَعْضِ الْبُلْدَانِ ، فَذَكَرَ السَّيِّدُ العَلَّامَةُ
عَبْدُاللهِ بنِ مَحْفُوْظٍ الحَدَّادُ أنَّ التَّرَضِى عَنِ الْخُلَفَاءِ الْأَرْبَعَةِ
فِي صَلَاةِ التَّرَاوِيْحِ رَتَّبَهُ عُلَمَاءُ حَضْرَمَوْتَ لِأَغْرَاضٍ دِيْنِيَّةٍ
، وَجَعَلُوْهُ مِنَ السِّيَاسَةِ الشَّرْعِيَّةِ ؛ لِأَنَّ حَضْرَمَوْتَ مَرَّتٍ بِفَتْرَةَ
حَكَمَهَا فِيْهَا بَعْضُ أَهْلِ الفِرَقِ الذِيْنَ يَنْتَقِصُوْنَ بَعْضَ الصَّحَابَةِ
، فَرَتَّبُوْا ذٰلِكَ بَيْنَ رَكَعَاتِ التَّرَاوِيْحِ لِتَثْبِيْتِ احْتِرَامِ الصَّحَابَةِ
، وَهُوَ فِعْلٌ حَسَنٌ وَلَيْسَ هُوَ بِدْعَةٌ ضَلَالَةٌ وَلَا أَنَّهُ سُنَّةٌ ،
فَمَنْ فَعَلَهُ فَقَدْ أَحْسَنَ ، وَمَنْ تَرَكَهُ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ، والتَّرَضِي
عَنِ الصَّحَابَةِ دُعَاءٌ يُثَابُ عَلَيْهِ (اتحاف الأنام بأحكام الصيام، ص 201)
Membaca taradhi kepada Khalifah empat di sela-sela tarawih setiap selesai 4 raka’at
yang sudah menjadi kebiasaan di beberapa daerah. Maka Sayyid Abdullah bin
Mahfudz al-Haddad menyebutkan bahwa ulama’ Hadramaut membaca taradhi kepada Khalifah empat di sela-sela tarawih
setiap selesai 4 raka’at karena tujuan-tujuan agama sehingga mereka menjadikannya
sebuah strategi yang sesuai syariat karena di hadramaut pada beberapa waktu mengalami
masa fatrah yang mana sebagian penduduk Iraq sering mencela sebagian sahabat.
Oleh karena itu, ulama Hadramaut membaca Taradhi di sela-sela raka’at shalat tarawih
agar melanggengkan kemulyaan para sahabat nabi. Membaca taradhi adalah
perbuatan yang bagus, bukan bid'ah yang sesat, dan bukan pula sunnah. Siapa
yang mengerjakannya, maka ia telah berbuat baik, siapa yang meninggalkannya
maka tak ada dosa baginya, dan membaca radhiyaLlahu ‘anhu untuk sahabat Nabi
adalah doa yang diberikan pahala (Ittihaf al-Anam bi Ahkam al-Shiyam,201).
Posting Komentar untuk "DALIL MEMBACA SHALAWAT DI SETIAP 2 RAKA’AT TARAWIH DAN TARADHI KEPADA KHULAFA’UR RASYIDIN DI SETIAP 4 RAKA’AT TARAWIH"