TALQIN JENAZAH

 

TALQIN JENAZAH

Sering kita lihat ketika jenazah yang baru dikebumikan selalu diakhiri oleh imam atau tokoh agama dengan bacaan talqin jenazah, dan lafadz talqin adalah :

يَا فُلَانَ ابْنَ فُلَانٍ وَيَا عَبْدَ اللَّهِ ابن أَمَةِ اللَّهِ اُذْكُرْ الْعَهْدَ الَّذِي خَرَجْت عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لا اله الا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ وأن البعث حق وأن الساعة آتية لاريب فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ وَأَنَّك رَضِيت بِاَللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ إمَامًا وَبِالْكَعْبَةِ قِبْلَةً وَبِالْمُؤْمِنِينَ إخْوَانًا

Syeh Nasr al maqdisi menambahkan lafadz :

رَبِّيَ اللهُ لَا إِلٰهَ اِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

hukum talqin mayit menurut madzhab Syafi’i adalah  Sunnah

(الرَّابِعَةُ) قَالَ جَمَاعَاتٌ مِنْ أَصْحَابِنَا يُسْتَحَبُّ تَلْقِينُ الْمَيِّتِ عَقِبَ دَفْنِهِ فَيَجْلِسُ عِنْدَ رَأْسِهِ إنْسَانٌ وَيَقُولُ يَا فُلَانَ ابْنَ فُلَانٍ وَيَا عَبْدَ اللَّهِ ابن أَمَةِ اللَّهِ اُذْكُرْ الْعَهْدَ الَّذِي خَرَجْت عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لا اله الا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ وأَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَارَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ وَأَنَّك رَضِيت بِاَللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ إمَامًا وَبِالْكَعْبَةِ قِبْلَةً وَبِالْمُؤْمِنِينَ إخْوَانًا زَادَ الشَّيْخُ نَصْرٌ رَبِّيَ اللهُ لَا إِلٰهَ اِلَّا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ فَهَذَا التَّلْقِينُ عِنْدَهُمْ مُسْتَحَبٌّ مِمَّنْ نَصَّ عَلَى اسْتِحْبَابِهِ الْقَاضِي حُسَيْنٌ وَالْمُتَوَلِّي وَالشَّيْخُ نَصْرٌ الْمَقْدِسِيُّ وَالرَّافِعِيُّ وَغَيْرُهُمْ وَنَقَلَهُ الْقَاضِي حُسَيْنٌ عَنْ أَصْحَابِنَا مُطْلَقًا وَسُئِلَ الشَّيْخُ أَبُو عَمْرِو بْنُ الصَّلَاحِ رَحِمَهُ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ التَّلْقِينُ هُوَ الَّذِي نَخْتَارُهُ وَنَعْمَلُ بِهِ قَالَ وَرَوَيْنَا فِيهِ حَدِيثًا مِنْ حَدِيثِ أَبِي أُمَامَةَ لَيْسَ إسْنَادُهُ بِالْقَائِمِ لَكِنْ اُعْتُضِدَ بِشَوَاهِدَ وَبِعَمَلِ أَهْلِ الشَّامِ قَدِيمًا هَذَا كَلَامُ أَبِي عَمْرٍو

قُلْتُ حَدِيثُ أَبِي أُمَامَةَ رَوَاهُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ وَلَفْظُهُ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَزْدِيِّ قَالَ " شَهِدْتُ أَبَا أُمَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ فِي النَّزْعِ فَقَالَ إذَا مِتُّ فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمْ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ ثُمَّ لِيَقُلْ يَا فُلَانَ ابْنَ فُلَانَةَ فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلَا يُجِيبُ ثُمَّ يَقُولُ يَا فُلَانَ ابْنَ فُلَانَةَ فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا ثُمَّ يَقُولُ يا فلان ابن فُلَانَةَ فَإِنَّهُ يَقُولُ أَرْشِدْنَا رَحِمَك اللَّهُ وَلَكِنْ لا تشعرون فَلْيَقُلْ اُذْكُرْ مَا خَرَجْت عَلَيْهِ مِنْ الدُّنْيَا شَهَادَةِ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّك رَضِيت بِاَللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِالْقُرْآنِ إمَامًا فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُولُ انْطَلِقْ بِنَا مَا نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ نَعْرِفْ أُمَّهُ قَالَ فَيَنْسُبُهُ إلَى أُمِّهِ حَوَّاءَ يَا فُلَانَ ابْنَ حَوَّاءَ "  (المجموع شرح المهذب : ج 5 ص 303 )

(Keempat) menurut madzhab syafii: disunnahkan talqin jenazah setelah pemakaman,  dengan duduk diposisi kepala jenazah dengan mengucapkan, wahai fulan bin fulan, wahai hamba Allah, ucapkanlah ikrar ketika kamu keluar dari dunia saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan bahwa Surga itu benar adanya dan bahwa Neraka itu benar adanya dan bahwa hari kebangkitan itu benar adanya dan bahwa hari kiamat pasti datang dan tidak ada keraguan didalamnya, bahwa Allah pasti membangkitkan manusia dari kubur. Berikrarlah bahwa engkau telah ridlo Allah sebagai tuhanmu, Islam sebagai agamamu, nabi Muhammad sebagai nabimu, Al-Qur'an sebagai panutanmu, Ka'bah sebagai kiblatmu, dan orang-orang beriman sebagai saudaramu, kemudian Syekh Nasr menambahkan, Tuhanku adalah Allah, tidak ada tuhan yang layak disembah selain dia,  kepada-Nya aku berpasrah dan dia adalah pemilik Arsy yang agung, dan inilah talqin yang disunnahkan menurut mereka (ulama’ madzhab Syafi’i) diantaranya yang mensunnahkannya yakni Qadli Hussein, Al-Mutawali, Syekh Nasr Al-Maqdisi, Al-Rafi'i dan selainnya, dan menurut pendapat dari Qadli Hussein: para ulama’ madzhab Syafi’i itu memutlakkannya.

Saya (imam Nawawi) berpendapat bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah dari Abu al-Qasim al-Tabarani dalam kitab Mu’jam nya sanadnya adalah dloif dan redaksi hadits tersebut dari Saeed bin Abdullah al-Azdi yang berkata: Saya melihat Abu Umamah ra ketika dia dalam kondisi naza’, dia berkata, "Jika saya mati, lakukan kepadaku, seperti apa yang diperintahkan Rasulullah kepada kita." Rasulullah bersabda: “apabila salah satu dari saudara kalian mati. Ratakanlah tanah di atas kuburnya, maka hendaknya salah satu dari kalian berdiri, dan mengucapkan “ wahai Fulan bin Fulanah” sesungguhnya jenazah mendengarnya namun tidak menjawab. Kemudian dia berkata “ wahai Fulan bin Fulanah” maka sesungguhnya jenazah tersebut duduk dengan tegak. Kemudian dia berkata “ wahai Fulan bin Fulanah” maka jenazah tersebut menjawab “tuntunlah aku, semoga Allah merahmatimu”. Tetapi mereka tidak mengetahuinya. Kemudian dia berkata “ucapkanlah ikrar ketika kamu keluar dari dunia saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, Berikrarlah bahwa engkau telah ridlo Allah sebagai tuhanmu, Islam sebagai agamamu, nabi Muhammad sebagai nabimu, Al-Qur'an sebagai panutanmu” kemudian malaikat munkar dan nakir saling berpegangan tangan dan berkata : “mari kita pergi. Kita tidak akan duduk (menanyakan) di sisi orang yang telah ditalqini (dituntun) hujjahnya, Kemudian seorang sahabat laki-laki bertanya : wahai Rasulullah ! Jika dia tidak tahu ibu si mayit ?Maka Rasulullah menjawab : nisbatkan kepada Hawa’, wahai fulan bin Hawa’ ”. (Majmu’ Syar hal-Muhazdab, 2:303).

Posting Komentar untuk "TALQIN JENAZAH"