MEMBAYAR ZAKAT BAGI PETANI YANG MENCAPAI NISHAB TETAPI MASIH MEMILIKI HUTANG

Sumber Gambar: sumenepkab.go.id

MEMBAYAR ZAKAT BAGI PETANI YANG MENCAPAI NISHAB TETAPI MASIH MEMILIKI HUTANG 


Di suatu daerah ada seorang petani jagung yang akan memanfaatkan lahan nya untuk ditanami jagung dengan modal awal pinjaman sebesar 25.000.000 yang digunakan untuk operasional tanaman jagung, kemudian petani tersebut panen dan mencapai genap nishab. Ketika sudah mencapai nisab maka petani tersebut wajib mengeluarkan zakat, tetapi setelah dijual, jagung yang genap nishab tersebut laku sebesar 20.000.000, sedangkan harga modalnya lebih besar dari harga jual panen yang mencapai nishab

Pertanyaannya, apakah masih wajib membayar zakat bagi petani yang mencapai nishab tapi masih memiliki hutang ?

Jawaban :

A. WAJIB 

Karena zakat  tidak dapat mencegah kewajiban membayarkan hutang

يَحِبُ أَدَاؤُهَا أَي الزَكَاةِ وَإِنْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ مُسْتَغْرِقُ حَالٌ اللهِ أَوْ لِآدَمِيٍّ ، فَلا يَمْنَعُ الدَيْنُ وُجُوبَ الزكاةِ فِي الأَظْهَرِ اهـ وَالْفَرْقُ بَيْنَ زَكَاةِ الْمَالِ حَيْثُ إِنَّ الدَّيْنَ لَا يَمْنَعُهَا وَزَكَاةِ الفِطْرِ حَيْثُ إِنَّ الدَّيْنَ يَمْنَعُهَا عَلَى المُعْتَمَدِ عِنْدَ ابْنِ حَجَرٍ، وَشَيْخِ الإِسْلَامِ كَمَا مَرَّ - أَنَّ الْأُولَى مُتَعَلِّقَةٌ بِعَيْنِ الْمَالِ فَلَمْ يَصحَ الدَّيْنُ مَانِعًا لَهَا لِقُوَّتِهَا اهـ (إعانة الطالبين: ج ٢ ، ص١٧٥)

Mengeluarkan zakat hukumnya wajib meskipun ada tanggungan kepada Allah atau kepada manusia menurut qaul Azhar, membayar hutang itu tidak dapat mencegah kewajiban zakat. perbedaan antara zakat mal dan zakat Fitrah itu ketika zakat mal tidak dapat mencegah kewajiban untuk membayarkan nya, sedangkan zakat Fitrah ketika berhutang dia dapat mencegah memberikan zakat fitrinya menurut qaul Mu’tamad (I’anah Ath-Thalibin, juz 2, hal 175)

Menurut Qaul Jadid wajib membayar zakat atau mengeluarkan harta tersebut. Hal ini didasarkan pada sabna Rasulullah “ Pada lima ekor unta wajib zakat seekor kambing, dan pada 40 ekor kambing wajib zakat 1 ekor kambing” yang mana hadist tersebut tidak membedakan orang tersebut memiliki hutang atau tidak. 

وَالثَّانِيْ: قَالَ فِيْ الْجَدِيْدِ: (تَجِبُ فِيْهِ الزَّكَاةُ) . وَبِهِ قَالَ حَمَادُ بْنِ أَبِيْ سُلَيْمَانَ أُسْتَاذُ أَبِيْ حَنِيْفَةَ، وَرَبِيْعَةُ بْنِ أَبِيْ عَبْدُ الرَّحْمَنِ أُسْتَاذُ مَالِكࣩ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ، وَهُوَ الصَّحِيْحُ.

وَوَجْهُهُ: قَوْلُهُ ﷺ: «فِيْ خَمْسࣩ مِنَ الْإِبِلِ شَاةٌ، وَفِيْ أَرْبَعِيْنَ شَاةࣩ شَاةٌ» . وَلَمْ يُفَرِّقُ.

وَلِأََنَّ الدَيْنَ يَجِبُ فِيْ الذِمَّةِ، وَالزَّكَاةُ تَجِبُ فِيْ عَيْنِ مَالِهِ، فَلَمْ يَمْنَعْ أَحَدُهُمَا الآخَرَ، كَمَا لَوْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ، وَلَهُ عَبْدٌ، فَجَنَى (البيان في مذهب الإمام الشافعي :ج٣ ص١٤٦،١٤٧ أبو الحسين يحيى بن أبي الخير بن سالم العمراني اليمني الشافعي (ت ٥٥٨هـ))

Pendapat Kedua:

Dalam pendapat baru (qaul jadid), Imam Syafi'i mengatakan: "Wajib mengeluarkan zakat atas harta tersebut."

Pendapat ini juga dipegang oleh Hammad bin Abi Sulaiman (guru Abu Hanifah) dan Rabi'ah bin Abi Abdurrahman (guru Imam Malik). Pendapat ini dinilai lebih shahih.

Dasarnya:

1. Sabda Rasulullah ﷺ:

"Pada lima ekor unta wajib zakat seekor kambing, dan pada empat puluh ekor kambing wajib zakat seekor kambing."

Hadis ini tidak membedakan apakah seseorang memiliki hutang atau tidak.

2. Hutang adalah kewajiban di dalam tanggungan jiwa (dzimmah), sedangkan zakat adalah kewajiban yang terkait dengan harta itu sendiri. Keduanya tidak saling menghalangi, sebagaimana kasus seseorang yang memiliki hutang, tetapi memiliki budak yang melakukan tindak kejahatan, maka kewajiban atas keduanya tetap terpisah. (al-Bayan fi madzhab al imam syafi’i, hal. 66, Juz 4)

B. TIDAK WAJIB

Menurut Madzhab Syafi’i Qaul Qadim tidak wajib zakat bagi orang yang mempunyai hutang yang menghabiskan hartanya atau mengurangi hingga kurang dari nishab, hal ini didasarkan oleh riwayat utsman bin affan yang berkata: di bulan Muharram “ini adalah bulan zakat kalian. barang siapa yang memiliki hutang, maka lunasilah hutang terlebih dahulu, kemudian zakatilah sisa hartanya.”

[مَسْأَلَةٌ: اَلدَّيْنࣥ يَسْتَغْرِقُ النَِصَابَ]

وَإِذَا كَانَ لَهُ نِصَابٌ مِنَ الْمَالُ، وَعَلَيْهِ دَيْنٌ يَسْتَغْرِقُ مَالَهُ، أَوْ يَنْقِصُهُ عَنِ النِصَابِ.. فَهَل تَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ فِيْهِ؟ فِيْهِ قَوْلَانِ:

اَلْأَوَّلُ : قَالَ فِيْ الْقَدِيْمِ: (لاَ تؔجِبُ عَلَيْهِ فِيْهِ الزَّكَاةُ) . وَبِهِ قَالَ الْحَسَنُ، وَاللَيْثُ، وَالثَوْرِيْ، وَأَحْمَدُ.

وَوَجْهُهُ: مَا رُوِيَ عَن عُثْمَانَ : أَنَّهُ قَالَ فِيْ الُمحَرَّمِ: (هَذَا شَهْرُ زَكَاتِكُمْ، فَمَنْ كَانَ عَلَيْهِ دَيْنٌ.. فَلْيَقْضِهُ، ثُمَّ لِيُزَكِّ بَقِيَّةَ مَالِهِ) .

وَلِأَنَّهُ حَقٌّ يَتَعَلَّقُ بِمَالِهِ، فَمَنَعَ مِنْهُ الدَّيْنُ، كَالْحَجِّ.

(البيان في مذهب الإمام الشافعي :ج٣ ص١٤٦،١٤٧ أبو الحسين يحيى بن أبي الخير بن سالم العمراني اليمني الشافعي (ت ٥٥٨هـ))    

[Masalah: Hutang yang menghabiskan nisab]

Jika seseorang memiliki harta yang mencapai nisab, tetapi ia memiliki hutang yang menghabiskan hartanya atau mengurangi jumlahnya hingga kurang dari nisab, apakah ia tetap wajib mengeluarkan zakat atas harta tersebut? Dalam masalah ini terdapat dua pendapat:

Pendapat Pertama:

Dalam pendapat lama (qaul qadim), Imam Syafi'i mengatakan: "Tidak wajib baginya mengeluarkan zakat atas harta tersebut."

Pendapat ini juga diikuti oleh Hasan al-Bashri, al-Laits, ats-Tsauri, dan Ahmad bin Hanbal

Dasarnya:

1. Riwayat dari Utsman bin Affan yang berkata di bulan Muharram:

"Ini adalah bulan zakat kalian. Barang siapa yang memiliki hutang, maka lunasilah hutangnya terlebih dahulu, kemudian zakatilah sisa hartanya."

2. Karena hutang merupakan hak yang terkait dengan hartanya, sehingga keberadaan hutang menghalangi kewajiban zakat, sebagaimana halnya ibadah haji yang terhalang oleh hutang. (al-Bayan fi madzhab al imam syafi’i, hal. 66, Juz 4)

Penulis : Ahmad Danil Baihaqi

Perumus : Alfandy Jaelani., MT

Mushohih : H. Afif Dimyati


Daftar Pustaka


Abi Ishaq Ibrahim bin Ali bin Yusuf As Syairozi, (W 476), al- Muhadzab, Daar al- Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon, cet. Pertama 1416 H/1995 M Sebanyak 3 jilid.

Syatha, Sayyid Abu Bakar (W. 1310 H), I’anah Ath-Thalibin Daar, Al- Ihya’, Al- Kutub, Al- ‘Arabiyah Tanpa tahun, sebanyak 4 jilid.

Al-Yamani, Abi al-Husaini Yahya bin Abi Al khair bin Salim Al Imroni (W. 558 H), Al Bayan Fi Madzhab Imam Syafi'i,  Daar Al Minhaj, Mesir, sebanyak 13 jilid.

===================================================================





=====================================================================






Posting Komentar untuk "MEMBAYAR ZAKAT BAGI PETANI YANG MENCAPAI NISHAB TETAPI MASIH MEMILIKI HUTANG "