اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ 2×، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ 2×، أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ 2×، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ 2×، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ 2×، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Dan khusus adzan Subuh, sesudah kalimat حي على الفلاح (hayya ‘ala al-falah) yang kedua ditambahkan kalimat
الصلاة خير من النوم (asshalatu khairun mina an-naum) sebanyak dua kali, setelah itu baru takbir.
الصلاة خير من النوم (asshalatu khairun mina an-naum) sebanyak dua kali, setelah itu baru takbir.
Namun bagaimanakah kaifiyah atau tata cara yang baik bagi muadzin yang akan mengumandangkan adzan, adakah dalil-dalil yang menerangkannya?
Bagi seorang muadzin ketika akan adzan disunnahkan memenuhi beberapa adab atau etika di bawah ini:
- Dalam keadaan suci
- Bagus, lantang atau keras suaranya
- Berdiri di tempat yang tinggi
- Menghadap kiblat
- Menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri supaya lebih terdengar oleh orang lain
Hal ini diterangkan dalam kitab Ashal al-Madaarik:
قاَلَ خَلِيْلٌ: وَنُدِبَ مُتَطَهِّرٌ، صَيِّتٌ، مُرْتَفِعٌ، قَائِمٌ إِلاَّ لِعُذْرٍ، مُسْتَقْبِلٌ إِلاَّ لِإِسْمَاعٍ اهـ (أسهل المدارك شرح إرشاد السالك، ج 1، ص 168)
Imam Khalil berkata: (Adzan) disunnahkan dalam keadaan suci, bagus dan lantang suaranya, berada di tempat yang tinggi, berdiri kecuali karena darurat, menghadap ke kiblat kecuali supaya dapat lebih didengar. (Ashal al-Madaarik, juz 1, hal. 168)
قاَلَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى (وَلاَ بَأْسَ بِتَصَفُّحِهِ يَمِيْناً وَشِمَالاً) يَعْنِيْ أَنَّ الْمُؤَذِّنَ يَجُوْزُ لَهُ فِي حَالِ أَذَنِهِ أَنْ يَمِيْلَ بِوَجْهِهِ يَمِيْناً وَشِماَلاً لِإِسْمَاعِ النَّاسِ. قاَلَ ابْنُ حُبَيْبٍ: وَرُوِيَ أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (أَمَرَ بِلاَلاً أَنْ يَلْتَفِتَ بِوَجْهِهِ يَمِيْناً وَشِمَالاً وَبَدَنُهُ إِلَى الْقِبْلَةِ، وَنَهَاهُ أَنْ يَدُوْرَ كَمَا يَدُوْرُ الْحِمَارُ) اهـ (أسهل المدارك شرح إرشاد السالك، ج 1، ص 168)
Pengarang (Abu Bakar bin Hasan) berkata; (Tiada bahaya menghadapkan wajah ke kanan dan ke kiri) yakni sesungguhnya boleh bagi muadzin ketika adzan menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri agar terdengar orang lain. Ibnu Hubaib berkata: “Telah diriwayatkan sesungguhnya Nabi Saw. memerintahkan bilal untuk menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, dan badannya ke kiblat. Dan beliau melarang Bilal memutarkan badan seperti himar memutarkan badannya. (Ashal al-Madarik, juz 1, hal. 168)
0 Response to "Etika Bagi Muadzin ketika Mengumandangkan Adzan"
Posting Komentar