Dalam suatu acara sering kali kita jumpai
ketika ada suatu acara yang menarik dan mengesankan, kita memberikan tepuk
tangan sebagai apresiasi kepada seseorang yang membawakan acara tersebut.
Bagaimanakah hukum bertepuk tangan dalam suatu acara?
Dalam masalah ini para ulama’ memberikan
pendapat sebagai berikut:
a. Haram, jika sengaja bermain-main,
untuk menghina seseorang atau sengaja menyerupai wanita (bagi laki-laki),
karena tepuk tangan adalah kebiasaan para wanita.
b. Makruh, jika tidak sengaja bermain-main
(menurut Imam Ramli).
c. Makruh, meskipun sengaja bermain dan
berisikan irama (menurut Imam Ibnu Hajar).
d. Dianjurkan, jika diperlukan seperti sebagai
penyemangat dalam suatu acara dan lain-lain.
Hal ini diterangkan dalam kitab al-Bajuri
‘ala Fath al-Qaariib, juz 1, halaman 175.
وَاخْتَلَفَ فِي التَّصْفِيْقِ
خاَرِجَ الصَّلاَةِ، فَقِيْلَ يَحْرُمُ بِقَصْدِ اللَّعْبِ وَيُكْرَهُ
بِلاَ قَصْدِ اللَّعْبِ وَهذَا هُوَ الْمُعْتَمَدُ عِنْدَ الرَّمْلِيِّ وَقِيْلَ
يُكْرَهُ وَلَوْ بِقَصْدِ اللَّعْبِ وَإِنْ كاَنَ فِيْهِ نَوْعُ طَرَبٍ وَهَذَا
هُوَ الْمُعْتَمَدُ عِنْدَ ابْنِ حَجَرٍ في شَرْحِ اْلإِرْشَادِ، وَقِيْلَ
يَحْرُمُ إِنْ قُصِدَ بِهِ التَّشَبُّهُ بِالنِّسَاءِ لأَنَّهُ مِنْ وَظِيْفَتِهِنَّ
وَإِلاَّ كُرِهَ وَهذَا كُلُّهُ إِذَا لَمْ يُحْتَجْ إِلَيْهِ، فَإِنْ اُحْتِيْجَ
إِلَيْهِ لِتَهْيِيْجِ الذِّكْرِ كَمَا يَفْعَلُهُ الْفُقَرَاءُ أَوْ لِضَبْطِ
اْلأَنْغَامِ كَمَا يَفْعَلُهُ الْفُقَهَاءُ فِي اللَّياَلِيْ أَوْ لِتَدْرِيْسٍ
كَمَا يَفْعَلُهُ الْمُدَرِّسُوْنَ فِي الدَّرْسِ لَمْ يَحْرُمْ بَلْ رُبَّمَا
كَانَ مَطْلُوْباً .اهـ (الباجوري، ج 1 ص 175)
Terjadi perbedaan pendapat mengenai tepuk
tangan di luar shalat. Menurut satu pendapat adalah haram jika sengaja bermain
dan makruh jika tidak sengaja bermain, inilah pendapat yang kuat menurut
al-Ramli. Menurut pendapat yang lain adalah makruh, meskipun sengaja bermain
dan berisi irama, dan inilah pendapat yang kuat menurut Ibnu Hajar dalam kitab
Syarh al-Irsyad. Menurut pendapat lain adalah haram jika sengaja menyerupai
wanita, karena tepuk tangan itu adalah kebiasaan wanita. Jika sengaja begitu
maka makruh. Semua tadi adalah pendapat apabila tepuk tangan tidak diperlukan,
jika diperlukan, seperti untuk menyemangatkan dzikir sebagaimana yang dilakukan
oleh orang-orang fakir atau untuk menepatkan irama seperti yang dilakukan oleh
para fuqaha’ pada malam hari, atau untuk keperluan pengajaran seperti yang
dilakukan oleh para guru saat mengajar, maka tidak haram, bahkan
dianjurkan/diharuskan. (al-Bajuri ‘ala Fath al-Qariib, juz 1, hal. 175)
0 Response to "Hukum Bertepuk Tangan Dalam Suatu Acara"
Posting Komentar