Banyak kita jumpai budaya di masyarakat Indonesia, khususnya di
pulau Jawa yang melakukan transaksi jual beli tanaman yang belum layak panen
seperti jual beli memborong atau menebas tembakau, padi, kacang tanah,
ubi-ubian, buah durian, buah rambutan, buah keleng-keng atau tanaman dan
buah-buahan lainnya.
Dari deskripsi singkat di atas, bagaimana hukum jual beli tanaman
yang belum layak panen?
a.
Tidak boleh (tidak sah)
وَلاَ يَجُوْزُ بَيْعُ الزَّرْعِ اْلاَخْضَرِ
فِى اْلاَرْضِ اِلاَّ بِشَرْطِ
قَطْعِهِ اَوْ قَلْعِهِ (حاشية الباجورى، ج 1، ص 351)
Tidak diperbolehkan menjual tanaman yang masih
hijau (masih muda) kecuali dengan syarat langsung memotong atau mencabutnya.
(Hasyiyah al-Bajuri, juz 1, hal 351)
b.
Boleh (sah)
Menurut Imam Abu Hanifah, hukum jual beli (memborong atau menebas)
tanaman atau buah-buahan yang masih muda atau belum layak dipanen boleh atau
sah secara mutlak,
وَلاَ يَجُوْزُ بَيْعُ الثَّمْرَةِ وَ
الزَّرْعِ قَبْلَ بُدُوِّ صَلاَحِهِ مِنْ غَيْرِ شَرْطِ اْلقَطْعِ عِنْدَ مَالِكٍ وَ
الشَّافِعِى وَأَحْمَدَ، وَقَالَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ يَصِحُّ بَيْعُهُ مُطْلَقًا
(رحمة الأمة، ص 140)
Menurut Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Ahmad “Tidak diperbolehkan menjual buah-buahan dan tanaman sebelum nampak
baiknya (matang/layak panen) tanpa syarat memotongnya. Menurut Imam Abu Hanifah
diperbolehkan atau sah secara muthlaq. (Rahmah al-Ummah, hal. 140)
0 Response to "Hukum Jual Beli Tanaman yang Belum Layak Panen"
Posting Komentar