Hukum Selamatan atau Haul

     Kata ”haul” berasal dari bahasa Arab yang berarti telah lewat atau berarti tahun. Masyarakat Jawa menyebutnya ”khol utowo selametane wong mati” (haul atau selamatan untuk mendo’akan orang yang sudah meninggal) yaitu: suatu upacara ritual keagamaan untuk memperingati meninggalnya seorang ulama’ (tokoh agama, kyai) atau salah satu dari anggota keluarga.
     Dalil mengenai haul adalah berdasarkan hadits yang menerangkan bahwa junjungan kita Sayyidina Muhammad Saw. setiap tahun telah melakukan ziarah kubur pada syuhada’ Uhud (para sahabat yang gugur waktu peperangan uhud) yang kemudian diikuti oleh sahabat Abu Bakar, Umar dan Utsman pada setiap tahun. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari al-Waqidi;
عَنِ اْلوَاقِدِى قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ يَزُوْرُ شُهَدَاءَ اُحُدٍ فِيْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا بَلَغَ رَفَعَ صَوْتـَهُ فَيَقُوْلُ: سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ . ثُمَّ اَبُوْ بَكْرٍ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ (رواه البيهقى)
al-Waqidy berkata: “Nabi Muhammad Saw. berziarah ke makam syuhada’ uhud pada setiap tahun, apabila telah sampai di makam syuhada’ uhud beliau mengeraskan suaranya seraya berdo’a: keselamatan bagimu wahai ahli uhud dengan kesabaran-kesabaran yang telah kalian perbuat, sungguh ahirat adalah tempat yang paling nikmat/sebaik-baik rumah peristirahatan. Kemudian Abu Bakar pun melakukannya pada setiap tahun begitu juga Umar dan Utsman. HR. Baihaqi. (Mukhtashar Ibnu Katsir, juz 2, hal. 279)
     Sedangkan selametan pada hari ke 1 sampai hari ke 7 setelah kematian adalah tradisi orang Jawa kalau ada keluarga yang meninggal, tradisi atau budaya selametan tidaklah bertentangan dengan syara’, budaya tersebut berdasarkan pada hadits di bawah ini;
قَالَ طاَوُسُ: إِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُوْنَ فِى قُبُوْرِهِمْ سَبْعاً فَكَانُوْا يُسْتَحَبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلأَياَّمَ إِلىَ أَنْ قَالَ عَنْ عُبَيْدِ ابْنِ عُمَيْرٍ قَالَ: رَجُلاَنِ مُؤْمِنٌ وَمُناَفِقٌ فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُفْتَنُ أَربَعِيْنَ صَبَاحاً. (الحوى إلى فتوى للسيوطي، ج 2 ص 178)
Imam Thawus berkata: Seorang yang mati akan memperoleh ujian dari Allah Swt. dalam kuburnya selama 7 hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan sebuah jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. (Sampai kata-kata) Dari sahabat Ubaid Ibn Umair, dia berkata: Seorang mukmin dan seorang munafik sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi seorang mukmin akan beroleh ujian selama 7 hari, sedang seorang munafik selama 40 hari di waktu pagi. (al-Haway Ilaa Fatawa Lii al-Suyuty, juz 2 hal 178)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hukum Selamatan atau Haul"

Posting Komentar