Hukum Mengamalkan Macam-macam Shalawat dan Merayakan Maulid Nabi

Hukum Mengamalkan Macam-macam Shalawat dan Merayakan Maulid Nabi

Shighat atau bentuk bacaan shalawat kepada Nabi sangat banyak sekali macam dan jenisnya, dari berbedanya masing-masing bentuk bacaan atau shighatnya tersebut berbeda-beda pula namanya, contohnya seperti shalawat Nariyah, shalawat Burdah, shalawat Wahidiyah, shalawat al-Fatih, shalawat Ibrahimiyah, shalawat al-Banjari, shalawat Ishari, shalawat Badar, shalawat Tibbil qulub, shalawat al-Barzanji, shalawat ad-Diba’i dan masih banyak jenis salawat-salawat yang lainnya.

Dan hukum dari semua shalawat seperti shalawat yang tersebut di atas adalah boleh dan sangat dianjurkan bahkan dalam kitab Hasiyah as-Shawy juz 3 hal 246 dijelaskan bahwa barang siapa yang istiqomah mengamalkan shalawat maka dia diganjar dengan kebaikan atau keuntungan yang sangat banyak dan besar.

قوله: (أي قولوا اللهم صلِّ على محمد وسلم) أي اجمعوا بين الصلاة والسلام، وصيه الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم كثيرة لا تحصى وأفضلها ما ذكره فيه لفظ الآل والصحب، فمن تمسك بأي صيغة منها، حصل له الخير العظيم.( أبو العباس أحمد بن محمد الخلوتي (ت ١٢٤١ هـ)، حاشية الصاوي على تفسير الجلالين: ج٣ ،ص٢٤٦)

Artinya: Shalawat kepada Nabi SAW yaitu gabungan dari antara lafadz yang mengandung doa dan bentuk (redaksi) khusus atas Nabi Muhammad SAW (tidak tertuju, dan redaksi tersebut tidak bisa digunakan kepada selain Nabi Muhammad SAW, sedangkan lafadz salam itu bisa ditujukan kepada selain Nabi Muhammad SAW, seperti sesama umat Islam atau kepada keluarga dan sahabatnya), barang siapa istiqomah membaca shalawat dengan bentuk atau redaksi shalawat berbagai macam bentuk tersebut maka dia pasti memperoleh keutamaan yang sangat besar sekali. (Hasyiyah al-Shawy juz 3 hal 246).


Pada literatur lain disebutkan membaca Sholawat kepada nabi adalah sebaik baiknya bid’ah pada zaman imam Nawawi. 

قال الإمام أبو شامة شيخ النووي: ومن أحسن ما ابتدع في زماننا ما يفعل كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده ﷺ من الصدقات والمعروف، وإظهار الزينة والسرور، فإن ذلك - مع ما فيه من الإحسان للفقراء - مشعر بمحبة النبي ﷺ وتعظيمه في قلب فاعل ذلك وشكر الله تعالى على ما من به من إيجاد رسول الله ﷺ الذي أرسله رحمة للعالمين. (أبو بكر عثمان بن محمد شطا الدمياطي الشافعي (ت ١٣١٠هـ)، إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين: ج٣، ص٤١٤) 

Artinya: Dan termasuk sebaik-baik hal yang diada-adakan (bid‘ah hasanah) pada zaman kita adalah apa yang dilakukan setiap tahun pada hari yang bertepatan dengan kelahiran Nabi ﷺ, berupa sedekah, kebaikan, menampakkan perhiasan dan kebahagiaan. Karena itu di samping mengandung kebaikan bagi fakir miskin  menunjukkan rasa cinta kepada Nabi ﷺ, mengagungkan beliau dalam hati pelakunya, serta mensyukuri Allah Ta‘ala atas nikmat adanya Rasulullah ﷺ yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta. (I’anah al-Thalibin, Juz 3 hal 414)


Kebolehan membaca Sholawat serta Merayakan Maulid nabi juga dipaparkan oleh Hadrotus Syekh Hasyim Asy’ari dalam karyanya at tanbihat al wajibat liman yashnaul maulid bilmunkarot

اَلتَّنْبِيْهُ الْأَوَّلُ يُؤْخَذُ مِنْ كَلَامِ الْعُلَمَاءِ الْآتِيْ ذِكْرُهُ أَنَّ الْمَوْلِدَ الَّذِيْ يَسْتَحِبُّهُ الْأَئِمَّةُ هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ وَرِوَايَةِ الْأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِيْ حَمْلِهِ وَمَوْلِدِهِ مِنَ الْإِرْهَاصَاتِ وَمَا بَعْدَهُ مِنْ سِيَرِهِ الْمُبَارَكَاتِ ثُمَّ يُوْضَعُ لَهُمْ طَعَامٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ وَإِنْ زَادُوْا عَلَى ذَلِكَ ضَرْبَ الدُّفُوْفِ مَعَ مُرَاعَاةِ الْأَدَبِ فَلَا بَأْسَ بِذَلِكَ. (حضرة الشيخ محمد هاشيم اشعري(ت ١٣٦٦ هـ)، التنبيهات الواجبات لمن يصنع المولد بالمنكرات: ص١٠)

Artinya: Peringatan pertama: dapat diambil dari ucapan para ulama yang akan disebutkan, bahwa maulid yang disunnahkan oleh para imam adalah berkumpulnya orang-orang, membaca apa yang mudah dari al-Qur’an, meriwayatkan kisah-kisah yang datang tentang permulaan urusan Nabi ﷺ, apa yang terjadi pada masa kehamilan dan kelahirannya berupa tanda-tanda luar biasa (irhāṣāt), serta kejadian-kejadian setelahnya dari perjalanan hidupnya yang penuh berkah. Kemudian disediakan makanan untuk mereka, lalu mereka memakannya dan pulang. Jika mereka menambahkan (dalam acara itu) dengan memukul rebana (dufuf) dengan tetap menjaga adab, maka tidak mengapa dengan itu. (al-Tanbihat al-Wajibat li man Yashna’u al-Maulid bi al-Munkarat, hal 10)


Posting Komentar untuk " Hukum Mengamalkan Macam-macam Shalawat dan Merayakan Maulid Nabi"