Di Pondok Pesantren Ngalah terdapat
rutinitas shalat malam (rutinan shalat Lailatul Qodar) yang sudah berjalan
bertahun-tahun yang diikuti oleh ribuan jama’ah yang berasal dari berbagai
daerah, karena tempat sholat (masjid Aminah dan masjid Ngalah) yang tidak
menampung, sehingga jama’ah banyak meluber ke asrama-asrama santri dan ke
jalan-jalan, sehingga otomatis makmum banyak yang tidak mengetahui imam secara
langsung. Bagaimanakah hukum shalat makmum yang tidak mengetahui imamnya secara
langsung?
Dalam masalah ini, yaitu apabila imam
dan makmum tidak dalam satu tempat, seperti imam dan makmum berada di dua
bangunan yang berbeda atau imam berada di dalam masjid sedangkan makmum berada
di selain masjid, seperti rumah, surau, musholla atau di tempat yang terbuka
seperti di lapangan dan lain-lain, maka keabsahan shalat makmum diperinci
sebagai berikut:
a.
Tidak sah, apabila ada penghalang yang bisa mencegah
sampainya makmum pada imam dan atau penglihatan makmum pada imam terhalangi,
atau tidak adanya seseorang yang berdiri yang menjadi penyambung (robith).
b.
Sah, apabila memenui syarat-syarat sebagai
berikut;
Ø Jarak antara imam dan makmum atau jarak antara
makmum di dalam masjid dengan makmum yang berada di luar masjid tidak lebih
dari 300 dzira’ (-+150 meter)
Ø Tidak adanya penghalang antara imam dan makmum
yang bisa menghalangi sampainya makmum pada imam.
Ø Adanya seseorang makmum yang berdiri sebagai
penghubung (robith) antara jama’ah yang ada di dalam masjid dengan
jama’ah yang berada di luar masjid.
Keterangan dari kitab Fath al-Mu’in Hamisy I’anah al-Thalibin, juz
2, hal. 28.
(وَلَوْ كَانَ أَحَدُهُمَا
فِيْهِ) أَيِ الْمَسْجِدِ (وَاْلآخَرُ خَارِجَهُ شُرِطَ) مَعَ قُرْبِ الْمَسَافَةِ
بِأَنْ لاَ يَزِيْدَ مَا بَيْنَهُمَا عَلَى ثَلَثِ مِائَةِ ذِرَاعٍ تَقْرِيْباً
(عَدَمُ حَائِلٍ) بَيْنَهُمَا يَمْنَعُ مُرُوْرًا أَوْ رُؤْيَةً (أَوْ وُقُوْفَ
وَاحِدٍ) مِنَ الْمَأْمُوْمِيْنَ (حِذَاءَ مَنْفَذٍ) فِي الْحَائِلِ إِنْ كاَنَ
كَمَا إِذَا كَاناَ بِبِناَءَيْنِ كَصُحْنٍ وَصِفَةٍ مِنْ دَارٍ أَوْ كَانَ
أَحَدُهُمَا بِبِنَاءٍ وَاْلآخَرُ بِفَضَاءٍ فَيُشْتَرَطُ أَيْضًا هُناَ مَا مَرَّ
فَإِنْ حَالَ مَا يَمْنَعُ مُرُوْرًا كَشَباَكٍ أَوْ رُؤْيَةً كَباَبٍ مَرْدُوْدٍ
وَإِنْ لَمْ تُغْلَقْ ضَبْتُهُ اهـ (فتح المعين هامش اعانة الطالبين، ج 2، ص 28)
0 Response to "Hukum Shalat Makmum yang Tidak Mengetahui Imamnya"
Posting Komentar