Dari dahulu masyarakat Indonesia marak melakukan ziarah makam para
wali. Ziarah makam para wali yaitu mendatangi makam seseorang yang dianggap
sebagai waliyullah (orang yang dekat dengan Allah Swt.) yang berada di wilayah
tertentu. Seperti di pulau jawa terdapat makam wali songo dan wali-wali
lainnya.
Tujuan melakukan ziarah selain untuk mengingatkan kepada kematian
juga untuk mengharap limpahan barokah (berkah) yang diyakini dapat mengalir
dari do’a para wali tersebut. Ada sebagian orang berpendapat bahwa mengharap
barokah itu termasuk syirik. Benarkah anggapan tersebut?
Sebelum membahas tentang hukum mengharap barokah terlebih dahulu
kita harus mengetahui pengertian barokah. Menurut Imam Syamsudin al-Syakhawi
barokah adalah: Berkembang dan bertambah-nya kebaikan dan kemulyaan. Hal ini
diterangkan dalam kitab al-Qaul al-Badi’ Fii al-Shalati ‘ala al-Habibi
al-Syafi’:
اَلْمُرَدُ بِالْبَرَكَةِ اَلنُّمُوُّ
وَالزِّياَدَةُ مِنَ الْخَيْرِ وَالْكَرَمَةِ. (القول
البديع فى الصلاة على الحبيب الشفيع، ص 91)
Yang dimaksud dengan barokah adalah berkembang dan bertambahnya
kebaikan dan kemulyaan. (al-Qaul al-Badi’ Fii al-Shalati ‘ala al-Habibi
al-Syafi’, hal. 91)
Barokah itu ada yang diletakkan pada diri seseorang atau atsar
(hal-hal yang membekas, memberikan kesan berupa jasa atau yang lain) dari
seseorang. Mengenai dalil yang menerangkan barokah yang terdapat pada diri
seseorang adalah perkataan Imam Mujahid dan Imam Atho’ dalam kitab Tafsir
al-Baghawy;
(وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا
أَيْنَ مَا كُنْتُ) اَىْ نَفَّاعًا حَيْثُ مَا تَوَجَّهْتُ. وَقَالَ مُجَاهِدٌ
مُعَلِّمًا لِلْخَيْرِ، وَقَالَ عَطَاءٌ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ وَإِلَى
تَوْحِيْدِهِ وَعِبَادَتِهِ. وَقِيْلَ مُبَارَكاً عَلَى مَنْ تَبِعَنِيْ (تفسير
البغوى، ج 3، ص 233)
Dan Dia (Allah) menjadikan aku (Nabi Isa as) seorang yang
diberkati di mana saja aku berada) yaitu berguna di manapun aku menghadap. Imam
Mujahid berkata: Mengajarkan kebaikan. Imam Atho’ berkata: Aku berdo’a kepada
Allah, dan mengesakan-Nya juga menyembah-Nya. Dan dikatakan diberkahi atas
orang yang mengikutiku (Nabi Isa As.). (Tafsir al-Baghawy, juz 3, hal. 233)
Adapun dalil yang menerangkan barokah yang terdapat pada atsar
seseorang adalah hadits sebagai berikut;
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ مَوْلَى أَسْمَاءَ عَنْ
أَسْمَاءَ قَالَ أَخْرَجَتْ إِلَيَّ جُبَّةً طَيَالِسَةً عَلَيْهَا لَبِنَةُ
شَبْرٍ مِنْ دِيبَاجٍ كِسْرَوَانِيٍّ وَفَرْجَاهَا مَكْفُوفَانِ بِهِ قَالَتْ
هَذِهِ جُبَّةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَلْبَسُهَا كَانَتْ عِنْدَ عَائِشَةَ فَلَمَّا قُبِضَتْ عَائِشَةُ قَبَضْتُهَا
إِلَيَّ فَنَحْنُ نَغْسِلُهَا لِلْمَرِيضِ مِنَّا يَسْتَشْفِي بِهَا (مسند أحمد بن
حنبل، باب حَدَّثَنَا أَسْمَاءُ بنت أبي بكر الصديق، رقم 25705)
Telah bercerita kepadaku Yahya bin Sa’id dari Abdul Malik, beliau
berkata: Abdullah budaknya Asma’ binti Abu Bakar ra, menceritakan dari Asma’,
dia berkata; Asma’ memperlihatkan kepadaku pakaian yang berlubang yang berjahit
sutra, lalu asma berkata, ini adalah pakaian Rasulullah Saw. yang pernah beliau
pakai. Pakaian itu dulu disimpan oleh ‘Aisyah ra. Ketika Aisyah ra. Wafat, saya
yang menyimpannya. Kami selalu mencelupnya ke air untuk mengobati orang yang
sakit dari kalangan kami. (Musnad Ahmad bin Hambal bab Hadatsana Asma’ binti
Abu Bakar as-Shiddiq, [25705]).
Berdasarkan paparan di atas, hukumnya boleh mencari barokah
(berkah) dengan berziarah ke makam-makam para wali, dengan catatan tidak
meyakini bahwa tempat itulah yang memberikan berkah, akan tetapi hanya Allah
Swt. semata yang memberikan barokah.
0 Response to "Mengharap Barokah"
Posting Komentar