Khutbah merupakan rukun shalat
Jum’at yang dilakukan dengan tujuan untuk mengajak kepada para jama’ah untuk
selalu meningkat-kan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. sehingga perlu
adanya pemahaman pada para jama’ah tentang isi yang akan disampaikan. Bagaimanakah
menerjemahkan khutbah dengan bahasa Indonesia selain rukun khutbah tersebut?
Dalam hal ini terjadi perbedaan
pandangan
a. Sebagian ulama’ memandang khutbah Jum’at yang disampaikan dengan bahasa
Indonesia (selain bahasa Arab) dianggap tidak mencukupi keabsahannya karena
dinilai sebagai laghwun bahkan dianggap memutus rukun-rukun khutbah.
b. Ulama’ Syafi’iyah sepakat bahwa diperbolehkan menerjemahkan selain rukun
khutbah, asal tetap pada prinsip mengajak kepada kebaikan dan tidak keluar dari
tujuan khutbah sebagaimana diterangkan dalam al-Bujairami, juz 1, hal. 389.
لَوْ كاَنَ مَا
بَيْنَ أَرْكاَنِهِمَا بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ لَمْ يَضُرَّ قاَلَ م ر مَحَلُهُ
ماَ إِذَا لَمْ يُطِلْ الفَصْلُ بِغَيْرِ الْعَرَبِيَةِ وَإِلاَّ ضَرَّ
لِإِخْلاَلِهِ بِالْمُوَالاَةِ كَالسُّكُوْتِ بَيْنَ اْلأَرْكاَنِ إِذَا طَالَ
بِجَامِعٍ أَنَّ غَيْرَ الْعَرَبِيِّ لَغْوٌ لاَ يُحْسَبُ لِأَنَّ غَيْرَ
الْعَرَبِيِّ لاَ يُجْزِئُ مَعَ الْقُدْرَةِ عَلَى الْعَرَبِيِّ فَهُوَ لَغْوٌ سم
وَالْقِياَسُ عَدَمُ الضَّرَرِ مُطْلَقًا وَيُفْرَقُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
السُّكُوْتِ بِأَنَّ فِي السُّكُوْتِ إِعْرَاضًا عَنِ الْخُطْبَةِ بِالْكُلِّيَةِ
بِخِلاَفِ غَيْرِ الْعَرَبِيِّ فَإِنَّ فِيْهِ وَعْظًا فِي الْجُمْلَةِ فَلاَ
يَخْرُجُ بِذَلِكَ عَنْ كَوْنِهِ مِنَ الْخُطْبَةِ ع ش (حاشية البجرمي، ج
1، ص 389)
Yakni
seandainya antara rukun-rukun khutbah memggunakan selain bahasa Arab boleh
saja, (Imam Ramli berpendapat) selama pemisahan dengan selain bahasa Arab itu
tidak panjang. Jika pemisahan tersebut panjang maka tidak boleh karena dapat
merusak ketersambungan khutbah sama seperti diam dalam waktu yang lama di
antara rukun-rukunnya. Sesungguhnya khutbah selain bahasa Arab itu dianggap
gurauan yang tidak punya nilai, karena khutbah dengan selain bahasa Arab tidak
mencukupi selama ia (khotib) mampu berbahasa Arab. Menurut hukum qiyas
penggunaan selain bahasa arab itu diperkenankan secara mutlak, dan perbedaan
khutbah selain bahasa arab dengan diam adalah sesungguhnya dalam diam itu
menunjukkan berpaling dari khutbah secara keseluruhan, sedangkan khutbah selain
bahasa arab mengandung nasehat maka tidak keluar dari pengertiannya sebagai khutbah.
(al-Bujairami, juz 1, hal.389)
0 Response to "Menterjemahkan Khutbah dengan Bahasa Indonesia"
Posting Komentar