Shalat ghaib adalah shalat yang jenazahnya tidak berada di tempat.
Bisa jadi jenazahnya sudah dimakamkan atau berada di tempat lain. Hal ini biasa
dan bisa dilakukan dimana saja, apalagi ketika yang meninggal adalah para
ulama’. Bagaimana hukum pelaksanaan shalat ghaib tersebut?
a. Sah, jika jenazah berada diluar daerah atau sudah dimakamkan. Berdasarkan hadist Nabi, bahwa Rasulullah SAW menshalati orang Najasyi Ra. di Madinah ketika dia wafat di Habasyah. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Nihayah al-Zain, hlm. 159:
وَتَصِحُّ الصَّلاَةُ عَلَى غَا ئِبٍ عَنْ
بَلَدٍ لِأَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى النَّجَاشِي رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ بِالْمَدِيْنَةِ يَوْمَ مَوْتِهِ بِاْلحَبَشَةِ (نهاية الزين، ص 159)
Dan dijelaskan dalam kitab Sunan Ibn Majâh, juz I, hlm. 481:
1532 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ حَمِيْدٍ، حَدَّثَنَا مِهْرَانُ بْنُ
أَبِي عُمَرَ، عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ عَلْقَمَةَ ابْنِ مَرْثَدٍ، عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ،
عَنْ أَبِيْهِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى علَىَ مَيِّتٍ
بَعْدَ مَا دُفِنَ.
b. Tidak sah, jika jenazah masih dalam satu daerah dan belum dimakamkan. Berdasarkan keterangan dalam kitab Nihayah al-Zain, hlm. 159:
“Tidak sah shalat mayit di suatu daerah yang memungkinkan untuk
datang, namun dia tidak menghadirinya: walaupun daerah tersebut luas dan mudah
dijangkau”.
0 Response to "Shalat Ghaib"
Posting Komentar