Tahlil berasal dari kata
هَلَّلَ - يُهَلِّلُ – تَهْلِيْلاً
yang berarti membaca kalimat
لااله الا الله
.
Sedangkan tahlil menurut pengertian yang ber-kembang di masyarakat adalah
membaca kalimat thayyibah (shalawat, tahlil, istighfar, fatihah, surat ikhlas,
mu’awwidzatain, dan lain-lain) yang pahalanya ditujukan kepada arwah keluarga
yang bersangkutan.وَالَّذِيْنَ جَاءُوْ
مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ
سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ (سورة الحشر: 10)
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, ampunilah
kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan
janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman; Ya Tuhan kami, Sesungguh Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang". (Qs. al-Hasyr: 10)
عَنِ النَّـِبيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ (كَلِمَتاَنِ خَفِيْفَتاَنِ عَلىَ اللِّسَانِ
ثَقِيْلَتاَنِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتاَنِ إِلىَ الرَّحْمنِ سُبْحاَنَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ) رواه البخارى
(أحاديث مخترة من الصحيحين)
Rasul bersabda: dua kalimat yang ringan bagi lisan dan berat (timbangan
kebijakannya) di Mizan (timbangan amal akhirat), dan dicintai oleh Dzat yang
mempunyai belas kasih adalah kalimat Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil
adzim. (HR. Bukhari dalam kitab Ahadits Mukhtar min as-Shahihain)
قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ماَ الْمَيِّتُ فِى قَبْرِهِ إِلاَّ كاَلْغَرِيْقِ
الْمَتَغَوِّثِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحَقُهُ مِنْ أَبِيْهِ أَوْ أَخِيْهِ أَوْ صَدِيْقِ
لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كاَنَ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْياَ وَمَا فِيْهَا وَإِنَّ
هَدَاياَ اْلأَحْياَءِ لِلْأَمْوَاتِ اَلدُّعاَءُ وَاْلاِسْتِغْفاَرُ
Rasulullah Saw. Bersabda: tiada
seorang pun dari mayit dalam kuburnya kecuali dalam keadaan seperti orang
tenggelam yang banyak meminta tolong, dia menanti doa dari ayah dan saudara
atau seorang teman yang ditemuinya, apabila ia telah menemukan doa tersebut,
maka doa itu menjadi sesuatu yang lebih dicintai dari pada dunia dan seisinya,
dan apabila orang yang masih hidup ingin memberikan hadiah kepada orang yang
sudah meninggal dunia adalah dengan doa dan istighfar’. (Ihya’ Ulum al-Din, juz
4, hal. 476)
Dengan demikian tahlil yang berisi
doa, istighfar, bacaan al-Qur’an, tasbih, bacaan Laa Ilaha Ilallah dan kalimat
thoyyibah lainnya merupakan hadiah dari orang yang masih hidup kepada orang
yang telah mati.
Kesimpulannya, selamatan dan tahlil
atau melakukan do’a bersama memohon keselamatan, baik bagi yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal adalah memiliki dasar dan tidak bertentangan dengan
syariat agama.
Posting Komentar untuk "Tahlil"