KEGIATAN IBADAH ORANG AWAM YANG SESUAI DENGAN SALAH SATU MADZHAB MU’TABARAH

 

KEGIATAN IBADAH ORANG AWAM YANG SESUAI DENGAN SALAH SATU MADZHAB MU’TABARAH

Pada dasarnya, segala bentuk amal perbuatan yang dilakukan seorang mukallaf harus didasari dengan taqlid terhadap mazhab tertentu. Haram hukumnya melakukan aktivitas apapun sebelum mengetahui hukumnya (tanpa bertaqlid). Hanya saja keharaman tersebut berlaku bagi orang yang memiliki cukup waktu untuk digunakan belajar. Sementara jika tidak memungkinkan, seperti tersibukkan dengan urusan nafkah keluarga, maka hal tersebut tidak menyebabkannya berdosa.

Ketentuan di atas melihat dari sisi berdosa dan tidaknya dalam meninggalkan taqlid. Sementara mengenai keabsahan aktivitas yang dilakukan, yang kebetulan sesuai dengan salah satu mazhab yang diakui, terdapat perbedaan di kalangan ulama sebagai berikut :

· Pendapat mayoritas ulama, di antaranya Sayyid Sulaiman bin Yahya dan Sayyid Umar menyatakan sah secara mutlak. Hal ini sebagai bentuk kelapangan syariat terhadap hamba-hamba Allah.

·      Pendapat kedua; tidak sah secara mutlak.

·     Pendapat ketiga; sah dalam urusan mu’amalah saja, bukan persoalan 'ubudiyyah. Pendapat ini mempertimbangkan bahwa dalam mu’amalah tidak membutuhkan niat, berbeda dengan persoalan 'ubudiyyah yang membutuhkan niat.

وَعِبَارَةُ ب وَمَعْنَى التَّقْلِيدِ اعْتِقَادُ قَوْلِ الْغَيْرِ مِنْ غَيْرِ مَعْرِفَةِ دَلِيلِهِ فَيَجُوزُ تَقْلِيدُ الْقَولِ الضَّعِيفِ لِعَمَل نَفْسِهِ كَمُقَابِلِ الْأَصَحِّ وَالْمُعْتَمَدِ وَالْأَوْجَهِ وَالْمُتَّجَهِ لَا مُقَابِلِ  الصَّحِيحِ لِفَسَادِهِ غَالِباً، وَيَأْثَمُ غَيْرُ الْمُجْتَهِدِ بِتَرْكِ التَّقْلِيدِ نعم إِنْ وَافَقَ مَذْهَباً مُعْتَبَراً، قَالَ جَمْعٌ : تَصِحُّ عِبَادَتُهُ وَمُعَامَلَتُهُ مُطْلَقاً، وَقَالَ آَخَرُونَ : لَا مُطْلَقاً، وَفَصَّلَ بَعْضُهُمْ فَقَالَ : تَصِحُّ الْمُعَامَلَةُ دُونَ الْعِبَادَةِ لِعَدَمِ الْجَزْمِ بِالنِّيَّةِ فِيهَا وَقَالَ الشَّرِيْفُ الْعَلَّامَةُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بنِ عَبْدِ اللّهِ بِالْفَقِيْهِ وَيَظْهَرُ مِنْ عَمَلِ وَكَلَامِ الْأَئِمَّةِ أَنَّ الْعَامِيَّ حَيْثُ عَمِلَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ حُکْمُ شَرْعِي وَوَافَقَ مَذْهَباً مُعْتَبَرًا، وَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ عَيْنَ قَائِلِهِ صَحَّ مَا لَمْ يَكُنْ حَالُ عَمَلِهِ مُقَلِّدًا لِغَيْرِهِ تَقْلِيدًا صَحِيحًا اهـ .قُلتُ: وَنَقَلَ الْجَلَالُ السُّيُوطِي عَنْ جَمَاعَةٍ كَثِيْرَةٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ أَنَّهُمْ كَانُوا يَفْتُونَ النَّاسَ بِالْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ، لَا سِيَّمَا الْعَوَامُ الَّذِينَ لَا يَتَقَيِّدُونَ بِمَذْهَبِ وَلَا يَعْرِفُون قَوَاعِدَهُ وَلَا نُصُوصَهُ، وَيَقُولُونَ حَيْثُ وَافَقَ فِعْلُ هَؤُلَاءِ قَوْلَ عَالِمٍ فَلَا بَأْسَ بِهِ اهـ مِنَ الْمِيزَانِ. نَعَمْ فِي الْفَوَائِدِ الْمَدَنِيَّةِ لِلْكُرْدِي أَنَّ تَقْلِيدَ الْقَوْلِ أَوِ الْوَجْهِ الضَّعِيفِ فِي الْمَذْهَبِ بِشَرْطِهِ أَوْلَى مِنْ تَقْلِيدِ مَذْهَبِ الْغَيْرِ لِعُسْرِ اجْتِمَاعِ شُرُوْطِهِ اهـ (بغية المسترشدين، ص 9-10)

Makna taqlid adalah meyakini pendapat orang lain tanpa mengetahui dalilnya. Maka boleh taqlid pada pendapat dho’if (lemah) untuk diamalkan sendiri seperti mengamalkan lawan dari pendapat Ashah, Mu’tamad, Aujah, dan Qaul Muttajah, namun tidak boleh mengamalkan muqabil (kebalikan) dari pendapat Shahih karena pada umumnya termasuk pendapat yang rusak. Sehingga orang yang bukan mujtahid berdosa Ketika meninggalkan taqlid. Seandainya perbuatan orang awam (orang yang bukan mujtahid) sesuai dengan madzhab yang mu’tabar, menurut mayoritas ulama ibadah dan mu’amalahnya itu mutlak sah. Namun ulama lain berpendapat: mutlak tidak sah. Pendapat yang lain mengatakan: Hanya sebatas masalah mu’amalah saja yang sah, karena dalam muamalah tidak membutuhkan niat (Bugyah al-Musytarsidin, 9-10).


<<sebelumnya   selanjutnya>>

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KEGIATAN IBADAH ORANG AWAM YANG SESUAI DENGAN SALAH SATU MADZHAB MU’TABARAH"

Posting Komentar