MADZHAB-MADZHAB YANG DIAKUI
Sebenarnya mazhab-mazhab ulama fiqh tidak
hanya terbatas pada empat mazhab yang kita kenal saja (Hanafi, Maliki,
Syafi'i dan Hambali). Hanya saja selain empat mazhab tersebut, mayoritas
tidak terbukukan dengan rapi, sehingga tidak menjamin kevalidan mazhab-mazhab
tersebut terhadap mazhab terkait, sehingga megakibatkan ketidakjelasan
konsep-konsepnya. Hal itu terjadi karena para penerus dari mazhab-mazhab
tersebut kurang begitu memperhatikan keberlangsungan mazhab imamnya, hingga
pada akhirnya mazhab tersebut punah dengan sendirinya ditelan zaman. Berbeda
dengan empat mazhab yang kita kenal saat ini. Para murid dan penerusnya sampai
sekarang masih ada dan teguh dalam mempertahankan mazhab imamnya.
Dengan pertimbangan tersebut, para ulama
sepakat (ijma’) bahwa tidak diperbolehkan taqlid pada selain
empat mazhab yang telah kita kenal selama ini.
Hanya saja, dalam perkembangan selanjutnya,
terdapat beberapa perincian dan perbedaan pendapat ulama berkenaan dengan taqlid
pada selain mazhab empat. Berikut ini khulashah (kesimpulan)-nya:
TAQLID KEPADA SELAIN EMPAT
MADZHAB
Hukum taqlid kepada selain empat imam madzhab (Hanafi,
Maliki, Syafi'i dan Hambali):
1. Mayoritas ulama muta'akhkhirîn berpendapat
tidak boleh taqlid kepada selain empat imam madzhab secara mutlak,
dengan alasan mempertimbangkan bahwa secara umum mazhab-mazhab selain madzhab
empat tidak memilik konsep yang cukup jelas
2. menurut al-'Izz bin 'Abd al-Salam dan Ibnu
Hajar dalam kitab al-Tuhfah Diperbolehkan jika diketahui
penisbatannya pada mazhab tersebut, sehingga dapat jelas pula konsep-konsepnya,
menurutnya bahwa inti dari mazhab yang boleh diikuti adalah jelasnya segala
prosedur dan ketentuan mazhab terkait
3. menurut sebagian ulama’ taqlid kepada
selain empat imam madzhab boleh dengan syarat:
a.
Diketahui
penisbatannya pada mazhab terkait
b.
Hanya
diamalkan untuk secara pribadi, bukan dalam konteks fatwa dan qadla’ (pemutusan
hukum)
وَمَعَ ذٰلِكَ فَقَدْ صَرَّحَ جَمْعٌ مِنْ
أَصْحَابِنَا بِأَنَّهُ لَا يَجُوزُ تَقْلِيدُ غَيرِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ، وَعَلَّلُوا
ذٰلِكَ بِعَدَمِ الثِّقَّةِ بِنِسْبَتِهَا إِلىَ أَرْبَابِهَا لِعَدَمِ الْأَسَانِيْدِ
الْمَانِعَةِ مِنَ الْتَحْرِيفِ وَالتَّبْدِيْلِ بِخِلَافِ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ
(الفوائد المكية، ص 158-159)
Golongan ashabku telah menjelaskan bahwa tidak boleh taqlid pada selain
Madzhab empat. Mereka memberikan alasan bahwa madzhab selain Imam empat itu
tidak Tsiqah (dapat dipercaya) karena penisbatannya kepada pencetus madzhab
tersebut tidak didasari dengan sanad-sanad yang dapat mencegah penyimpangan dan
perubahan berbeda dengan madzhab empat yang terjaga dari hal tersebut
(al-Fawaid al-Makiyah, 158-159)
(وَسُئِلَ) عَنْ تَقْلِيدِ الْعَامِّيِّ
لِأَحَدِ الْأَئِمَّةِ الْمُجْتَهِدِينَ غَيْرِ الْأَرْبَعَةِ بَعْدَ تَقَرُّرِ مَذَاهِبِهِمْ
وَاشْتِهَارِهَا بِمَا هُوَ مَعْلُومٌ هَلْ يَجُوزُ ذَلِكَ أَمْ لَا........ (فَأَجَابَ)
نَفَعَنَا اللَّهُ تَعَالَى بِعُلُومِهِ وَبَرَكَتِهِ بِقَوْلِهِ الَّذِي تَحَرَّرَ
أَنَّ تَقْلِيدَ غَيْرِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ - رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُمْ
- لَا يَجُوزُ فِي الْإِفْتَاءِ وَلَا فِي الْقَضَاءِ وَأَمَّا فِي عَمَلِ الْإِنْسَانِ
لِنَفْسِهِ فَيَجُوزُ تَقْلِيدُهُ لِغَيْرِ الْأَرْبَعَةِ مِمَّنْ يَجُوزُ تَقْلِيدُهُ
لَا كَالشِّيعَةِ وَبَعْضِ الظَّاهِرِيَّةِ وَيُشْتَرَطُ مَعْرِفَتُهُ بِمَذْهَبِ الْمُقَلَّدِ
بِنَقْلِ الْعَدْلِ عَنْ مِثْلِهِ وَتَفَاصِيلِ تِلْكَ الْمَسْأَلَةِ أَوْ الْمَسَائِلِ
الْمُقَلَّدِ فِيهَا وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهَا عَلَى مَذْهَبِ ذَلِكَ الْمُقَلَّدِ وَعَدَمِ
التَّلْفِيقِ لَوْ أَرَادَ أَنْ يَضُمَّ إلَيْهَا أَوْ إلَى بَعْضِهَا تَقْلِيدَ غَيْرِ
ذَلِكَ الْإِمَامِ لِمَا تَقَرَّرَ أَنَّ تَلْفِيقَ التَّقْلِيدِ كَتَقْلِيدِ مَالِكٍ
- رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - فِي عَدَمِ نَجَاسَةِ الْكَلْبِ وَالشَّافِعِيِّ - رَضِيَ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْهُ - فِي مَسْحِ بَعْضِ الرَّأْسِ فَمُمْتَنِعٌ اتِّفَاقًا
بَلْ قِيلَ إجْمَاعًا وَإِذَا وُجِدَتْ شُرُوطُ التَّقْلِيدِ الَّتِي ذَكَرْنَاهَا
وَغَيْرُهَا مِمَّا هُوَ مَعْلُومٌ فِي مَحَلِّهِ فَعِبَادَاتُ الْمُقَلِّدِ وَمُعَامَلَتُهُ
الْمُشْتَمِلَةُ عَلَى ذَلِكَ صَحِيحَةٌ وَإِلَّا فَلَا وَيَأْثَمُ بِذَلِكَ فَيَلْزَمُهُ
الْقَضَاءُ فَوْرًا وَلَا يُشْتَرَطُ مُوَافَقَةُ اجْتِهَادِ ذَلِكَ الْمُقَلِّدِ لِأَحَدِ
الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ وَلَا نَقْلُ مَذْهَبِهِ تَوَاتُرًا كَمَا أَشَرْتُ إلَيْهِ
وَلَا تَدْوِينُ مَذْهَبِهِ عَلَى اسْتِقْلَالِهِ بَلْ يَكْفِي أَخْذُهُ مِنْ كُتُبِ
الْمُخَالِفِينَ الْمَوْثُوقِ بِهَا الْمُعَوَّلِ عَلَيْهَا وَكَلَامُ جَمْعِ الْجَوَامِعِ
مَحْمُولٌ عَلَى مَا تَقَرَّرَ عَلَى أَنَّهُ عِنْدَ التَّحْقِيقِ لَا يُخَالِفُهُ،
وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ (الفتاوى الفقهية الكبرى: ج 4، ص 325)
Ibnu hajar ditanyai tentang taqlidnya orang awam
kepada salah satu Imam Mujtahid selain madzhab empat setelah penetapan dan
masyhurnya madzhab empat apakah hal tersebut boleh atau tidak? Jawab: bahwa
bertaqlid kepada selain Madzhab empat tidak diperbolehkan dalam berfatwah dan
pemutusan hukum. Sedangkan dalam pengamalan untuk dirinya sendiri maka
diperbolehkan bertaqlid kepada selain madzhab empat. Namun tidak boleh
bertaqlid kepada madzhab syi’ah dan sebagian ulama madzhab dhohiriyah. Dengan
syarat harus mengetahui madzhab yang diikuti berdasarkan penukilan orang yang
adil dari sepadannya dan mengetahui rincian-rincian masalah tersebut atau
masalah yang
diikuti dan apa yang berhubungan dengan masalah tersebut berdasarkan madzhab
yang diikuti tanpa adanya talfiq(al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubro, 4:325)
لَا يَجُوْزُ تَقْلِيْدُ غَيْرِهِمْ وَلَوْ
كَانَ مِنْ أَكَابِرِ الصَّحَابَةِ لِأَنَّ مَذَاهِبَهُمْ لَمْ تُدَوَّنْ وَلَمْ تُضْبَطْ
لَكِنْ جَوَّزَ بَعْضُهُمْ ذٰلِكَ فِي غَيْرِ الْاِفْتَاءِ كَمَا قَالَ: (وَجَائِزُ
تَقْلِيْدٍ غَيْرُ الْأَرْبَعَةْ فِي غَيْرِ افْتَاءٍ وَفِي هَذَا سَعَةْ) اهـ (عمدة
التحقيق في التقليد والتلفيق، ص 85).
Tidak
boleh bertaqlid kepada selain madzhab
empat, meskipun madzhab tersebut berasal dari pembesar
sahabat karena madzhab mereka belum terbukukan dan terkonsep dengan jelas. Akan
tetapi sebagian ulama membolehkan taqlid pada selain madzhab empat dengan
catatan tidak digunakan untuk berfatwah. Sebagaimana beliau berkata: “taqlid
kepada selain madzhab empat hukumnya adalah boleh dengan cacatan tidak
digunakan untuk fatwah dan hanya mencari keringanan saja”( Umdah al-Tahqiq fi
al-Taqlid wa al-Talfiq, 85)
0 Response to "MADZHAB-MADZHAB YANG DIAKUI & TAQLID KEPADA SELAIN EMPAT MADZHAB"
Posting Komentar