(وَالْعِشَاءُ) بِكَسْرِ العَيْنِ مَمْدُودًا اسْمٌ لِأَوَّلِ الظَّلَامِ، وَسُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِفِعْلِهَا فِيهِ. وَأَوَّلُ وَقْتِهَا إِذَا غَابَ الشَّفَقُ الأَحْمَرُ).
Keempat, shalat isya’, Dinamakan demikian karena dilaksanakan pada waktu senja. Permulaan waktunya ialah bila mega merah telah hilang.
وَأَمَّا الْبَلَدُ الَّذِي لَا يَغِيبُ فِيهِ الشَّفَقُ فَوَقْتُ الْعِشَاءِ فِي حَقِّ أَهْلِهِ أَنْ يَمْضِيَ بَعْدَ الْغُرُوبِ زَمَنٌ يَغِيبُ فِيهِ شَفَقُ أَقْرَبِ الْبِلَادِ إِلَيْهِمْ.
waktu shalat isya’ untuk daerah yang mega merah tidak hilang
Sedang daerah yang keberadaan mega merah tidak hilang, maka waktu shalat isya untuk penduduk daerah tersebut ialah berlalunya masa hilangnya mega merah daerah terdekat mereka.
وَلَهَا وَقْتَانِ: أَحَدُهُمَا اخْتِيَارٌ، وَأَشَارَ لَهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ: (وَآخِرُهُ) يَمْتَدُّ (فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ)؛ وَالثَّانِي جَوَازٌ، وَأَشَارَ لَهُ بِقَوْلِهِ: (وَفِي الْجَوَازِ إِلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ الثَّانِي) أَيْ الصَّادِقِ، وَهُوَ الْمُنْتَشِرُ ضَوْؤُهُ مُعْتَرِضًا بِالْأُفُقِ.
Shalat isya memiliki dua waktu. Pertama, waktu ikhtiyar, yang berakhir hingga sepertiga malam. Kedua, waktu jawâz, hingga terbitnya fajar shadiq, yaitu fajar yang cahayanya menyebar secara horizontal di cakrawala.
وَأَمَّا الْفَجْرُ الْكَاذِبُ فَيَطْلُعُ قَبْلَ ذَلِكَ لَا مُعْتَرِضًا، بَلْ مُسْتَطِيلًا ذَاهِبًا فِي السَّمَاءِ، ثُمَّ يَزُولُ وَتَعْقُبُهُ ظُلْمَةٌ، وَلَا يَتَعَلَّقُ بِهِ حُكْمٌ. وَذَكَرَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ - الْغَزَالِيُّ - أَنَّ لِلْعِشَاءِ وَقْتَ كَرَاهَةٍ، وَهُوَ مَا بَيْنَ الْفَجْرَيْنِ.
Sedang, fajar kâdzib terbit sebelumnya secara memanjang vertikal di langit, kemudian hilang serta berlanjut kegelapan, dan tidak berkaitan dengan hukum apapun. As-Syaikh Abu Hâmid menyebutkan, shalat isya memiliki waktu makruh, yaitu di antara dua fajar.
(والصُّبْحُ) أَي صَلَاتُهُ، وَهُوَ لُغَةً أَوَّلُ النَّهَارِ، وَسُمِّيَتِ الصَّلَاةُ بِذَلِكَ لِفِعْلِهَا فِي أَوَّلِهِ.
kelima, shalat subuh. Disebut demikian karena pelaksanaannya waktu permulaan hari.
وَلَهَا - كَالْعَصْرِ - خَمْسَةُ أَوْقَاتٍ: أَحَدُهَا وَقْتُ الْفَضِيلَةِ، وَهُوَ أَوَّلُ الْوَقْتِ؛ وَالثَّانِي وَقْتُ الِاخْتِيَارِ، وَذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ فِي قَوْلِهِ: (وَأَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الْفَجْرِ الثَّانِي، وَآخِرُهُ فِي الِاخْتِيَارِ إِلَى الْإِسْفَارِ)، وَهُوَ الْإِضَاءَةُ؛
Shalat subuh sebagaimana shalat ashar memiliki lima waktu. Pertama, waktu fadhîlah, yaitu melaksanakannya pada awal waktu. Kedua, waktu ikhtiyar, mulai terbitnya fajar shadiq hingga munculnya cahaya kekuning-kuningan.
وَالثَّالِثُ وَقْتُ الْجَوَازِ، وَأَشَارَ لَهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ: (وَفِي الْجَوَازِ) أَيْ بِكَرَاهَةٍ (إِلَى طُلُوعِ الشَّمْسِ)؛ وَالرَّابِعُ جَوَازٌ بِلَا كَرَاهَةٍ إِلَى طُلُوعِ الْحُمْرَةِ؛ وَالْخَامِسُ وَقْتُ تَحْرِيمٍ، وَهُوَ تَأْخِيرُهَا إِلَى أَنْ يَبْقَى مِنَ الْوَقْتِ مَا لَا يَسَعُهَا.
Ketiga, waktu jawâz disertai makruh, hingga terbitnya matahari. Kempat, waktu jawâz yang tidak makruh, hingga munculnya langit kemerah-merahan. Kelima, waktu tahrîm, yaitu mengakhirkan shalat hingga menyisakan waktu yang tidak cukup untuk melaksanakannya.
Musykilat :
Apa hukumnya tidur sebelum isya’ atau tidur setelah melaksanakan shalat magrib?
Hukumnya makruh, karena ada hadits yang mengatakan demikian. jika tidur setelah waktu shalat baik shalat isya’ maupun yang lainnya dihukumi makruh pada saat ia sangat yakin bisa bangun tidur sendiri sebelum keluar waktu shalat. tetapi jika tidak yakin bisa bangun maka hukumnya haram.
ويكره نوم قبلها ولو قبل دخول وقتها ، بخلاف غيرها ؛ فإنه لا يكره النوم قبله إلا بعد دخول وقته ومحل الكراهة بعد دخول الوقت : إن وثق بيقظة نفسه قبل خروج الوقت بما يسعها ، وإلا .. حرم (حاشية الباجوري، ج ١؛ ص ٥١٤)
Apa yang dimaksud dengan hadits melarang bercakap-cakap setelah shalat isya’?
hukumnya ditafsil :
makruh jika pembicaraannya adalah sesuatu yang mubah.
sangat makruh jika pembicaraannya adalah sesuatu yang dimakruhkan.
Haram, jika pembicaraannya adalah sesuatu yang diharamkan.
sunnah, jika pembicaraannya adalah adalah sesuatu kebaikan seperti membahas ilmu dll.
وحديث بعدها إذا كان مباحاً في ذاته ، فإن كان مكروهاً .. اشتدت كراهته ، وإن كان محرماً ؛ كالحكايات الكاذبة ؛ كقصة عنتر والدلهمة .. انضم إلى الحرمة الكراهة ، فإن كان في خير ؛ كمؤانسة ضيف تطلب مؤانسته بخلاف الفاسق ، ومؤانسة الزوجة ومطالعة علم ونحو ذلك .. كان سنة ؛ لحديث عمران بن حصين : (كان النبي صلى الله عليه وسلم يحدثنا عامة ليله عن بني إسرائيل) (حاشية الباجوري، ج ١؛ ص ٥١٤-٥١٥)
bagaimanakah shalat isya’ nya penduduk yang berada di daerah tidak memiliki malam seperti norwegia, islandia dll?
penduduk di daerah tersebut wajib mengqadha’ shalat isya’ dan magrib menurut pendapat yang kuat. sedangkan menurut pendapat yang lain boleh jama’ taqdim.
وأما البلد الذي لا ليل له ؛ كأن طلع الفجر مع غروب الشمس .. فيجب على أهله قضاء كل من المغرب والعشاء على الأوجه من اختلاف فيه بين المتأخرين ، وأما في الصوم .. فيقدر لهم بمقدار أكلهم وشربهم ؛ للضرورة . (حاشية الباجوري، ج ١؛ ص ٥١٦)
0 Response to "Syawir Fathul Qarib Putra Bab Waktu shalat Ashar"
Posting Komentar