GUSI BERDARAH SAAT BERPUASA
Saat puasa memang timbul bau mulut, lumrahnya
seorang manusia menjaga agar terhindar dari bau mulut dan penyakit gigi dengan
cara menggosok gigi. Entah karena terlalu semangat dalam menggosok gigi,
akhirnya gusinya berdarah. Walaupun sudah berkumur beberapa kali darahnya tetap
tak mau berhenti.
Apakah ludah yang bercampur darah yang tertelan
membatalkan puasa?
Untuk menjaga bau mulut tetap segar ketika puasa,
mas Hadi tetap rutin sikat gigi pagi dan sore. Entah karena terlalu keras saat
gosok gigi, akhirya gusi mas Hadi mengeluarkan darah. Walaupun sudah berkumur
beberapa kali ternyata darahnya tetap tak mau berhenti. Apakah ludah yang
bercampur darah yang tertelan membatalkan puasa?
Dapat membatalkan puasa, karena berubahnya ludah
tersebut dan darah hukumnya najis sehingga haram menelannya. kecuali darahnya
keluar terus-menerus maka hukumnya dima’fu sehingga puasanya tidak batal.
(مَسْأَلَةُ: ك): يُعْفَى عَنِ
دَمِ اللِّثَةِ الَّذِي يَجْرِي دَائِمًا أَوْ غَالِبًا، وَلَا يُكَلَّفُ غَسْلُ فِيهِ
لِلْمَشَقَّةِ، بِخِلَافِ مَا لَوِ احْتَاجَ لِلْقَيْءِ بِقَوْلِ طَبِيبٍ فَالَّذِي
يَظْهَرُ الْفِطْرُ بِذَلِكَ نَظِيرَ إخْرَاجِ الذُّبَابَةِ، وَلَوِ ابْتُلِيَ بِدُودٍ
فِي بَاطِنِهِ فَأَخْرَجَهُ بِنَحْوِ أَصْبُعِهِ لَمْ يُفْطِرُ إِنْ تَعَيَّنَ طَرِيقًا
قِيَاسًا عَلَى إِدْخَالِهِ الْبَاسُورَ بِهِ (بغية المسترشدين ص: ۱۱۱)
Masalah (kaf): Darah gusi yang keluar
terus-menerus atau sering
hukumnya dima’fu (ditoleransi), dan tidak diharuskan
membasuh (membersihkannya) mulutya karena kesulitan, berbeda dengan keadaan
jika seseorang butuh
untuk memuntahkannya berdasarkan perkataan dokter, maka pendapat yang jelas adalah
membatalkan diserupakan dengan masalah mengeluarkan
lalat, dan jika dia terkena ulat di dalam perutnya dan mengeluarkannya dengan
cara seperti memasukkan jari, maka itu tidak membatalkan puasanya dengan diqiyaskan pada masalah memasukkan bolnya
orang yang terkena penyakit wasir. (Bughyah al-Mustarsyidin,
111)
لَوْ دَمِيَتْ لِثَتُهُ، فَدَخَل رِيقُهُ
حَلْقَهُ مَخْلُوطًا بِالدَّمِ، وَلَمْ يَصِل إِلَى جَوْفِهِ، لَا يُفْطِرُ عِنْدَ
الْحَنَفِيَّةِ، وَإِنْ كَانَ الدَّمُ غَالِبًا عَلَى الرِّيقِ، لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ
الاِحْتِرَازُ مِنْهُ، فَصَارَ بِمَنْزِلَةِ مَا بَيْنَ أَسْنَانِهِ أَوْ مَا يَبْقَى
مِنْ أَثَرِ الْمَضْمَضَةِ، أَمَّا لَوْ وَصَل إِلَى جَوْفِهِ، فَإِنْ غَلَبَ الدَّمُ
فَسَدَ صَوْمُهُ، وَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَلَا كَفَّارَةَ، وَإِنْ غَلَبَ الْبُصَاقُ
فَلَا شَيْءَ عَلَيْهِ، وَإِنْ تَسَاوَيَا، فَالْقِيَاسُ أَنْ لَا يَفْسُدَ وَفِي الاِسْتِحْسَانِ
يَفْسُدُ احْتِيَاطًا ...... وَمَذْهَبُ الشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ: الإِفْطَارُ
بِابْتِلَاعِ الرِّيقِ الْمُخْتَلِطِ بِالدَّمِ، لِتَغَيُّرِ الرِّيقِ، وَالدَّمُ نَجِسٌ
لَا يَجُوزُ ابْتِلَاعُهُ وَإِذَا لَمْ يَتَحَقَّقْ أَنَّهُ بَلَعَ شَيْئًا نَجِسًا
لَا يُفْطِرُ، إِذْ لَا فِطْرَ بِبَلْعِ رِيقِهِ الَّذِي لَمْ تُخَالِطْهُ النَّجَاسَةُ
(الموسوعة الفقهية الكويتية: ج 28، ص 64)
Jika gusi
seseorang berdarah kemudian ludah yang
tercampur dengan darah itu masuk ke dalam tenggorokan tetapi tidak sampai masuk
kedalam lambungnya menurut madzhab Hanafi hukumnya tidak membatalkan puasa
meskipun darah tersebut banyak karena tidak mungkin menghindari kondisi
tersebut sehingga darah tersebut sama halnya dengan benda yang ada diantara
gigi atau benda yang masih ada dari bekas berkumur. Jika darah tersebut masuk
sampai lambung seandainya darah itu sering keluar maka puasanya batal dan wajib
meng-qadla’ tanpa membayar kafarat. Tetapi jika ludahnya lebih banyak daripada
darahnya maka tidak batal. Jika sama banyak antara ludah dan darah maka
puasanya tidak batal……Menurut madzhab Syafi’I dan Hambali menelan ludah yang
tercampur dengan darah hukumnya membatalkan puasa karena berubahnya ludah
tersebut dan darah hukumnya najis sehingga haram menelannya. Ketika dia tidak
benar-benar menelan benda najis maka puasa tidak batal. Karena menelan ludah
yang tidak bercamput dengan najis itu tidak membatalkan puasa (al-Mausu’ah
al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 28:64)
Posting Komentar untuk "GUSI BERDARAH SAAT BERPUASA"