HUKUM BAIAT DZIKIR MELALUI
MIMPI
Diantara syarat wajib untuk talqin atau baiat
thariqah bagi seorang salik adalah talqin yang dilakukan oleh
seorang mursyid thariqah mu’tabarah yang sanad atau silsilahnya
bersambung kepada Rasulullah saw., serta mursyid tersebut diberi izin untuk
mengajarkan thariqah tersebut kepada para murid.
Dengan demikian, jika ada seorang yang menyatakan
telah dibaiat atau ditalqin sebuah dzikir thariqah dalam mimpi,
maka hal ini tidak sesuai dengan syarat talqin tersebut. Sebagaimana hal
ini dikuatkan oleh para ulama yang telah menetapkan bahwa syarat wajib talqin
yaitu murid harus ditalqin sendiri oleh seorang mursyid thariqah mu’tabarah
yang bersambung sanadnya kepada Rasulullah dan memiliki wewenang untuk mentalqin
murid thariqah.
(وَأَّمَّا التَّلْقِيْنُ وَسَنَدُهُ)
فَلَمَّا كَانَتْ الصُّحْبَةُ مِنْ لَوَازِمِهِ وَشُرُوْطِهِ وَكَانَ اْلاِنْتِسَابُ
إِلَى شَيْخٍ إِنَّمَا يَحْصُلُ بِالتَّلْقِيْنِ وَالتَّعْلِيْمِ مِنْ شَيْخٍ مَأْذُوْنٍ
إِجَازَتُهُ صَحِيْحَةٌ مُسْتَنِدَّةٌ إِلَى شَيْخٍ صَاحِبِ طَرِيْقٍ وَهُوَ إِلَى
النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلاَمُ وَكَانَ الذِّكْرُ لاَيُفِيْدُ فَائِدَةً تَامَّةً
إِلاَّ بِالتَّلْقِيْنِ وَاْلإِذْنِ بَلْ الأَكْثَرُ شَرْطًا. (جامع الأصول فى الأولياء،
ص 31)
Ketika kebersamaan itu merupakan suatu keharusan
dan syarat dan intisab kepada seorang guru, yang hanya bias dicapai dengan cara
talqin dan pembelajaran dari guru yang diberi izin memberikan ijazah yang
diperbolehkan mensanadkan kepada guru yang memiliki thariqah yaitu Nabi, maka
dzikir itu tidak memberikan manfaat yang sempurna kecuali dengan cara mentalqin
dan izin, bahkan ini dijadikan syarat pada umumnya, (Jâmi’ al-Ushûl fi
al-Auliyâ’, halaman: 31).
0 Response to "HUKUM BAIAT DZIKIR MELALUI MIMPI"
Posting Komentar