HUKUM MEMELIHARA ANJING
Anjing merupakan jenis hewan yang tren dan kerap
menjadi pilihan untuk peliharaan. Hal ini lantaran anjing dikenal sebagai salah
satu hewan yang setia, penurut, dan menggemaskan. Kebanyakan anjing dipelihara
tidak sekedar sebagai hobi semata, tetapi juga sebagai teman dan penjaga rumah.
Selain itu, anjing juga menjadi hewan pilihan untuk dijadikan pembantu dalam
pertahanan dan keamanan negara. Bahkan di kalangan muslimah Iran belakangan ini
banyak yang gemar memelihara anjing karena dianggap menggemaskan.
Lantas bagaimana menurut
pandangan para ulama terkait hal tersebut?
Hukum memelihara anjing ketika tidak ada hajat
adalah tidak boleh. Namun, ketika ada hajat seperti untuk berburu, menjaga
harta, sawah dan lain-lain maka boleh memeliharanya.
(لَا إِقْتِناءَ كَلْبٍ) أَيْ
لَا يَحِلُّ اقْتِناؤُهُ. (وَقَوْلُهُ: إِلَّا لِصَيْدٍ أَوْ حِفْظٍ مَالٍ) أَيْ فَيَحِلُّ،
وَذَلِكَ لِمَا صَحَّ أَنَّهُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهُ وَسَلَّمَ - قَالَ: مَنِ اقْتَنَى
كَلْبًا، إِلَّا كَلْبٌ ماشيَةٌ أَوْ ضَارِبًا، نَقُصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمِ
قِيرَاطَانِ. وَفِي رِوايَةٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ - صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: مَنِ اتَّخَذَ كَلْبًا، إِلَّا كَلْبَ زَرْعٍ، أَوْ غَنَمٍ،
أَوْ صَيْدٍ، يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ (إعانة الطالبين على حل
ألفاظ فتح المعين : ج 2 ص 95)
(Jangan memiliki anjing) artinya haram
memilikinya. (maksut
dari perkataan: kecuali untuk berburu atau anjing penjaga harta) artinya boleh memiliki anjing sesuai dengan keterangan bahwasannya
rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang memiliki anjing kecuali anjing gembala
atau anjing penjaga, maka setiap hari pahalanya berkurang dua Qirath (jengkal). Dalam riwayat Ibn Umar berpendapat:
Rasulullah bersabda: barangsiapa
yang memiliki anjing kecuali anjing penjaga sawah atau kambing, anjing yang
digunakan berburu maka setiap hari pahalanya berkurang satu Qirath (jengkal)
(i’anah al-Thalibin a’la halli Alfadz Fath al-Mu’in, 2:95).
(فَرْعٌ) يَحْرُمُ اقْتِنَاءُ
كَلْبٍ ضَارٍ، وَمَا لَا نَفْعَ فِيهِ مُطْلَقًا، وَكَذَا مَا فِيهِ نَفْعٌ إلَّا إنْ
أَرَادَ بِهِ الصَّيْدَ حَالًا لِيَصْطَادَ بِهِ إنْ تَأَهَّلَ لَهُ، أَوْ حِفْظَ نَحْوِ
زَرْعٍ، أَوْ دَارٍ بَعْدَ مِلْكِهِمَا لَا قَبْلَهُ، وَيَجُوزُ تَرْبِيَةُ جَرْوٍ
لِذَلِكَ (تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي: ج 9، ص 331)
“haram memelihara anjing yang membahayakan dan
hewan yang tidak ada manfaatnya secara mutlak. Begitu juga hewan yang memiliki
kemanfaatan kecuali jika anjing tersebut digunakan untuk berburu atau menjaga
tanaman atau rumah sesudah memiliki keduanya bukan ketika belum memiliki
keduanya dan boleh memelihara anak anjing untuk diajari hal tersebut”. (Tuhfath al-Muhtaj fi Syar al-Minhaj wa
Hawasyi al-Syarwani wa al-Ubadi, 9:331)
0 Response to "HUKUM MEMELIHARA ANJING"
Posting Komentar