HUKUM MENSHALATI MAYIT SETELAH ASHAR

 

HUKUM MENSHALATI MAYIT SETELAH ASHAR

Setiap manusia pasti akan merasakan kematian. Ajal datangnya tidak dapat disangka-sangka oleh semua manusia, baik siapa, di mana, dan kapan itu terjadi. Dalam satu kasus ada seseorang yang meninggal tepat di waktu Ashar, pada akhirnya dishalati setelah Ashar itu juga. Bagaimana hukum menshalati mayit setelah ashar?

A.     Boleh

Menurut semua madzhab boleh melaksanakan shalat jenazah setelah ashar dan shubuh.

َيُصَلِّي عَلَى الْجَنَازَةِ) أَمَّا الصَّلَاةُ عَلَى الْجَنَازَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَمِيْلَ لِلْغُرُوْبِ، فَلَا خِلَافَ فِيْهِ، قَالَ اِبْنُ الْمُنْذِرِ: ‌إِجْمَاعُ ‌الْمُسْلِمِيْنَ ‌فِي ‌الصَّلَاةِ ‌عَلَى ‌الْجَنَازِةِ ‌بَعْدَ ‌الْعَصْرِ ‌وَالصُّبْحِ ........ وَقَالَ الْخِطَابِي: هَذَا قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ. وَقَالَ أَبُو الْخِطَابِ، عَنْ أَحْمَدَ، رِوَايَةً أُخْرَى: إِنَّ الصَّلَاةَ عَلَى الْجَنَازَةِ تَجُوْزُ فِي جَمِيْعِ أَوْقَاتِ النَّهْيِ. وَهَذَا مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ؛ لِأَنَّهَا صَلَاةٌ تُبَاحُ بَعْدَ الصُّبْحِ وَالْعَصْرِ، فَأُبِيْحَتْ فِي سَائِرِ الْأَوْقَاتِ، كَالْفَرَائِضِ (المغني لابن قدامة ط مكتبة القاهرة: ج 2، ص 82)

“shalat jenazah setelah shubuh sampai matahari terbit dan setelah ashar sampai matahari condong untuk terbenam maka tidak ada khilaf dalam masalah tersebut. Ibnu mundzir mengatakan: “umat islam bersepakat boleh melaksankan shalat jenazah setelah ashar dan shubuh”…… al-Khitabi berkarta: ini adalah pendapat mayoritas ahli Ilmi(ulama’). Abu al-Khitab berkata dari Ahmad dengan riwayat yang lain: “ sesungguhnya shalat jenazah boleh dilaksanakan pada waktu-waktu diharamkan untuk shalat”, ini adalah pendapat Madzhab Syafi’i. karena  shalat jenazah adalah shalat yang boleh dilaksanakan setelah shubuh dan ashar maka diperbolehkan juga dilaksanakan pada semua waktu seperti shalat fardhu”(al-Mughni li Ibni Qudamah,2:82).

B.     Makruh

Makruh menurut Imam Hanafi dan Imam Hambali

وَالصَّلَاةُ عَلَى الْمَيِّتِ فَرْضُ الْكِفَايَةِ، وَعَنْ اُصْبُغْ مِنْ اصْحَابِ مَالِكٍ اِنَّهَا سُنَّةٌ وَلَا يُكْرَهُ فِعْلُهَا فِي شَيْءٍ مِنَ الْأَوْقَاتِ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ، وَقَالَ ابُو حَنِيفَةَ وَاحْمَدُ: يُكْرَهُ فِعْلُهَا فِي الْأَوْقَاتِ الثَّلَاثَةِ حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ، وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ، وَحِينَ تُضِيفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ، وَقَالَ مَالِكٌ: يُكْرَهُ فِعْلُهَا عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَغُرُوبِهَا (رحمة الامة : ص 57)

“Shalat jenazah hukumnya adalah fardhu kifayah. Dari Usbu’ (termasuk Ashab Imam Malik) bahwa shalat jenazah hukumnya sunnah dan tidak makruh dikerjakan pada waktu-waktu yang haram untuk shalat menurut Madzhab Syafi’i. Menurut Abu Hanifah dan Ahmad makruh melaksanakan shalat jenazah pada 3 waktu yaitu ketika matahari terbit sampai matahari naik, ketika waktu istiwa’, ketika matahari condong untuk terbenam sampai matahari terbenam. Imam Malik berkata: “ Makruh melaksanakan shalat jenazah ketika matahari terbit dan matahari terbenam”(Rahmah al-Ummah,57)

Posting Komentar untuk "HUKUM MENSHALATI MAYIT SETELAH ASHAR"