HUKUM PEMAKAMAN SATU LOKASI MUSLIM DAN NON-MUSLIM

 

HUKUM PEMAKAMAN SATU LOKASI MUSLIM DAN NON-MUSLIM

Dalam kitab fiqh khususnya bab jenazah dijelaskan bahwa : Orang kafir tidak boleh dimakamkan dalam pemakaman orang Muslim, begitu juga sebaliknya. Namun disebagian daerah ada yang kita jumpai pemakaman di kota-kota besar yang isinya bercampur baur antara makam Muslim dan Non-Muslim.

Bagaimanakah hukumnya mencampur makam muslim dengan non-muslim ?

Haram mengubur orang muslim dengan orang non muslim dalam satu lokasi kecuali dalam keadaan dharurat. Seperti tidak ada lagi lahan selain lahan tersebut.

(مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ نَدْفِنَ مَوْتَانَا وَسَطَ قَوْمٍ صَالِحِينَ فَإِنَّ الْمَوْتَى يَتَأَذَّوْنَ بِالْجَارِ السُّوءِ كَمَا يَتَأَذَّى بِهِ الْأَحْيَاءُ ) ( وَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : إِذَا مَاتَ لِأَحَدِكُمُ الْمَيِّتُ فَحَسِّنُوا كَفَنَهُ وَ عَجَّلُوا إِنْجَازَ وَصِيَّتِهِ وَ أَعْمَقُوا لَهُ فِي قَبْرِهِ وَ جَنِّبُوهُ جَارَ السُّوءِ قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ : وَ هَلْ يَنْفَعُ الْجَارُ الصَّالِحُ فِي الْآخِرَةِ ؟ قَالَ : هَلْ يَنْفَعُ فِي الدُّنْيَا قَالُوا : نَعَمْ قَالَ : كَذَلِكَ يَنْفَعُ فِي الْآخِرَةِ ) ذَكَرَهُ الزَّمَخْشَرِيُّ فِي كِتَابِ رَبِيعِ الْأَبْرَارِ وَ خَرَّجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ الْحَافِظُ بِإِسْنَادِهِ مِنْ )حَدِيثِ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عَمِّهِ نَافِعِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : أَدْفِنُوا مَوْتَاكُمْ وَسَطَ قَوْمٍ صَالِحِينَ فَإِنَّ الْمَيِّتَ يَتَأَذَّى بِالْجَارِ السُّوءِ ).  (التذكرة للقرطبي ١: ٣١٦ )

“Di riwayatkan dari Sufyan As Tsaury dari Abdulloh bin Muhammad dari Ibnu ‘Aqil dari Ibnu Al Hanafiyah dari ‘Aly R.a yang berkata; Rosululloh SAW memerintahkan kepada kami untuk mengubur orang-orang mati kami di tengah makam kaum sholihin. Maka sesungguhnya orang-orang yang mati bisa merasakan sakit bertetangga dengan orang buruk sebagaimana orang-orang hidup merasakannya. Diriwayatkan dari Ibnu abbas Nabi berkata: jika salah satu dari kalian meninggal dunia maka perbaikilah kafannya dan segerakanlah melaksanakan wasiatnya dan dalamkanlah liang kuburnya dan jauhkanlah dari ahli kubur yang buruk. Rasulallah ditanya: apakah tetangga ahli kubur yang baik itu berdampak di akhirat?, Nabi bertanya: apakah di dunia itu memberikan dampak?, shahabat menjawab: iya, Nabi berkata: begitu juga berdampak di akhirat. Diriwayatkan oleh abi Hurairah Nabi berkata: makamkanlah orang-orang mati di antara kamu di tengah-tengah kaum yang baik-baik, karena orang yang mati itu bisa merasakan sakit dengan tetangga yang buruk. (al-Tadzkirah Li al-Qurtuby, juz 1, hal 316)

وَلَا ‌يَجُوزُ ‌دَفْنُ ‌مُسْلِمٍ ‌فِي ‌مَقْبَرَةِ ‌كُفَّارٍ ‌وَلَا ‌عَكْسُهُ، ‌فَيَحْرُمُ ‌إلَّا ‌لِضَرُورَةٍ ‌فَيَجُوزُ وَلَوْ بِجَمْعِ مُسْلِمٍ وَكَافِرٍ فِي قَبْرٍ وَحَيْثُ حَرُمَ وَجَبَ نَقْلُهُ.  (حاشيتا قليوبي وعميرة 1: 409)

“Tidak diperbolehkan menguburkan seorang muslim di kuburan orang kafir tidak juga sebaliknya, kecuali jika dharurat maka diperbolehkan, jika tidak dharurat maka wajib di pindah ” (Hasyiyata Qulyubi wa ‘Umairah, 1:409).

قَالَ فِي الرَّوْضَةِ: وَلَا يُدْفَنُ مُسْلِمٌ فِي مَقْبَرَةِ الْكُفَّارِ وَلَا كَافِرٌ فِي مَقْبَرَةِ الْمُسْلِمِينَ......... وَانْظُرْ إذَا لَمْ يُوجَدْ مَوْضِعٌ صَالِحٌ لِدَفْنِ الذِّمِّيِّ غَيْرُ مَقْبَرَةِ الْمُسْلِمِينَ وَلَا أَمْكَنَ نَقْلُهُ لِصَالِحٍ لِذَلِكَ هَلْ يَجُوزُ دَفْنُهُ حِينَئِذٍ فِي مَقْبَرَةِ الْمُسْلِمِينَ، وَلَوْ لَمْ يَكُنْ دَفْنُهُ إلَّا فِي لَحْدٍ وَاحِدٍ مَعَ مُسْلِمٍ هَلْ يَجُوزُ لِلضَّرُورَةِ؟ فِيهِ نَظَرٌ، وَيُحْتَمَلُ الْجَوَازُ لِلضَّرُورَةِ؛ لِأَنَّهُ لَا سَبِيلَ إلَى تَرْكِهِ مِنْ غَيْرِ دَفْنٍ فَلْيُتَحَرَّرْ اهـ .  (نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج 3: 7)

“dikatakan dalam kitab Ar-Roudloh: seorang muslim tidak boleh dikubur di kuburan orang-orang kafir tidak juga orang-orang kafir di kuburan orang muslim. Selama tidak ada pembatas yang memisahkan keduanya atau dalam kondisi dharurat, seperti tidak adanya lokasi pemakaman kecuali di tempat pemakaman umum” (Nihaya al Muhtaj, 3:7).

Bila terlanjur dimakamkan dalam satu lokasi, maka makam tersebut harus dibongkar ketika mayat masih utuh apabila sudah hancur maka dibiarkan saja.

قَال الدَّرْدِيرُ: وَتُدُورِكَ نَدْبًا بِالْحَضْرَةِ (وَهِيَ مَا قَبْل تَسْوِيَةِ التُّرَابِ عَلَيْهِ) وَمِثَال الْمُخَالَفَةِ الَّتِي تُتَدَارَكُ: تَنْكِيسُ رِجْلَيْهِ مَوْضِعَ رَأْسِهِ، أَوْ وَضْعِهِ غَيْرَ مُسْتَقْبِل الْقِبْلَةِ، أَوْ عَلَى ظَهْرِهِ، وَكَتَرْكِ الْغُسْل، أَوِ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ، وَدَفْنِ مَنْ أَسْلَمَ بِمَقْبَرَةِ الْكُفَّارِ، فَيُتَدَارَكُ إِنْ لَمْ يُخَفْ عَلَيْهِ التَّغَيُّرُ . (الموسوعة الفقهية الكويتية 11: 101)

Imam al-Dardir berkata: disunnahkan membongkar ketika sebelum meratanya tanah, contoh: terbaliknya posisi mayit, tidak menghadap kiblat atau tengkurap, tidak dimandikan atau belum dishalati, dan dimakamkannya orang islam di kuburan orang kafir, maka sunnah membongkar jika tidak dikhawatirkan rusak jasadnya. (al mausu’ah al fiqhiyah al kuwaitiyah 11:101)

Posting Komentar untuk "HUKUM PEMAKAMAN SATU LOKASI MUSLIM DAN NON-MUSLIM"