HUKUM SHALAT DALAM KEADAAN DZAKAR BERDIRI (EREKSI)
Pradana ialah santri yang rajin beribadah, namun
saat shalat subuh kala itu usai hujan serta suhu menjadi sangat dingin, jadi,
pradana secara tidak sadar antara mengantuk dan kedinginan dzakar pradana
berdiri ketika shalat. Bagaimana hukum shalat dalam keadaan dzakar berdiri?
Tidak Batal
Berdirinya dzakar saat shalat tidak termasuk
perkara yang membatalkan shalat karena tidak termasuk dari gerakan besar yang
dapat membatalkan shalat melainkan masuk kategori gerakan yang ringan.
......قَوْلُهُ:
(كَتَحْرِيكِ أَصَابِعِهِ) أَيْ مَعَ قَرَارِ سَاعِدِهِ وَرَاحَتِهِ، وَهِيَ
الْمُرَادُ بِقَوْلِ بَعْضِهِمْ مَعَ قَرَارِ كَفِّهِ، لِأَنَّ الْأَصَابِعَ
بَعْضُ الْكَفِّ بَلْ الْوَجْهُ الِاكْتِفَاءُ بِقَرَارِ سَاعِدِهِ فَقَطْ،
فَرَاجِعْهُ وَكَالْأَصَابِعِ آذَانُهُ وَأَجْفَانُهُ وَحَوَاجِبُهُ وَلِسَانُهُ
وَشَفَتَاهُ، وَذَكَرُهُ وَأُنْثَيَاهُ. (حاشيتا قليوبي وعميرة: ج 1، ص 190)
“ .... tidak membatalkan shalat gerakan ringan
yang terus menerus seperti menggerakkan jari-jari dengan catatan lengan dan
telapak tangannya tidak bergerak atau tetap .....termasuk seperti jari-jari
adalah telinga, telapuk mata, alis, lisan, kedua bibirnya, penis, dan testis.”
(Hasyiyata Qulyubiy wa ‘umairah, 1:190).
(كَتَحْرِيْكِ أَصَابِعٍ)
فِيْ سُبْحَةٍ بِلَا تَحْرِيْكِ الْكَفِّ (أَو جَفْنٍ) أَوْ لِسَانٍ أَوْ
شَفَتَيْنِ أَوْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَيَيْنِ وَمِنَ الْخَفِيْفِ نَزْعُ الْخُفِّ
أَوِ الضَّرْبَةُ أَوِ الضَّرْبَتَانِ أَوِ الْخُطْوَةُ أَوِ الْخَطْوَتَانِ فَلَا
يَضُرُّ مَا لَمْ يُحَصِّلْ وَثْبَةٍ. (نهاية الزين: ص 90)
“(seperti menggerakkan jari-jari) pada saat
bertasbih dengan tanpa menggerakkan telapak tangan (atau kantung mata)
atau lisan, bibir, penis, atau testis dan termasuk dari gerakan ringan
adalah melepas muzah atau satu atau dua pukulan, satu atau dua jangkahan itu
semua tidak menyebabkan batalnya shalat selagi tidak menghasilkan satu
lompatan” (Nihayah al-Zain, 90)
0 Response to "HUKUM SHALAT DALAM KEADAAN DZAKAR BERDIRI (EREKSI)"
Posting Komentar