HUKUM SUJUD SEBAGAI TANDA PERMINTAAN MAAF

 

HUKUM SUJUD SEBAGAI TANDA PERMINTAAN MAAF

Pemukiman yang padat akan selalu mudah terjadi konflik sosial antar tetangga. Dalam konflik ini ada 2 tetangga yang saling menyelesaikan konflik dengan cara kekeluargaan yakni yang bersalah sujud kepada orang yang tidak bersalah sebagai permintaan maaf. Jika tidak sujud minta maaf, maka akan dituntut ke meja hijau (pengadilan).

Bagaimanakah hukum sujud sebagai tanda permintaan maaf?

Haram sujud kepada selain Allah meskipun dengan tujuan baik atau meminta maaf kepada orang lain. Adapun sujud kepada nabi Adam dan nabi Yusuf itu hanya diperkenankan pada masanya. Sedangkan pada zaman nabi Muhammad SAW mutlak tidak diperbolehkan.

النَّوْعُ الثَّانِي: سُجُوْدُ تَحِيَّةٍ وَتَكْرِيْمٍ مِنْ غَيْرِ تَأْلِيْهٍ، كَسُجُوْدِ الْمَلَائِكَةِ لِآدِمِ، وَسُجُوْدِ يَعْقُوْبَ وَأَوْلَادِهِ لِيُوْسُفَ. وَهَذَا فِي رَأْيِ أَكْثَرِ الْعُلَمَاءِ كَانَ مُبَاحًا إِلَى عَصْرِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (التفسير المنير للزحيلي: ج 1، ص 134(

“sujud yang kedua adalah sujud penghormatan dan melmuyakan tanpa tujuan menuhankan seperti sujudnya malaikat kepada nabi Adam, sujudnya nabi Ya’qub dan anak-anaknya kepada nabi Yusuf. Menurut pendapat mayoritas ulama’ sujud manusia kepada makhluq hanya diperbolehkan sampai masa Rasulullah Saw” (al-Tafsir al-Munir, 1:134).

رَوَى ابْنُ مَاجَهْ فِي سُنَنِهِ وَالْبُسْتِيُّ فِي صَحِيحِهِ عَنْ أَبِي وَاقِدٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ مِنَ الشَّامِ سَجَدَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَا هَذَا) فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدِمْتُ الشَّامَ فَرَأَيْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِبَطَارِقَتِهِمْ وَأَسَاقِفَتِهِمْ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ، قَالَ: (فَلَا تَفْعَلْ فَإِنِّي لَوْ أَمَرْتُ شَيْئًا أَنْ يَسْجُدَ لِشَيْءٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا حَتَّى لَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ). (تفسير القرطبي = الجامع لأحكام القرآن: ج 1، ص293(

“Ibnu Majah didalam kitab Sunan-nya dan al-Bustiy didalam kitab Shohih-nya meriwayatkan hadits dari Abi Waqid dia berkata: ketika Mu`adz bin Jabal telah datang dari Syam lantas ia sujud kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasulullah SAW berkata: (apa ini?) kemudian Mu`adz menjawab: Ya Rasulullah, Aku mendatangi negeri Syam lalu aku melihat mereka bersujud di hadapan panglima dan petinggi mereka. Lalu aku ingin melakukannya untukmu. Beliau bersabda : (Jangan lakukan ! Karena sesungguhnya seandainya aku diperbolehkan memerintahkan sesuatu untuk bersujud kepada sesuatu yang lain, sungguh aku akan perintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya. Tidaklah seorang wanita menunaikan haq Robnya hingga ia tunaikan hak suaminya sampai seandainya sang suami meminta dirinya saat berada di atas qotab (kursi atau ranjang khusus untuk melahirkan), ia tidak boleh menolaknya)” (Tafsir al-Qurtubiy, 1: 293)

وَلَوْ ‌تَقَرَّبَ ‌إلَى ‌اللَّهِ ‌بِسَجْدَةٍ مِنْ غَيْرِ سَبَبٍ حَرُمَ وَلَوْ بَعْدَ صَلَاةٍ كَمَا يَحْرُمُ بِرُكُوعٍ مُفْرَدٍ وَنَحْوِهِ لِأَنَّهُ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ إلَّا مَا اُسْتُثْنِيَ، وَمِمَّا يَحْرُمُ مَا يَفْعَلُهُ كَثِيرٌ مِنَ الْجَهَلَةِ مِنْ السُّجُودِ بَيْنَ يَدَيْ الْمَشَايِخِ وَلَوْ إلَى الْقِبْلَةِ أَوْ قَصَدَهُ لِلَّهِ تَعَالَى. وَفِي بَعْضِ صُوَرِهِ مَا يَقْتَضِي الْكُفْرَ، عَافَانَا اللَّهُ تَعَالَى مِنْ ذَلِكَ (مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج:  ج 1، ص 448)

“seandainya seseorang mendekatkan diri kepada Allah dengan sujud tanpa sebab maka hukumnya Haram, meskipun sesudah shalat, seperti halnya haram seseorang ruku’ diluar shalat dll, karena hal tersebut bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat, selain sesuatu yang sudah dikecualikan. Termasuk sujud yang diharamkan adalah sujud yang dilakukan oleh kebanyakan orang bodoh, yaitu sujud di depan gurunya meskipun menghadap kiblat atau niat karena Allah. Bahkan beberapa bentuk sujud dapat menyebabkan kufur. semoga Allah menjaga kita dari hal demikian.” (Mughniy al-Muhtaaj, 1: 448) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HUKUM SUJUD SEBAGAI TANDA PERMINTAAN MAAF"

Posting Komentar