KONDISI-KONDISI DISUNNAHKAN BERWUDHU’

 

KONDISI-KONDISI DISUNNAHKAN BERWUDHU’

Keadaan-keadaan disunnahkan berwudhu:

1.        saat membaca al-Quran atau al- Hadits,

2.        belajar ilmu,

3.        masuk Masjid,

4.        duduk dan lewat di Masjid,

5.        ketika hendak dzikir,

6.        hendak adzan,

7.        hendak tidur,

8.        menghilangkan keraguan di dalam hadats kecil,

9.      setelah marah, ghosob dan pembicaraan yang diharamkan sebagaimana ghibah dan sesamanya,

10.    melakukan manasik Haji seperti wukuf, melempar jumroh, ziarah makbarah Nabi Muhammad SAW,

11.     Hendak makan,

12.    setiap sholat yang akan dikerjakan.

13.    setelah berbekam (cantuk),

14.    setelah keluar darah dari hidung (mimisan),

15.    ketika mengantuk,

16.    setelah tidur dalam keadaan duduk sambil menempempelkan pantatnya pada bumi.

17.    Setelah tertawa terbahak-bahak diwaktu shalat,

18.    Hendak makan makanan yang diproses dengan api, makan daging unta,

19.    ketika ragu didalam hadats,

20.    hendak ziaroh qubur,

21.    setelah memikul mayyit dan menyentuhnya.

وَاتَّفَقَ الشَّافِعِيَةُ وَالْحَنَابِلَةُ مَعَ الْحَنَفِيَةِ وَالمْاَلِكِيَّةِ عَلَى الْحَالَاتِ الْسَابِقَةِ وَنَحْوُهَا الَّتِي يُنْدَبُ لَهَا الْوُضُوْءُ، مِنْ قِرَاءَةِ قُرْآنٍ أَوْ حَدِيْثٍ، وَدِرَاسَةِ الْعِلْمِ، وَدُخُوْلِ مَسْجِدِ وَجُلُوْسٍ أَوْ مُرُوْرٍ فِيْهِ، وَذِكْرٍ وَأَذَانٍ وَنَوْمٍ وَرَفْعِ شَكٍّ فِي حَدِثٍ أَصْغَرٍ، وَغَضَبٍ وَكَلَامُ مُحْرَمٍ كَغَيْبَةٍ وَنَحْوِهَا، وَفِعْلِ مَنَاسِكِ الْحَجِّ كَوُقُوْفٍ وَرَمْيِ جِمَارٍ، وَزِيَارَةِ قَبْرِ النَّبِي صَلّى الله عَلَيْهِ وَسلم، وَأَكْلٍ، وَلِكُلِّ صَلَاةٍ، لِحَدِيْثِ أَبِي هُرَيْرَةَ يَرْفَعُهُ: «لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي، لَأَمَرْتُهُمْ بِالْوُضُوْءِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ» كَمَا يُسْتَحَبُّ الْوُضُوْءُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ مِنْ بَعْدِ الْفَصْدِ وَالْحِجَامَةِ وَالرِّعَافِ وَالنُّعَاسِ وَالنَّوْمِ قَاعِدًا مُمَكِّنًا مَقْعَدَتَهُ مِنَ الْأَرْضِ، وَالْقَهْقَهَةِ فِي الْصَّلَاةِ، وَأَكْلِ مَامَسَّتْهُ النَّارُ، وَلَحْمِ الْجَزُوْرِ، وَالشَكِّ فِي الْحَدَثِ، وَزِيَارَةِ الْقُبُوْرِ، وَمِنْ حَمْلِ الْمَيِّتِ وَمَسِّهِ (الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي: ج 1، ص 365)

Ulama Syafi'iyah, Hanabilah, Hanafiah dan Malikiah telah sepakat tentang kesunahan berwudhu saat membaca al-Quran atau al- Hadits, belajar ilmu, masuk Masjid, duduk dan lewat di Masjid, dzikir, adzan, tidur, menghilangkan keraguan didalam hadats kecil, setelah marah, ghosob dan pembicaraan yang diharamkan sebagaimana ghibah dan sesamanya, melakukan manasik Haji seperti wukuf, melempar jumroh, ziarah makbarah Nabi Muhammad SAW, makan, setiap sholat yang akan dikerjakan. Karena hadits Abi Hurairah yang dihukumi Marfu'; "Seandainya saya tidak akan memberatkan atas umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka berwudlu setiap shalat". Demikian juga dianjurkan berwudlu menurut Ulama Syafi 'iyah setelah berbekam (cantuk), keluar darah dari hidung (mimisan), mengantuk, tidur dalam keadaan duduk sambil menempempelkan pantatnya pada bumi, tertawa terbahak-bahak diwaktu shalat, makan makanan yang diproses dengan api, makan daging unta, ragu didalam hadats, ziaroh qubur, memikul mayyit dan menyentuhnya. (Fiqh al-Islam wa Adilatuhu, 1:365)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KONDISI-KONDISI DISUNNAHKAN BERWUDHU’"

Posting Komentar