SHALATNYA ORANG YANG BEROPROFESI SEBAGAI SOPIR / DRIVER

 

SHALATNYA ORANG YANG BEROPROFESI SEBAGAI SOPIR / DRIVER

Pak Afif adalah sopir bus antar provinsi yang tak sempat melaksanakan shalat tepat waktu. pak Afif sering jama’ dan qashar dalam shalatnya. Apa hukum shalat jama’ dan qasharnya pak Afif yang berprofesi sebagai sopir?

Menurut madzhab Syafi’i bagi seseorang yang berprofesi sebagai sopir maka dia boleh selalu mengqashar shalatnya, namun bukan sebuah keutamaan sebagaimana umumnya hukum shalat Jama’ dan Qashar. Yang lebih utama adalah menyempurnakan shalatnya. Sedangkan menurut madzhab Hanafi dan Hambali tidak boleh mengqashar.

Catatan :

1.      Shalat yang diqashar adalah shalat yang berjumlah 4 rakaat.

2.      Perjalanan yang ditempuh harus mencapai 3 marhalah (120,96 KM).

3.      Bukan termasuk bepergian yang maksiat.

وَأَشْعَرَ تَعْبِيْرُهُ بِالْجَوَازِ أَنَّ الْأَفْضَلَ الْإِتْمَامُ. نَعَمْ، إِنْ بَلَغَ سَفَرُهُ ثَلاَثَ مَرَاحِلَ وَلَمْ يُخْتَلَفْ فِي جَوَازِ قَثصْرِهِ فَالْأَفْضَلُ الْقَصْرُ لِلْاِتْبَاعِ، وَخُرُوْجًا مِنْ خِلاَفِ أَبِي حَنِيْفَةَ - رضي الله عنه - فَإِنَّهُ يُوْجِبُ الْقَصْرُ حِيْنَئِذٍ. (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين: ج 2، ص 113)

“Boleh mengqashar shalat, tetapi yang lebih utama adalah menyempurnakan shalatnya. Dengan syarat bepergiannya sudah mencapai 3 marhalah (120,96 km). dan tidak ada perbedaan mengenai bolehnya mengqashar shalat akan tetapi yang lebih utama adalah qashar karena mengikuti Nabi. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah yang mengatakan wajib mengqashar shalat. Tetapi menurut Syaikh Zainuddin al-Malibary lebih baik menyempurnakan shalatnya”. (I'anah al-Thalibin, 2:113)

وَخَرَجَ بِقَوْلِنَا وَلَمْ يُخْتَلَفْ فِي جَوَازِ قَصْرِهِ: مَنْ اُخْتُلِفَ فِي جَوَازِ قَصْرِهِ، كَمَلاَّحٍ يُسَافِرُ فِي الْبَحْرِ وَمَعَهُ عِيَالُهُ فِي سَفِيْنَةٍ، ‌وَمَنْ ‌يُدِيْمُ ‌السَّفَرُ مُطْلَقًا كَالسَّاعِي فَإِنَّ الْإِتْمَامَ أَفْضَلُ لَهُ، خُرُوْجًا مِنْ خِلَافِ مَنْ أَوْجَبَهُ، كَالْإِمَامِ أَحْمَدَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ. وَرُوْعِيَ مَذْهَبُهُ دُوْنَ مَذْهَبِ أَبِيْ حَنِيْفَةَ فِيْ ذَلِكَ لِمُوَافَقَتِهِ الْأَصْلُ، وَهُوَ الْإِتْمَامُ. (إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين: ج2، ص 113)

 “Untuk orang-orang seperti pelaut dan orang-orang yang selalu bepergian (maka diperbolehkan mengqashar shalat akan tetapi lebih baik menyempurnakan shalatnya menurut mazdhab Syafi’i. Sedangkan  menurut Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah tidak boleh mengqashar dan wajib menyempurnakan shalatnya.” (I'anah al-Thalibin, 2:113)

يُشْتَرَطُ لِجَوَازِ الْقَصْرِ لِلْمُسَافِرِ شُرُوْطٌ أَحَدُهَا أَنْ يَكُوْنَ سَفَرُهُ مُبَاحاً لاَ حَرَجَ عَلَيْهِ فِيْهِ كَسَفَرِ التِّجَارَةِ وَهَذَا حُكْمُ سَائِرِ الرُّخْصِ الْمُخْتَصَّةِ بِالسَّفَرِ كَالْجَمْعِ وَالْمَسْحِ ثَلَثاً وَالْفِطْرِ وَالنَّافِلَةِ عَلَى الرَّاحِلَةِ وَهَذَا قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ. (الشرح الكبير على متن المقنع ط المنار: ج 2، ص 91)

“Disyaratkan beberapa syarat bagi orang musafir untuk boleh mengqashar shalat. Pertama termasuk bepergian yang mubah (tidak mengandung unsur dosa) seperti bepergiannya pedagang. Hal ini berlaku semua hukum rukhsah  yang dikhususkan untuk bepergian, seperti jamak, mengusap muza, tidak berpuasa dan shalat sunnah di atas kendaraan. Inilah pendapat kebanyakan ulama.” (al-Syarh al-Kabir, 2:91)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SHALATNYA ORANG YANG BEROPROFESI SEBAGAI SOPIR / DRIVER"

Posting Komentar