![]() |
Sumber Meta Ai |
قاعدة : ٣٨(1)
الْمُتَقَدِّمُ فِي الْعِلْمِ لَيْسَ بِأَوْلَى مِنَ الْمُتَأَخِّرِ
Orang yang lebih dahulu dalam ilmu tidak lebih utama daripada yang datang belakangan
إِذَا حُقِّقَ أَصْلُ الْعِلْمِ، وَعُرِفَتْ مَوَادُّهُ، وَجَرَتْ فُرُوعُهُ، وَلَاحَتْ أُصُولُهُ، كَانَ الْفَهْمُ فِيهِ الْمَبْذُولَا بَيْنَ أَهْلِهِ، فَلَيْسَ الْمُتَقَدِّمُ فِيهِ بِأَوْلَى مِنْ الْمُتَأَخِّرِ؛ وَإِنْ كَانَتْ لَهُ فَضِيلَةُ السَّبْقِ فَالْعِلْمُ حَاكِمٌ، وَنَظَرُ الْمُتَأَخِّرُ أَتَمُّ؛ لِأَنَّهُ زَائِدٌ عَلَى الْمُتَقَدِّمِ، وَالْفَتْحُ مِنْ اللّهِ مَأْمُولٌ لِكُلِّ أَحَدٍ.
وَاَللّهُ دَرَّ ابْنُ مَالِكٍ رَحِمَهُ اللّهُ (2) حَيْثُ يَقُولُ: "إِذَا كَانَتْ الْعُلُومُ مِنَحًا إِلَهِيَّةً، وَمَوَاهِبَ اخْتِصَاصِيَّةً؛ فَغَيْرُ مُسْتَبْعَدٍ أَنْ يُدَّخِرَ لِبَعْضِ الْمُتَأَخِّرِينَ مَا عَسُرَ عَلَى كَثِيرٍ مِنْ الْمُتَقَدِّمِينَ".
نَعُوذُ بِاللّهِ مِنْ حَسَدٍ يَسُدُّ بَابَ الْإِنْصَافِ، وَيَصُدُّ عَنْ جَمِيلِ الْأَوْصَافِ". انْتَهَى؛ وَهُوَ عَجِيبٌ.
(1) أى قاعدة ٣٩ عند تحقىق الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب.
(2)محمد بن مالك التحوي الشهير صاحب الألفية المشهورة في علوم النحو.
Asal ilmu direalisasikan, materi-materinya telah dikenali, cabang-cabangnya mengalir (berjalan/berkembang), dan prinsip-prinsipnya tampak, maka pemahaman dalam ilmu itu akan tersebar di kalangan ahlinya. Jadi, yang lebih dahulu dalam ilmu tidak lebih utama daripada yang belakangan; meskipun ia memiliki keutamaan karena lebih awal, ilmu itu menjadi hakim, dan pandangan yang belakangan lebih sempurna; karena ia menambah pada yang terdahulu, Dan pembukaan (ilmu) ini datangnya dari Allah dan hal ini diharapkan oleh setiap orang.
Alangkah indahnya perkataan Ibnu Malik, semoga Allah merahmatinya, ketika ia berkata : "Jika ilmu-ilmu itu adalah anugerah ilahi dan pemberian khusus, maka tidak mustahil bahwa ada di antara orang-orang yang datang belakangan yang diberikan pemahaman yang sulit dicapai oleh banyak orang terdahulu".
Kami berlindung kepada Allah dari iri hati yang menghalangi pintu keadilan, dan menghalangi sifat-sifat yang mulia." Selesai; dan itu sangat mengagumkan."
شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب :
يقرر الشيخ أحمد زروق في هذه القاعدة بأن العلم متى قدم على المنهج المعقول والوجه المناسب (تحقيق أصل العلم – تقديمه بشكل متماسك واضح, وخال من الغموض والإبهام، والتناقض)؛ فإن الفهم فيه يكون مبذولا لأهله وذوي الاختصاص.
Penjelasan dari Syekh Muhammad Idris Thayyib :
Syekh Ahmad Zarruq dalam kaidah ini menetapkan bahwa ilmu, apabila disajikan dengan metode yang rasional dan cara yang tepat (dengan pemahaman dasar ilmu – Menyampaikannya secara konsisten dan jelas, serta bebas dari kerancuan, ketidakjelasan, dan kontradiksi), maka pemahaman tentang ilmu tersebut akan mudah dipahami oleh para ahli dan orang-orang yang memiliki spesialisasi.
بعد ذلك تناول علاقة العلماء المتقدمين بالمتأخرين منهم؛ حيث كان يعتقد أفضلية العلماء المتقدمين على المتأخرين – خصوصا في العلوم الشرعية – لقربهم من عهد الرسول صلى الله عليه وسلم؛ إلا أن الشيخ أحمد زروق يناقش هذا الرأي قائلا: "فليس المتقدم فيه بأولى من المتأخر"-وإن كان للمتقدم أفضلية السبق-لأن العلم وحده هو الذي يحكم على الأفضلية؛ فالقدرات العقلية متاحة للجميع؛ وإن كان علم المتأخر أتم وأكمل؛ لأنه اطلع على علم القدماء ومن جاء من بعدهم؛ ثم اكتسب من المعارف والتجارب ما لم تكن عند المتقدمين، كما أن العلوم منح إلهية ومواهب اختصاصية؛ فغير مستبعد أن يدخر الله لبعض المتأخرين ما عسر على كثير من المتقدمين﴿وَاللّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ ١٠٥﴾ [البقرة:١٠٥] ﴿ وَذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ٥٤﴾ [المائدة :٥٤]
Setelah itu, Syekh Ahmad Zarruq membahas hubungan antara para ulama terdahulu dan yang datang kemudian yang mana (pada masa itu) ada keyakinan bahwa ulama terdahulu lebih utama dibandingkan ulama yang datang belakangan – terutama dalam ilmu-ilmu syariah – karena kedekatan mereka dengan zaman Rasulullah Saw. Namun, Syekh Ahmad Zarruq membahas pandangan ini dengan mengatakan: "Tidaklah yang terdahulu lebih utama dibandingkan yang kemudian" – meskipun yang terdahulu memiliki keunggulan dari segi waktu – karena ilmu itu sendiri yang menentukan keutamaan; kemampuan intelektual tersedia untuk semua orang. Ilmu ulama yang kemudian mungkin lebih lengkap dan sempurna karena mereka telah mempelajari ilmu dari para ulama terdahulu dan orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian, mereka memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang tidak dimiliki oleh para ulama terdahulu. Selain itu, ilmu adalah anugerah Ilahi dan pemberian khusus; maka tidak menutup kemungkinan bahwa Allah memberikan kepada beberapa ulama kemudian apa yang sulit dicapai oleh banyak ulama terdahulu. "Allah memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah mempunyai karunia yang besar" (QS. Al-Baqarah: 105) dan "Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Ma'idah: 54).
إن التفضيل عند الشيخ أحمد زروق لا يعني التقديس للقديم، أو الجمود عنده؛ فالعلوم عنده متاحة للجميع إذا قدمت بالمنهجية المناسبة؛ فمتى تحقق الشرط "إذا حقق أصل العلم" تحقق المشروط "كان الفهم فيه مبذولا بين أهله".
Menurut Syekh Ahmad Zarruq, keutamaan bukan berarti mengagungkan yang lama atau bersikukuh pada tradisi sebelumnya. Baginya, ilmu terbuka untuk semua orang jika disajikan dengan metodelogi yang tepat. Jadi, selama syarat "jika asal ilmu direalisasikan" ini dipenuhi, maka pemahaman akan ilmu itu akan mudah diperoleh oleh ahlinya.
وعليه فإذا تحققت شروط طلب العلم الموضوعية المشار إليها في القاعدة السابقة؛ فإنه يترتب عن ذلك تراكم المعرفة، وتطور العلم؛ لأن ذلك لا يتأتى إلا لمن له خبرة في مجال اختصاصه وطلبه، ولأن مبنى العلم قائم على البحث والتحقيق كما سيبين ذلك في القاعدة اللاحقة.
Dengan demikian, jika syarat-syarat objektif dalam mencari ilmu yang telah disebutkan dalam Kaidah sebelumnya terpenuhi, maka akan terjadi akumulasi pengetahuan dan perkembangan ilmu. Hal ini hanya bisa dicapai oleh mereka yang memiliki keahlian di bidangnya dan (aktif) mencarinya, karena ilmu dibangun atas dasar penelitian dan pengkajian, seperti yang akan dijelaskan dalam kaidah selanjutnya.
إذن فلا عيب في أن جاء الشيخ أحمد زروق متأخرا عمن سبقه؛ لأن: "نظر المتأخر أتم؛ لأنه زائد على المتقدم".
Jadi,tidak ada celaan bagi Syekh Ahmad Zarruq yang datang belakangan dibandingkan dengan ulama terdahulu, karena: "Pandangan ulama yang datang belakangan lebih sempurna; karena ia menambah ilmu yang telah dikumpulkan oleh ulama terdahulu"
ذلك أنه ما دام العلم يكتسب عن طريق العقل، ويعتمد في طلبه على المنهاج العام وأصول العلم المقررة سابقا؛ فإن مجال فهم العلوم الشرعية وتحقيقها مفتوح لكل من توفرت فيه شروط الطلب والبحث والاجتهاد؛ وبذلك لا يكون الشرف والميزة للسابق أبدا ولا يكون اللاحق أقل رتبة عن المتقدم؛ بل ربما يكون المتأخر أتم وأشمل وأكمل معرفة؛ لتوفر عدة ووسائل البحث (المراجع والمصادر...)؛ ولقد روى محمد بن علي الترمذي مرفوعا إلى عبد الله بن عمر قوله صلى الله عليه وسلم : " أمتي كالمطر لا يدري أوله خير أم آخره "(3).
(3)انظر كتاب الختم
Dengan demikian ilmu senantiasa diperoleh melalui akal dan dalam mencarinya mengandalkan metode umum serta prinsip-prinsip ilmu yang telah ditetapkan sebelumnya, sesungguhnya pemahaman dan penerapan ilmu-ilmu syariah terbuka bagi siapa saja yang memenuhi syarat dalam mencari, meneliti, dan melakukan ijtihad. Dengan demikian, kehormatan dan keunggulan tidak hanya milik orang-orang terdahulu, dan orang yang datang belakangan tidak lebih rendah derajatnya. Bahkan, ulama yang datang belakangan mungkin lebih lengkap, komprehensif, dan lebih sempurna dalam pengetahuan karena memiliki akses ke berbagai alat dan sumber penelitian. Seperti hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ali al-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Umatku bagaikan hujan, tidak diketahui apakah yang pertama atau yang terakhir yang lebih baik"
وهذه القاعدة التي قررها الشيخ أحمد زروق يظهر أثرها واضحا اليوم في البحوث العلمية. حيث أن المتقدم كان يعتمد على وسائل محدودة في طلبه وبحثه وتحصيله خلافا للمتأخر الذي يستفيد من تجارب السابقين وبالتالي يحقق نتائج أفضل.
Kaidah yang ditetapkan oleh Syekh Ahmad Zarruq ini terlihat jelas pengaruhnya dalam penelitian ilmiah masa kini. ulama terdahulu bergantung pada sarana yang terbatas dalam mencari, meneliti, dan memperoleh ilmu. Sebaliknya, ulama yang datang belakangan dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan dari para pendahulu mereka, sehingga mampu mencapai hasil yang lebih baik.
وحيث إن طلب العلم الشرعي وغيره - دون الذوقي – ممكن في كل وقت فإنه من الممكن أن يأتي المتأخر بما لم يستطعه الأوائل، خصوصا وأن المعارف تتراكم جيلا بعد جيل، وأن وسائل البحث تتقدم وتتوفر أكثر كذلك.
Sedangkan menuntut ilmu syariat dan ilmu lainnya — selain ilmu yang bersifat dzauq (rasa) — dapat dilakukan kapan saja, maka sangat mungkin bahwa ulama yang datang belakangan dapat mencapai apa yang tidak dapat dicapai oleh para pendahulu. Hal ini terutama karena pengetahuan terus berkembang dari generasi ke generasi, dan sarana penelitian juga terus maju dan lebih mudah diakses.
وبناء عليه فإن المتقدم ليس بأولى من المتأخر وإن كانت له فضيلة السبق؛ فالعلم حاكم، ونظر المتأخر أتم؛ لأنه زائد على المتقدم والفتح من الله مأمول لكل أحد.
Berdasarkan hal tersebut, ulama terdahulu tidak lebih utama dibandingkan ulama yang datang kemudian, meskipun mereka memiliki keunggulan dalam hal waktu. Ilmu-lah yang menentukan (keutamaan), dan pandangan ulama yang datang belakangan mungkin lebih lengkap karena ia menambah apa yang telah dicapai oleh para pendahulu. Pembukaan (ilmu) dari Allah SWT diharapkan untuk semua orang.
وللّه در ابن مالك رحمه الله حيث يقول: "إذا كانت العلوم منحا إلهية ومواهب اختصاصية فغير مستبعد أن يدخر لبعض المتأخرين ما عسر على كثير من المتقدمين".
''نعوذ باللّه من حسد يسد باب الإنصاف، ويصد عن جميل الأوصاف"
Dan alangkah indahnya perkataan Ibnu Malik, semoga Allah merahmatinya, ketika ia berkata, "Jika ilmu-ilmu itu adalah anugerah ilahi dan pemberian khusus, maka tidak mustahil bahwa ada di antara orang-orang yang datang belakangan yang diberikan pemahaman yang sulit dicapai oleh banyak orang terdahulu"
"Kami berlindung kepada Allah dari iri hati yang menghalangi pintu keadilan, dan menghalangi sifat-sifat yang mulia.’’
وكأني بالشيخ أحمد زروق يعني نفسه بهذا القول حيث استطاع في كتابه قواعد التصوف أن يأتي بما لم يأت به المتقدمون ; ولعله يشير بذلك لقول المتنبي:
وإنــــي وإن كــــنــت الأخـــــير زمــــانه ۞ لآت بمــــا لــــم يســــتطـعه الأوائــــــــــل
Seolah-olah Syekh Ahmad Zarruq sedang merujuk pada dirinya sendiri dengan perkataan ini, karena dalam kitabnya "Qawa'id al-Tasawwuf" ia mampu menyampaikan hal-hal yang belum pernah disampaikan oleh ulama-ulama terdahulu. Barangkali ia juga merujuk pada bait puisi dari al-Mutanabbi yang berbunyi:
"Dan meskipun aku adalah yang terakhir di zamannya, Aku datang dengan sesuatu yang belum bisa dicapai oleh para pendahulu."
فلا عيب إذن إذا كان الشيخ أحمد زروق قد جاء في الزمان متأخرا عمن سبقه من جهابذة وأقطاب التصوف؛ وهو بقوله السابق يقطع الطريق على من يتمسك بأقوال وأعمال الطبقات الأولى من المتصوفة دون غيرهم من المتأخرين؛ فقد يأتي المتأخر بما لم يستطعه المتقدم؛ ومع ذلك بقي الشيخ أحمد زروق محترما للشيوخ الذين تقدموه في الزمان، ويكفي مثلا على ذلك أنه في شروحه على مؤلفاته يكثر من التنويه بالشيوخ والعلماء الذين تقدموه في الزمان؛ وإن كان البعض منهم أقل منه رتبة في الشريعة، والحقيقة، والطريقة.
Oleh karena itu, tidak ada masalah meski jika Syekh Ahmad Zarruq datang belakangan dibandingkan dengan para ahli dan tokoh Tasawuf sebelumnya. Dengan ucapannya tersebut, dia menegaskan bahwa seseorang yang hanya berpegang pada ucapan dan tindakan golongan awal sufi tanpa mempertimbangkannya dengan ulama yang sezaman adalah salah, Karena yang datang belakangan bisa saja membawa sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh pendahulu. Meski begitu, Syekh Ahmad Zarruq tetap menghormati para ulama dan guru yang datang sebelum dirinya. Sebagai contoh, dalam penjelasan-penjelasannya terhadap karya-karyanya, dia sering mengapresiasi para guru dan ulama terdahulu, meskipun beberapa di antara mereka mungkin memiliki kedudukan yang lebih rendah dalam syariah, hakikat, dan tarekat dibandingkan dirinya.
ولقد أشار الشيخ أحمد زروق إلى جملة الأسباب التي دفعته إلى شرح الحكم العطائية قائلا:
"ليعرف ما عندنا فيه، وأن نفس الحق لا تنافيه؛ فلا يتحامل علينا مسلم سليم، ولا يغتر بذلك ذو عقل سقيم، والتارك لذلك ينته في حاله، مع اعتقادنا وجود كماله، إذ لا يلزم من إتيان المتأخر بما لم يأت به المتقدم أفضلية المتأخر، ولا نقص فضيلة المتقدم، ولا يكون طعنا في واحد منهما، ولو قيل بذلك؛ لما جاز للمتأخر أن يتكلم بعد المتقدم".
Syekh Ahmad Zarruq mengungkapkan berbagai alasan yang mendorongnya untuk menjelaskan "Al-Hikam Al-Ata'iyyah", dengan mengatakan:
"Agar diketahui apa yang ada pada kami dalam hal ini, dan bahwa kebenaran itu sendiri tidak bertentangan dengannya; sehingga tidak ada Muslim yang sehat akalnya yang bersikap berat sebelah terhadap kami, dan tidak ada orang yang berpikir lemah yang terpedaya oleh itu. Orang yang meninggalkannya akan tetap dalam keadaannya, dengan keyakinan dengan keyakinan akan adanya kesempurnaan itu, karena tidak berarti bahwa yang datang belakangan membawa sesuatu yang tidak dibawa oleh yang terdahulu itu lebih baik, dan tidak mengurangi keutamaan yang terdahulu. Tidak akan ada celaan terhadap salah satu dari mereka, dan jika dikatakan demikian; maka yang datang belakangan tidak akan diizinkan untuk berbicara setelah yang terdahulu."
وللحقيقة أقول: إن كتاب قواعد التصوف فريد في موضوعه، فريد في توجهه، فريد في رؤيته. قد أتى فيه الشيخ أحمد زروق حقا بما لم يستطعه الأوائل؛ فهو كما قال أبو سالم العياشي صاحب الرحلة في تقريضه لكتاب قواعد التصوف:
قــد جـمــعــت عـــلــم الـــســلــوك وحـكمه ۞ وفــقــهــا صـــحـــيحا واســـعا وعــــقائدا
"فلزمهم اتباع ما فيه من قواعد وأسس، ووجب الميل للحق أينما وجد سواء عند المتقدمين أو المتأخرين، وكل من كتب في تقعيد علم التصوف بعد الشيخ أحمد زروق؛ فهو عالة عليه وعلى أفكاره(4).
ورغم ذلك فإن ما سيذكره في الـقـاعـدة: ٤٠ يؤكد ما اتسم به الشيخ زروق من إنصاف واعتراف بالغير.
(4) الرحلة العياشية المعروفة بماء الموائد.
Sebenarnya, saya katakan bahwa kitab "Qawa'id al-Tasawwuf" adalah karya yang unik dalam temanya, pendekatannya, dan pandangannya. Syekh Ahmad Zarruq memang telah membawa sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh para pendahulu. Seperti yang dikatakan oleh Abu Salim al-'Ayyashi, penulis kitab Ar-rikhlah, dalam pujiannya terhadap kitab "Qawa'id al-TaSawwuf":
"Telah mengumpulkan ilmu suluk dan hikmahnya, serta fikih yang benar dan luas, juga akidah-akidahnya."
"Oleh karena itu, wajib bagi mereka untuk mengikuti apa yang ada dalam kitab ini dari kaidah dan dasar-dasarnya, dan wajib condong kepada kebenaran dimanapun ia ditemukan, baik di kalangan para ulama terdahulu atau yang belakangan. Setiap orang yang menulis tentang kaidah ilmu Tasawuf setelah Syekh Ahmad Zarruq hanyalah mengambil darinya dan dari ide-idenya."
Meskipun demikian, apa yang akan disebutkan dalam kaidah ke-40 menegaskan sifat adil dan pengakuan Syekh Ahmad Zarruq terhadap pihak lain.
Pertukaran pikiran dan berdiskusi dengan cara yang adil dan rendah hati membantu mendorong kreativitas, dan membantu membentuk kemampuan untuk berkontribusi pada perkembangan yang cepat. Hal ini memungkinkan generasi berikutnya untuk menambahkan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh pendahulu mereka, karena produksi ilmiah dan praktik sufi terus berkembang. Namun, hanya mereka yang memiliki pengetahuan ilmiah, pengalaman, dan praktik yang luas yang dapat mencapainya, meskipun Tasawuf sendiri adalah sebuah rasa, pengalaman, dan praktik.
Mutarjim : Lutfi Afandik
Contact Person : 082333349991
Email : lutfi.afandik08@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA
al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.
Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.
Kementrian agama republik indonesia “Al-quran kemenag” (2022) : 2
Posting Komentar untuk "QOIDAH 38: ORANG YANG LEBIH DAHULU DALAM ILMU TIDAK LEBIH UTAMA DARIPADA YANG DATANG BELAKANGAN"