Qaidah 6: Istilah Itu untuk Sesuatu dengan Apa yang Menunjukkan Maknanya dan Menyampaikan Hakikatnya

 

Sumber Meta AI

قاعدة: ٦ 

 اَلإِصْطِلاحُ لِلشَّيْءِ بِمَا يَدُلُّ عَلَى مَعْنَاهُ وَيُشْعِرُ
بِحَقِيْقَتِهِ.

Istilah itu untuk sesuatu dengan apa yang menunjukkan maknanya dan menyampaikan hakikatnya

اَلإِصْطِلاحُ لِلشَيْءٍ بِمَا يَدُلُّ عَلَى مَعْنَاهُ وَيُشْعِرُ بِحَقِيْقَتِهِ وَيُنَاسِبُ مَوْضُوعَهُ، وَيُعَيِّنُ مَدْلُولَهُ مِنْ غَيْرِ لَبْسٍ وَلَا إِخْلَالٍ بِقَاعِدَةٍ شَرْعِيَّةٍ وَلَا عُرْفِيَّةٍ، وَلَا رَفْعٍ مَوْضُوعٍ أَصْلِيٍّ وَلَا عُرْفِيٍّ، وَلَا مُعَارَضَةِ فَرْعٍ حُكْمِيٍّ، وَلَا مُنَاقَضَةِ وَجْهٍ حُكْمِيٍّ، مَعَ إِعْرَابِ لَفْظِهِ وَتَحْقِيقِ ضَبْطِهِ لَا وَجْهَ لِإِنْكَارِهِ.

Istilah itu untuk sesuatu dengan apa yang menunjukkan maknanya dan menyampaikan hakikatnya,menjelaskan subjeknya, menetapkan maknanya (secara jelas), tidak membingungkan  ,tanpa melanggar kaidah syar'i maupun adat, tanpa menghilangkan subjek yang asli maupun adat,tidak bertentangan dengan cabang hukum dan aspek hukum lainnya disertai penjelasan gramatikal pada lafadznya  dan penulisan yang tepat, ke semuanya itu tidak ada alasan untuk mengingkari"

وَاسْمُ التَّصَوُّفِ مِنْ ذَلِكَ، لِأَنَّهُ عَرَبِيٌّ مَفْهُومٌ تَامُّ التَّرْكِيبِ، غَيْرُ مُوْهِمٍ وَلَا مُلْتَبِسٍ وَلَا مُبْهَمٍ.

Nama tasawuf berasal dari salah satu istilah, karena ia “merupakan istilah” Arab, yang dipahami dengan susunan yang lengkap, tidak menipu, tidak membingungkan, dan tidak samar."

 بَل اشْتِقَاقِهِ مُشْعِرٍ بِمَعْنَاهُ كَالْفِقْهِ لِأَحْكَامِ الإِسْلَامِ وَالأَعْمَالِ الظَّاهِرَةِ وَالأُصُولِ لِأَحْكَامِ الْإِيمَانِ وَتَحْقِيقِ الْمُعْتَقَدِ. فَاللَّازِمُ فِيهِمَا، لَازِمٌ فِيهِ لِاسْتِوَائِهِمَا فِي الأَصْلِ وَالنَّقْلِ فَافْهَمْ.

Bahkan terbentuknya nama tasawuf menunjukkan maknanya seperti fiqih untuk hukum-hukum Islam dan amalan-amalan dhohir, ushul untuk hukum-hukum iman dan penegasan akidah. Maka yang diperlukan dalam keduanya(fiqih dan ushul) diperlukan dalam tasawuf untuk kesetaraan keduanya dalam asal dan naql(teks-teks syariat), maka pahamilah

شرح عند الأستاذ الشيخ محمد إدريس طيب:

 الاصطلاح هو إخراج الشيء عن معناه اللغوي الذي وضع له في الأصل إلى معنی آخر لبيان المراد؛ لذا فإن الاصطلاح في الفقه يقابل ما يفهم من الكلمة عند الفقهاء شرعا، والتصوف من هذا القبيل؛ فإنه عندما يطلق عند الصوفية فإنهم يقصدون به طريق السير لمرضاة الله بما يرضاه، وما يكسبه هذا السير من أخلاق حسنة من باب إطلاق المحل، وإرادة الحال.

Penjelasan dari Syekh Muhammad Idris Toyyib:

 Istilah adalah mengeluarkan suatu kata dari makna secara bahasa asalnya yang telah ditetapkan kepada makna lain untuk memperjelas maksudnya,oleh karena itu istilah dalam fiqih memiliki makna yang sesuai dari pemahaman kata di kalangan ulama' secara syar'i dan tasawuf termasuk dalam kategori ini; karena ketika istilah tasawuf digunakan di kalangan sufi, mereka memaksudkannya sebagai jalan untuk meraih keridhaan Allah dengan cara yang diridhai-Nya, dan apa yang diperoleh dari perjalanan ini berupa akhlak baik dari segi penetapan tempat, dan maksudnya adalah keadaan.

فلكل علم مصطلحاته تستعمل للدلالة على معان مخصوصة. قال ابن القيم:

"... أهل كل علم من العلوم اصطلحوا على ألفاظ يستعملونها في علومهم تدعو حاجتهم إليه للفهم والتفهيم"؛ فمصطلحات الأشياء تدل على معانيها حسب الموضوع الذي وضعت له في الأصل، كمصطلحات الفقه، والتفسير، والحديث والتوحيد، وأصول الفقه... إلخ من المصطلحات التي تدل على معانيها التي وضعت لها في أصل الاصطلاح.

Maka setiap ilmu memiliki istilah-istilahnya yang digunakan untuk menunjukan makna-makna khusus. Ibnu Qayyim berkata :

para ahli setiap ilmu mengistilahkan tentang kata-kata yang mereka gunakan dalam bidang ilmu mereka yang memenuhi kebutuhan mereka untuk pemahaman dan pengajaran; maka istilah istilah dalam suatu ilmu menunjukkan makna-makna tertentu sesuai dengan subjek yang ditetapkan di asal, seperti istilah-istilah dalam fiqih, tafsir, hadits tauhid, dan ushul fiqih . dan sebagainya dari istilah-istilah yang menunjukkan makna-maknanya yang ditetapkan untuknya di asal istilah."

فـــــــ..." مقاربة الاصطلاح مهم في الفهم والتفهيم، وبه يتصور التعلم والتعليم؛ فإذا أطلق إسم على مسمى وتحقق فيه معنى الاسم أصبح دالا عليه، ومصطلحا؛ كلما أطلق انصرف إلى معناه الذي وضع له في الأصل، واسم التصوف من هذا القبيل؛ لذا كانت معرفة الاصطلاحات ضرورية؛ لأن: معرفة الاصطلاح مهم؛ إذ به يقع الفهم والتفهيم، وبه يتصور التعلم والتعليم (1)


 (1)اغتنام الفوائد


Pendekatan istilah itu penting dalam pemahaman dan pembelajaran. dan dengannya dapat menggambarkan proses pembelajaran dan pengajaran; jika sebuah nama diberikan kepada sesuatu, dan nama itu mencerminkan makna yang ada pada sesuatu tersebut. nama itu akan menunjukkan makna tersebut dan menjadi istilah; setiap nama yang disebutkan,ia akan mengarahkan pada makna yang asalnya telah ditentukan untuknya, nama tasawuf termasuk kategori ini; oleh karena itu pengetahuan tentang istilah-istilah sangat penting; karena mengetahui istilah itu penting karena dengan itu pemahaman dan pengajaran terjadi.


فمعرفة الاصطلاحات لازم بكل حال؛ لا سيما اصطلاحات الصوفية فإذا أطلقنا: "علم الفقه" انصرف المعنى إلى أحكام الشرع المرتبطة بأفعال المكلفين، وإذا أطلقنا: "علم أصول الفقه" انصرف المعنى إلى القواعد الكلية التي تندرج تحتها الأحكام الجزئية تكليفا ووضعا، ورخصة وعزيمة، وصحة وبطلانا، وإذا أطلقنا علم الأصول انصرف المعنى إلى علم التوحيد أو علم الكلام المرتبط بالعقائد، ومصطلح "التصوف" من هذا القبيل؛ فإذا أطلقنا هذا الإسم انصرف إلى معناه الدال عليه، والمشار إليه في القاعدتين الثانية والثالثة؛ إذ لا شك أن التصوف مشتق من أصله؛ لأنه الاشتقاق الوحيد الذي تحمله اللغة العربية. يقال: تصوف، ومصدره تصوف، ويقال فيمن سلك طريقه على سبيل النسبة: صوفي أو متصوف. 

Maka pengetahuan tentang istilah-istilah itu wajib dalam setiap keadaan; terutama istilah-istilah di kalangan para sufi. Jika kita menyebut 'ilmu fiqh', maka maknanya merujuk kepada hukum-hukum syariat yang terkait dengan perbuatan para mukallaf. Jika kita menyebut 'ilmu ushul al-fiqh', maka maknanya merujuk pada kaidah-kaidah umum yang dibawahnya tersusun hukum-hukum juz’iyyah dalam hal taklif (kewajiban) maupun wadl’i (ketetapan) rukhshah (keringanan), azimah, sah dan batal” . Jika kita menyebut “ilmu ushul” maka maknanya merujuk kepada ilmu tauhid atau ilmu kalam yang terkait dengan akidah, dan istilah 'tasawuf' juga termasuk dalam kategori ini; jika kita menyebut nama ini, maka istilah ini ditujukan kepada makna yang menunjukkan padanya sebagaimana dijelaskan dalam kaidah kedua dan ketiga; karena tidak ada keraguan bahwa tasawuf berasal dari asalnya;Dikatakan: تَصَوَّفَ dan masdarnya adalah تَصَوُّفٌ, Bagi orang yang menempuh jalan karena dalam bahasa arab hanya ada satu bentuk derivasi (pecahan kata) yang sesuai ini, disebut "صوفي" atau "متصوف."

سئل الروذباري؛ عن الصوفي فقال: "من لبس الصوف على الصفا، وسلك منهاج المصطفى".

Al-Rudhbarī ditanya tentang golongan sufi, maka ia menjawab: “seorang sufi adalah orang yang mengenakan pakaian wol dengan kesucian hati dan menempuh jalan (nabi) Al musthofa”

 إلا أن البعض يرى بأن كلمة الصوفي مشتقة من فعل صفا يصفو صفاء؛ ومنه صفا قلبه إذا طهر من الأكدار والرذائل والأخلاق المذمومة؛ فعلم التصوف هو علم تعرف به أحوال وطرق تزكية النفوس، وتصفية الأخلاق، وتعمير الظاهر والباطن لنيل السعادة الأبدية، وهذا العلم هو علم الوراثة الناتج عن العمل والمشار إليه بقوله صلى الله عليه وسلم: "من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم".

Namun sebagian orang berpendapat bahwa kata 'sufi' terbentuk dari fi’il ‘صفا يصفو صفاء' (shafa) yang berarti jernih dan dari sini, muncul ungkapan 'صفا قلبه' yang berarti"hatinya menjadi jernih" ketika suci dari kotoran, sifat-sifat tercela, dan akhlak yang buruk. ilmu tasawuf adalah ilmu yang dengannya dikenali dengan keadaan spiritual dan cara penyucian jiwa, memperbaiki akhlak,serta menyelaraskan aspek lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan abadi. Ilmu ini adalah ilmu warisan yang dihasilkan melalui amalan "Dan yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW 'Barangsiapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui, Allah akan mewariskannya ilmu yang tidak ia ketahui.

فــــــــ"الكلام في الشيء ردا وقبولا، فرعا عن كونه معقولا؛ بلزوم العلم بماهيته وفائدته ومائدته قبل الخوض فيه إعلاما به، وتحضيضا عليه، وإيماء المعادنه ومقاصده؛ وكل ذلك لا يتم إلا بمعرفة آلته وهو اصطلاحه؛ وقد عرف أن لكل علم اصطلاحا وفيه ما يخص ويعم للتنبيه بذلك على قدره"(2).


    (2) اغتنام الفوائد.


Membicarakan tentang sesuatu, baik dalam bentuk penolakan dan penerimaan, adalah cabang dari keadaan sesuatu yang dapat dipahami; dengan keharusan mengetahui hakikatnya, manfaatnya, dan tujuannya sebelum membahasnya, menyampaikannya, mendorongnya, serta menunjukkan asal usul dan tujuannya. Semua itu tidak akan tercapai kecuali dengan mengetahui alatnya, yaitu istilahnya; dan telah diketahui bahwa setiap ilmu memiliki istilah tersendiri, yang mencakup hal-hal yang khusus maupun umum, dengan tujuan untuk memberikan penjelasan tentang sejauh mana hal tersebut berlaku.

ورغم الاختلاف في مصطلح "التصوف"؛ فإنه يمكن التأكيد على أصالته وخصوصيته، وصعوبته على غير السالك أو الباحث أو المتذوق؛ لذا لا بد من معرفة العلوم المتعلقة بالتصوف لمن أراد سلوكه أو دراسته؛ إذ الوقوف على معاني المصطلحات الصوفية، وخوض التجربة الصوفية أساسيان لفهم التصوف والحكم عليه.

ولقد:" قسم الشارع - صلوات الله وسلامه عليه - الدين إلى ثلاث:

*إسلام * وإيمان * وإحسان


Meskipun ada perbedaan dalam istilah 'tasawuf',namun dapat dipastikan bahwa ia memiliki keaslian dan kekhususan, serta kesulitan memahami tasawuf bagi  yang bukan salik, peneliti, atau tidak memiliki apresiasi terhadapnya; maka wajib selain mengetahui ilmu-ilmu yang terkait dengan tasawuf bagi siapa pun yang ingin menempuh atau mempelajarinya; karena memahami makna istilah-istilah sufi dan menjalani pengalaman sufi adalah dua hal yang mendasar untuk memahami dan menilai tasawuf (dengan benar). Nabi Muhammad SAW telah membagi agama menjadi tiga bagian: Islam, Iman, dan Ihsan


ثم فسر الإسلام بعمل الجوارح، والإيمان باعتقادات القلوب، والإحسان فعلات القلوب. واصطلح العلماء للكلام في أعمال الأول بالفقه، والثاني بالأصول، والثالث  بالتصوف وهو أجلهما؛ كما أنهما له كالجسد لا إكمال لهما إلا به؛ كما لا ظهور له بدونهما؛ فهما شرطان في صحته؛ كما أنه شرط في كمالهما؛ والثاني شرط صحة الأول كما أن الأول شرط في صحة الثاني، والمقدم على المقدم مقدم؛ فهو اهم ما يعتنى به؛ لتوقف الكل عليه.


Kemudian, Nabi menjelaskan bahwa islam berkaitan dengan amalan anggota tubuh, iman dengan keyakinan hati, dan ihsan dengan perbuatan hati. Para ulama kemudian menetapkan istilah bahwa untuk pembahasan tentang amalan yang pertama dengan fiqih, yang kedua di sebut ushul, dan yang ketiga disebut tasawuf, yang terbaik diantara keduanya; sebagaimana fiqh dan ushul seperti jasad yang tidak akan sempurna kecuali dengan tasawuf; sebagaimana tasawuf tidak akan tampak tanpa keduanya. Fiqih dan ushul adalah syarat sah bagi tasawuf, sebagaimana tasawuf adalah syarat bagi kesempurnaan keduanya. Seperti halnya bahwa itu adalah syarat untuk kesempurnaan keduanya; dan yang kedua adalah syarat keabsahan yang pertama, sebagaimana yang pertama menjadi syarat keabsahan yang kedua, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih utama; karena syarat sah yang pertama adalah hal yang sangat diperhatikan dan semua bergantung padanya.

قال الشيخ أحمد زروق: "المتكلم في أحكام مقام الإسلام يسمى فقيها، وعلمه يسمى فقها، والمتكلم في علوم الإيمان يسمى أصوليا، ويسمى علمه أصولا، والمتكلم في علم التصوف يسمى متصوفا، ويسمى علمه تصوفا؛ والكل اصطلاح"(3)


(3) شرح المباحث الأصليه.


Syekh Ahmad Zarruq berkata: 'Orang yang berbicara tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan maqam islam disebut sebagai faqih dan ilmunya disebut fiqh. Orang yang berbicara tentang ilmu-ilmu iman disebut sebagai ahli ushul dan ilmunya disebut ushul Orang yang berbicara tentang ilmu tasawuf disebut sebagai mutashawwif, dan ilmunya disebut tasawuf; dan semuanya adalah istilah.


لقد أطلق في البداية مصطلحي "الزاهد والعابد" على كل من له نسبة من التدين، والتفرغ للعبادة؛ فلما ادعى كل من له نصيب من التدين العبادة والزهد؛ فقيل عنه: "زاهد" أو "عابد"، أراد طائفة الزهاد الحقيقيون تمييز أنفسهم عن المدعين فأطلقوا على أنفسهم كلمة الصوفية، ونسبوا أنفسهم للتصوف، كما نسب المتكلمون أنفسهم لعلم الكلام، والمحدثون لعلم الحديث...؛ سواء صحت النسبة أم لا، وسواء قصد المعنى المستفاد منه أم لا؛ لأنه لا مشاحة في الاصطلاح. ثم لما كان التدوين في العلوم انبرى البعض لتدوين علم التصوف؟، كباقي العلوم الأخرى؛ فإذا كان "التصوف" كمصطلح ظهر كظهور بقية المصطلحات الدينية، والمصطلحات اللغوية؛ فلماذا ينكر على مصطلح "التصوف" دون بقية المصطلحات؟ ويستفاد من هذه القاعدة، ومن القاعدة الموالية أن اللفظ المختار للدلالة على المعنى المراد ينبغي:

أن يكون الواضع للمصطلح متصورا للمعنى المراد، وغير مناقض للمعنى الوضعي في أصل اللغة بقدر الإمكان.

- أن تكون دلالته ثابتة على معنى واحد؛ حيث لا يسوغ استعمال أي مصطلح خارج عن السياق الذي تم تداوله بين أهله، وداخل إطار اللغة والدلالة  الشرعية.

- أن يكون المصطلح معرب اللفظ أي دقيقا كامل الوضوح في الدلالة على المعنى المراد.

- ألا يتضمن مفسدة بوجه من الوجوه تؤدي إلى إنكاره.

- أن لا يكون متناقضا مع قاعدة شرعية.

- أن يشتهر ذلك المصطلح بين أربابه.


    Awalnya istilah ‘zahid’ dan ‘abid’ diucapkan pada setiap orang yang memiliki hubungan dengan kesalehan dan mengkhususkan diri untuk ibadah; namun ketika setiap orang yang memiliki bagian dalam kesalehan mengklaim diri sebagai ahli ibadah dan zuhud, mereka pun disebut sebagai ‘zahid’ atau ‘abid’. Karena itu, kelompok  zahid yang sejati ingin membedakan diri dari para pengaku, sehingga mereka menggunakan istilah 'kaum sufi' untuk menyebut diri mereka dan mengaitkan diri mereka dengan tasawuf, sebagaimana para ahli kalam mengaitkan diri mereka dengan ilmu kalam, dan para ahli hadits dengan ilmu hadits. baik tepat atau tidak pengaitannya, dan baik maksud dari maknanya berfaedah yang dimaksudkan atau tidak; karena tidak ada perselisihan dalam (penggunaan) istilah. Kemudian, ketika penjelasan dalam ilmu-ilmu mulai dilakukan sebagian orang, sebagian orang pun bangkit untuk mencatat ilmu tasawuf, seperti ilmu-ilmu lainnya; maka jika 'tasawuf' sebagai istilah muncul seperti munculnya istilah-istilah agama dan istilah-istilah bahasa lainnya."
Mengapa istilah 'tasawuf' diragukan dibandingkan dengan istilah lainnya? Dari kaidah ini, dan kaidah yang berkaitan, dapat dipahami bahwa istilah yang dipilih untuk menunjukkan makna yang dimaksud seharusnya:

  • Memiliki pencipta istilah yang memahami makna yang dimaksud, dan tidak bertentangan dengan makna aslinya dalam bahasa sebisa mungkin.

  • Menunjukkan makna yang tetap pada satu arti; di mana tidak diperkenankan menggunakan istilah di luar konteks yang telah disepakati di kalangan ahlinya, dan dalam kerangka bahasa serta makna syar'i.

  • Istilah tersebut harus jelas dan tepat dalam menunjukkan makna yang dimaksud.

  • Tidak mengandung keburukan dalam bentuk apapun yang dapat menyebabkan penolakannya.

  • Tidak bertentangan dengan kaidah syar'i.

  • Istilah tersebut harus dikenal di kalangan para ahlinya.




التصوف علم يعرف به كيفية السلوك إلى حضرة ملك الملوك.


    Tasawuf adalah ilmu yang dengannya diketahui cara menempuh jalan menuju hadirat Raja dari segala raja












Mutarjim: Arifatul Fajriyah
Contact person: 087726244077
Email: Arifatulfajriyah24@gmail.com


DAFTAR PUSTAKA

al-Burnusiy, Abi al-‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa Zarrouq al-Fasi, (Wafat 899 H)., Qawaid al-Tasawuf, Dar al-Kotob al-Ilmiyah, Beirut, Lebanon., 2019 M / 1440 H., (Tahqiq: Abdulmajid Khayali, 2002)., cet. kelima.

Tayeb, Mohammed Idris, (Lahir 1369 H / 1950 M)., Syarah Qawaid al-Tasawuf, Books Publisher, Beirut, Lebanon, 2022., cet. pertama, sebanyak 2 jilid.

Posting Komentar untuk "Qaidah 6: Istilah Itu untuk Sesuatu dengan Apa yang Menunjukkan Maknanya dan Menyampaikan Hakikatnya"