Hukum Filler Wajah Dalam Islam
Salah satu metode kecantikan yang sedang trend di kalangan wanita saat ini adalah penggunaan filler. Filler merupakan tindakan kosmetik di mana bahan sintetis atau alami disuntikkan ke dalam garis-garis, kerutan, dan jaringan wajah. Meskipun terdapat berbagai jenis filler, semua bertujuan untuk mengembalikan kontur anatomi yang berubah akibat proses penuaan, seperti kerutan, memperbaiki bekas luka akibat jerawat, atau dampak penyakit tertentu.
Bagaimana pandangan islam mengenai hukum filler wajah?
Haram
Apabila Filler yang digunakan untuk merubah ciptaan Allah SWT seperti memancungkan hidung, melancipkan dagu, meniruskan wajah, menipiskan atau mempertebal bibir, dan bertujuan untuk suami atau orang lain.
Boleh
Apabila Filler yang digunakan bertujuan untuk menghilangkan cacat di wajah atau disebabkan adanya mudharat dan sakit. Penggunaan ini juga diperbolehkan dengan izin dan pengetahuan dari suami.
قَالَ أَبُوْ دَاوُد فِيْ السُّنَنِ : النَّامِصَةُ الَتِيْ تَنْقُشُ الْحَاجِبُ حَتَّى تَرَقَهُ. ذَكَرَ فِيْهِ حَدِيْثِ ابْنِ مَسْعُوْدِ الْمَاضِيْ فِيْ بَابِ الْمُتَفَلِّجَاتِ قَالَ الطَّبَرِيْ : لَا يَجُوْزُ لِلْمَرْأَةِ تَغْيِيْرُ شَيْءٍ مِنْ خَلْقَتِهَا الَّتِيْ خَلَقَهَا اللهُ عَلَيْهَا بِزِيَادَةِ أَوْ نُقْصٍ الِتَّمَاسَّ الْحُسْنُ لَا لِلزَّوْجِ وَلَا لِغَيْرِهِ، كَمَنْ تَكُوْنُ مَقْرُوْنَةً الْحَاجِبِيْنَ فَتُزِيْلُ مَا بَيْنَهُمَا تَوْهَمَ الْبَلْجِ أَوْ عَكْسَهُ، وَمَنْ تَكُوْنَ لَهَا سِنٌّ زَائِدَةٌ فَتَقَلَّعَهَا ، أَوْ طَوِيْلَةٌ فَتَقَطَّعَ مِنْهَا، أَوْ لِحْيَةُ أَوْ شَارِبُ أَوْ عَنَفَقَةُ فَتُزِيْلُهَا بِالْنَتَفِ، وَمَنْ يَكُوْنَ شِعْرُهَا قَصِيْرًا أَوْ حَقِيْرًا فَتَطَوَّلَهُ أَوْ تَغَزَّرَهُ بِشَعْرِ غَيْرِهَا، فَكُلُّ ذَلِكَ دَاخِلُ فِيْ النَّهْيُ، وَهُوَ مَنْ تَغْيِيْرُ خَلْقِ اللهِ تَعَالَى . قَالَ: وَيُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ مَا يَحْصُلُ بِهِ الضَّرَرُ وَالْأَذِيَّةُ، كَمَنْ يَكُوْنُ لَهَا سِنٌّ زَائِدَةٌ أَوْ طَوِيْلَةٌ تُعِيْقُهَا فِيْ الْأَكْلِ أَوْ إِصْبَعٌ زَائِدَةٌ تُؤْذِيْهَا أَوْ تُؤْلِمُهَا فَيَجُوْزُ ذَلِكَ، وَالرَّجُلُ فِيْ هَذَا الْأَخِيْرِ / كَالْمَرْأَةِ. وَقَالَ النَّوَوِيْ: يُسْتَثْنَى مِن النُّمَاصِ مَا إِذَا نَبَتَ لِلْمَرْأَةِ لِحْيَةٌ أَوْ شَارِبٌ أَوْ عَنْفَقَةٌ فَلَا يَحْرُمُ عَلَيْهَا إِزَالَتُهَا بَلْ يُسْتَحَبُّ . قُلْتُ : وَإِطْلَاقُهُ مُقَيَّدٌ بِإِذْنِ الزَّوْجِ وَعِلْمِهِ، وَإِلَّا فَمَتَى خَلَا عَنْ ذَلِكَ مُنِعَ لِلتَّدْلِيْسِ، وَقَالَ بَعْضُ الْحَنَابِلَةُ : إِنْ كَانَ النَّمْصُ أَشْهَرُ شَعَارًا لِلْفَوَاجِرِ امْتَنَعَ وَإِلَّا فَيَكُوْنُ تَنْزِيْهَا ، وَفِيْ رِوَايَةٍ يَجُوْزُ بِإِذْنِ الزَّوْجِ إِلَّا إِنْ وَقَعَ بِهِ تَدْلِيْسُ فَيَحْرُمُ (فتح الباري، ج ١٠، ص٣٧٧-٣٧٨)
Abu Dawud berkata dalam Sunan: 'Al-Namisah adalah wanita yang mencukur atau merapikan alis hingga menjadi tipis. Dalam hadis yang disebutkan oleh Ibnu Mas'ud dalam bab wanita yang merapikan alis, Al-Tabari berkata: Tidak dibolehkan bagi wanita untuk mengubah apapun dari ciptaan Allah padanya dengan menambah atau mengurangi kecantikan, baik untuk suami maupun orang lain. Contohnya, wanita yang memiliki alis yang terhubung dan ia menghilangkan ruang di antara keduanya untuk menyerupai orang-orang tertentu, atau sebaliknya. Wanita yang memiliki gigi berlebihan, ia mencabutnya, atau terlalu panjang, ia memotongnya. Juga, misalnya, wanita yang memiliki jenggot, kumis, atau bulu-bulu halus di wajah, ia menghilangkannya dengan mencabutnya. Dan jika rambutnya pendek atau tidak menarik, ia memanjangkannya atau menyisipkan rambut orang lain. Semua tindakan tersebut termasuk dalam larangan, karena itu merupakan perubahan terhadap ciptaan Allah Yang Maha Tinggi.' Al-Tabari berkata: Bahwa dikecualikan dari haramnya merubah ciptaan Allah, bila ada mudharat dan sakit, seperti adanya gigi tambahan atau terlalu panjang pada seseorang yang mengganggunya saat makan atau adanya jari lebih yang mengganggu seseorang, maka boleh untuk dihilangkan. Dalam hal ini, hukumnya untuk wanita sama seperti untuk pria.' Al-Nawawi berkata: 'Yang dikecualikan dari larangan mencukur adalah jika tumbuh jenggot, kumis, atau bulu halus di wajah wanita. Ini tidak diharamkan untuk dihilangkan, malah dianjurkan.' Saya katakan: Penggunaan istilah ini terkait dengan izin dan pengetahuan suami. Jika tidak, melakukannya tanpa izin dianggap sebagai penipuan. Beberapa ulama Hanbali mengatakan: 'Jika mencukur alis menjadi tanda khusus orang yang tidak bermoral, maka dilarang. Jika tidak, maka hal itu diperbolehkan dengan izin suami, kecuali jika digunakan untuk menipu, maka menjadi haram. (Fath al-Baari, 10:177-178).
Penulis : Durrotul Ilmiyah
Perumus : Ust. Arief Rahman Hakim, M.Pd.
Mushohih : Gus Muhammada, M.Pd
Penyunting : Ibn Dahlan
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Asqalani, al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Baari Syarh Shahih al-Bukhari, Dar al-Ma’rifah, Beirut, Lebanon.
=======================
=======================



Posting Komentar untuk "Hukum Filler Wajah Dalam Islam"