Hukum Pengumuman Jenazah Memakai Mic
Speaker Masjid
Kebanyakan beberapa daerah di Indonesia, ketika ada orang meninggal, salah satu dari keluarga korban berinisiatif untuk menghubungi pengurus masjid agar mengumumkan kabar kematian keluarganya. Hal itu dilaksanakan agar masyarakat sekitar mengetahui dengan cepat kabar tersebut.
Pada umumnya pengumuman jenazah dilakukan dengan menggunakan mic speaker yang ada di masjid, sedangkan pengumuman jenazah tersebut tidak ada kaitannya dengan masjid. Dari fenomena tersebut, bagaimanakah hukum pengumuman jenazah menggunakan mic speaker masjid?
Boleh
Jika seseorang mewaqofkan hartanya untuk masjid dan tidak mengkhususkan terhadap syaratnya waqof, kemudian harta tersebut digunakan untuk membeli speaker, dan waqif tersebut tidak mensyaratkan penggunaannya itu hanya untuk adzan, maka penggunaan speaker mengikuti kepada adat-istiadat. Jika pada umumnya digunakan untuk pengumuman jenazah, maka diperbolehkan. Dikarenakan kebiasaan penggunaan speaker itu menempati terhadap syaratnya waqof.
تَنْبِيهٌ حَيْثُ أَجْمَلَ الْوَاقِفُ شَرْطَهُ، اُتُّبِعَ فِيهِ الْعُرْفُ الْمُطَّرِدُ فِي زَمَنِهِ لِأَ نَّهُ بِمَنْزِلَةِ شَرْطِهِ (فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين : ص ٤٠٨)
“Ketika waqif menambah syarat waqof, maka syaratnya harus mengikuti adat yang berlaku pada zamannya, karena hal itu menempati kedudukan syarat” (Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain : 408).
Tidak Boleh
Jika pemanfaatan speaker masjid hanya khusus digunakan untuk kepentingan masjid, maka tidak diperbolehkan menggunakan speaker masjid untuk mengumumkan berita kematian.
أَمَّاالْحَصْرُ الْمَوْهُوبَةُ لِلْمَسْجِدِ، أَوْ الْمُشْتَرَاةُ لَهُ مِنْ غَيْرِ وَقْفٍ لَهَا فَتُبَاعُ لَهَا جَزْمًا لِلْحَاجَةِ، وَتُصْرَفُ عَلَى مَصَالِحِ الْمَسْجِدِ، وَلَا يَتَعَيَّنُ صَرْفُهَا فِى شِرَاءِ حَصْرِ بَدَلِهَا (نهاية الزين: ص ٢٦٧)
“Adapun tikar yang diperoleh dari hibah khusus untuk masjid atau yang diperoleh tanpa wakaf, maka harta tersebut digunakan mengikuti ketetapan yang sesuai dengan kebutuhan dan digunakan untuk kepentingan masjid. Tidak boleh menjual tikar tersebut, (sedangkan uang hasil penjual itu) digunakan membeli tikar baru sebagai penggantinya” (Nihayah al-Zain : 267).
وَلَا يَجُوزُ اسْتِعْمَالُ حَصْرِ الْمَسْجِدِ وَلَا فِرَاشِهِ فِى غَيْرِ فُرْشِهِ مُطْلَقًا سَوَاءٌ أَكَانَ لِحَاجَةٍ أَمْ لَا وَاسْتِعْمَالُهَا فِى الْأَعْرَاسِ مِنْ أَقْبَحِ الْمُنْكَرَاتِ الَّتِى يَجِبُ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ إِنْكَارُهَا وَقَدْ شَدَّدَ الْعُلَمَاءُ النَّكِيرَ عَلَى مَنْ يَفْرِشُهَا بِالْأَعْرَاسِ وَالْأَفْرَاحِ وَقَالُوا يَحْرُمُ فُرْشُهَا وَلَوْ فِى مَسْجِدٍ آخَرٍ وَاللّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالى اَعْلَمُ. (الفتاوى الفقهية الكبرى: ج ٣، ص ٢٨٨)
“Tidak diperbolehkan menggunakan tikar masjid atau perabot-perabot di dalamnya untuk tujuan lain di luar keperluan aslinya, baik itu untuk keperluan pribadi maupun acara pernikahan. Penggunaan perabot masjid untuk perayaan pernikahan termasuk sejelek-jeleknya perkara munkar yang mana bagi setiap orang wajib untuk mengingkarinya. Para ulama telah sangat menekankan penolakan terhadap siapa saja yang menggunakan perabot tersebut untuk perayaan pernikahan dan kebahagiaan. Mereka menyatakan bahwa menghiasnya dengan pernikahan dan kebahagiaan adalah haram, bahkan jika digunakan di masjid lain” (Al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, 3 : 288).
Penulis : Ahmad Miftahus Sudury
Mushohih : Ust. M. Faidlus Syukri, S.Pd
Penyunting : M. Irvan Masfani R
DAFTAR PUSTAKA
Al-Malibari, Ahmad Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Ain, Dar Ibn Hazm, Beirut, Lebanon : 2004.
Al-Jawi, Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar, Nihayah al-Zain fi Irsyadi al-Mubtadi’in, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut, Lebanon : 2002.
Al-Haytami, Syihabuddin Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar, al-Fatawa al-Fiqhiyyah al-Kubra, 4 jilid, Abdul Hamid Ahmad Hanafi, Mesir : tanpa tahun.
Posting Komentar untuk "Hukum Pengumuman Jenazah Memakai Mic Speaker Masjid"