Shalat
adalah salah satu bentuk ibadah kepada Sang Khaliq yang tata cara dan
ketentuannya sudah diatur dalam syariat Islam. Salah satu syarat sah shalat
adalah menutup aurat. Namun, tidak menutup kemungkinan ada orang yang tidak
mempunyai pakaian meskipun hanya untuk menutupi auratnya. Oleh karena itu,
bagaimanakah tata cara orang yang shalat dengan tanpa busana/telanjang?
a. Mengerjakan shalat seperti pada umumnya (berdiri, ruku’,
sujud) karena berdiri, ruku’ dan sujud merupakan kesempurnaan shalat. Menjaga
rukun shalat lebih diutamakan daripada menjaga fardhunya shalat.
b. Harus mengerjakan shalat dengan duduk, karena dengan
duduk dapat menutupi sebagian aurat dan menutup aurat lebih dianjurkan daripada
berdiri, karena berdiri boleh ditinggalkan meskipun mampu sementara menutup
aurat adalah suatu keharusan, oleh karenanya menutupi aurat lebih diutamakan.
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, juz III, hlm.
187:
قَالَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
وَإِنْ لَمْ يَجِدْ شَيْئًا يَسْتُرُ بِهِ الْعَوْرَةَ، صَلَّى عُرْيَانًا وَلَا يَتْرُكُ
الْقِيَامَ، وَقَالَ الْمُزَنِى: يَلْزَمُهُ أَنْ يُصَلِّىَ قَاعِدًا، لِأَنَّهُ يَحْصُلُ
لَهُ بِالْقُعُوْدِ سِتْرُ بَعْضِ الْعَوْرَةِ، وَسِتْرُ بَعْضِ الْعَوْرَةِ أَكِدٌ
مِنَ الْقِيَامِ؛ لِأَنَّ الْقِيَامَ يَجُوْزُ تَرْكَهُ مَعَ الْقُدْرَةِ، وَالسِّتْرُ
لَا يَجُوْزُ تَرْكُهُ (بحال) فَوَجَبَ تَقْدِيْمُ السِّتْرِ. وَهَذَا لَا يَصِحُّ؛
لِأَنَّهُ يَتْرُكُ الْقِيَامَ وَالرُّكُوْعَ وَالسُّجُوْدَ عَلَى التَّمَامِ، وَيَحْصُلُ
لَهُ سِتْرُ الْقَلِيْلِ مِنَ الْعَوْرَةِ، وَالْمُحَافَظَةُ عَلَى الْأَرْكَانِ أَوْلَى
مِنَ الْمُحَافَظَةِ عَلَى بَعْضِ الْفَرْضِ. (المجموع شرح المهذب، ج 3، 2 187)
Dan diterangkan dalam kitab al-Ikhtiyar li Ta’lîl al-Mukhtâr, juz
I, hlm. 46:
وَمَنْ لَمْ يَجِدْ ثَوْباً صَلَّى عُرْيَاناً
قَاعِداً مُوْمِياً، وَهُوَ أَفْضَلُ مِنَ الْقِيَامِ (الإختيار لتعليل المختار، ج
1 ص 46)
0 Response to "Tata Cara Shalat dengan Telanjang"
Posting Komentar