Banyak orang yang ingin mengerjakan shalat jenazah. Apalagi jika
yang meninggal adalah seorang ulama’. Tidak jarang, shalat jenazah dilakukan
setelah mayit disemayamkan dalam kuburannya. Bagaimana hukum shalat jenazah di
atas kuburan itu?
Menanggapi hal ini ulama’ Syafi’iyah mengatakan boleh dan sah hal
ini didasarkan pada hadits:
عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَلَمَّا
وَرَدْنَا الْبَقِيعَ إِذَا هُوَ بِقَبْرٍ جَدِيدٍ، فَسَأَلَ عَنْهُ، فَقَالُوا:
فُلانَةٌ، فَعَرَفَهَا، فَقَالَ: أَلا آذَنْتُمُونِي؟ قَالُوا: كُنْتَ قَائِلاً
صَائِمًا، فَكَرِهْنَا أَنْ نُؤْذِنَكَ، فَقَالَ: لاَ تَفْعَلُوا لأَعْرِفَنَّ مَا
مَاتَ مِنْكُمْ مَيِّتٌ مَا كُنْتُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ إِلا دَعَوْتُمُونِي،
فَإِنَّ صَلاتِي عَلَيْهِ رَحْمَةٌ قَالَ: ثُمَّ أَتَى الْقَبْرَ، فَصُفِفْنَا
خَلْفَهُ، فَكَبَّرَ عَلَيْهَا أَرْبَعًا
(مسند أحمد بن حنبل، ج 4 ص 388 )
Diriwayatkan dari Zaid Bin Tsabit Ra, beliau berkata kami pernah
keluar bersama Nabi Saw. Ketika kami sampai di Baqi’, ternyata ada kuburan
baru. Lalu beliau bertanya tentang kuburan itu. Sahabat bertanya, yang
meninggal adalah seorang perempuan, dan ternyata beliau mengenalnya. Kemudian
beliau bersabda Kenapa kalian tidak memberitahu aku tentang kematiannya?.
Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, anda (waktu itu) sedang tidur qailulah
(tidur sebentar sebelum waktu dhuhur) dan berpuasa. Maka kami tidak ingin
mengganggumu. Rasulullah menjawab: Jangan begitu, seorang tidak akan mati di
antara kalian selama aku berada di tengah-tengah kalian kecuali kalian
mengabarkannya kepadaku. Karena shalatku merupakan rahmat baginya. Lalu beliau
mendatangi kuburan itu dan kami pun berbaris di belakang beliau. Kemudian
beliau bertakbir empat kali (shalat jenazah) untuknya. (Musnad Ahmad bin
Hanbal, juz 4, hal. 388)
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa shalat jenazah di atas
kuburan adalah boleh. as-Sham’ani mengatakan:
وَالْحَدِيْثُ دَلِيْلٌ عَلَى صِحَّةِ
الصَّلاَةِ عَلَى الْمَيِّتِ بَعْدَ دُفْنِهِ مُطْلَقاً سَوَاءٌ صَلِّى عَلَيْهِ
قَبْلَ الدُّفْنِ أَمْ لاَ وَإِلَى هذَا ذَهَبَ الشَّافِعِيُّ. (سبل السلام، ج 2 ص
100)
Hadits itu secara mutlak menunjukkan sahnya shalat jenazah setelah
dikuburkan, baik sebelum dikuburkan sudah dishalati atau belum. (Subul
al-Salam, juz 2, hal. 100).
Imam Dar al-Quthni menambahkan shalat jenazah di depan kuburan
tetap sah meskipun jenazah sudah satu bulan dimakamkan.
وَلَوْ صَلَّى عَلَى مَنْ دُفِنَ
صَحَّتْ صَلاَتُهُ لِأَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ صَلَّى عَلَى
الْقَبْرِ بَعْدَ مَا دُفِنَ (رَوَاهُ الشَّيْخَانِ) زَادَ دَارُ القُّطْنِى
بَعْدَ شَهْرٍ (كفاية الأخيار، ج 1 ص 157)
Imam al-Rouyani berkata meskipun mayat telah dikebumikan tetap sah
menshalatinya karena Nabi pernah melakukan hal tersebut di atas kuburan setelah
mayat di tanam, bahkan Imam Daru al-Quthni menambahkan, meskipun sudah melewati
satu bulan. (Kifayah al-Akhyar, juz I, hal. 157)
0 Response to "Hukum Shalat Jenazah di Atas Kuburan"
Posting Komentar