1. Khotmul Qur’an, yaitu membaca al-Qur’an 30 juz (mulai dari juz 1 s/d juz
30). Menurut Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, juz 5,
hal. 258 menegaskan bahwa disunnahkan untuk membacakan al-Qur’an untuk si
mayit;
يُسْتَحَبُّ أَنْ يَمْكُثَ عَلىَ
اْلقَبْرِ بَعْدَ الدَّفْنِ سَاعَةً يَدْعُوْ لِلْمَيِّتِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ.
نَصَّ عَلَيْهِ اَلشَّافِعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اَلأَصْحَابُ قَالوُا:
يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْئٌ مِنَ اْلقُرْأَنِ وَإِنْ خَتَمُوْا
اْلقُرْأَنَ كَانَ أَفْضَلُ (المجموع،ج 5، ص 258)
Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur
setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”.
Pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan
pengikut Imam Syafi’i mengatakan: “Sunnah
dibacakan beberapa ayat
al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai
menghatamkan al-Qur’an.
2. Tahlilan, Ibnu Taimiyah menegaskan masalah tahlil dengan keterangannya sebagai berikut:
إِذَا هَلَّلَ اْلإِنْسَانُ هكَذَا
سَبْعُوْنَ أَلْفًا أَوْ أَقَلَّ أَوْ أَكْثَرَ وَأُهْدِيَتْ إِلَيْهِ نَفَعَهُ
اللهُ بِذَلِكَ
Jika seseorang membaca tahlil sebanyak 70.000
kali, kurang atau lebih dan (pahalanya) dihadiahkan kepada mayit, maka Allah
memberikan manfaat dengan semua itu. (Fatawa, 24/323)
3. Do’a yang dihadiahkan kepada si mayit, Syeh Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa
ulama’ telah sepakat mengenai sampainya do’a dan istighfar (memohonkan ampunan)
untuk mayit sebagaimana dalil di bawah ini:
اَلدُّعَاءُ وَاْلاِسْتِغْفَارُ
وَهَذَا مُجْمَعٌ عَلَيْهِ لِقَوْلِ اللهِ تَعَالىَ (وَالَّذِيْنَ جَاءُوْ مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ
سَبَقُوْناَ بِاْلاِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ للَّذِيْنَ
أَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ) وَتَقَدَّمَ قَوْلُ الرَّسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَإِذاَ صَلَّيْتُمْ عَلىَ اْلمَيِّتِ
فَأَخْلِصُوْا لَهُ اَلدُّعَاءَ) وَحُفِظَ مِنْ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (اَللَّهُمَّ اْغفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا) وَلاَ
زَالَ اَلسَّلَفُ وَالْخَلَفُ يَدْعُوْنَ لِلْأَمْوَاتِ وَيَسْأَلُوْنَ لَهُمْ
الرَّحْمَةُ وَاْلغُفْرَانُ دُوْنَ إِنْكَارٍ مِنْ أَحَدٍ
Do’a dan memohonkan ampun untuk mayit, pendapat ini telah menjadi kesepakatan Ulama’, hal ini berdasarkan
firman Allah Swt. dalam al-Qur’an surah al-Hasyr ayat 10 (Dan orang-orang yang
datang setelah mereka muhajirin dan anshar berdo’a: Ya Tuhan kami, ampunilah
kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan iman, dan
jangan engkau jadikan hati kami “mempunyai sifat” dengki kepada orang-orang
yang beriman, Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha penyantun dan Maha
penyayang). Dan telah disebutkan sebelumnya sabda Rasulullah Saw. Jika kamu
menyalati mayid, maka ikhlaslah dalam berdo’a. Dan juga do’a Rasulullah Saw. Ya
Allah, ampunilah orang-orang yang hidup dan yang meninggal kami (umat Nabi).
Ulama’ salaf dan khalaf selalu mendo’akan orang-orang meninggal dan mereka
memohonkan kepadanya rahmat dan ampunan, tanpa seorang pun mengingkarinya.
4. Pengajian Umum, yang kadang dirangkai dengan pembacaan secara singkat
sejarah orang yang dihauli, yang mencakup nasab, tanggal lahir dan wafat,
jasa-jasa, serta keistimewaan yang patut diteladani. Hal ini sesuai dengan
keterangan di bawah ini:
وَقَدْ يُذْكَرُ فِيْهِ مَنَاقِبُ
الْمُتَوَفَّى وَذَلِكَ مُسْتَحْسَنٌ لِلْحَثِّ عَلىَ سُلُوْكِ طَرِيْقَتِهِ
الْمَحْمُوْدَةِ كَمَا فِى الْجُزْءِ الثاَّنِىْ مِنَ اْلفَتَوَى اْلكُبْرَى......
Terkadang dituturkan juga manaqib (biografi)
orang yang telah meninggal, cara ini baik untuk mendorong orang lain agar mengikuti
jalan (perilaku) terpuji yang telah dilakukan si mayit, sebagaimana telah
diterangkan dalam kitab Fatawa al-kubra juz II.
5. Sedekah, diberikan kepada orang-orang yang berpartisipasi pada acara
selametan, atau diserahkan langsung ke rumah tetangga (adat Jawa: ater-ater
atau weh-weh/saling memberi). Hal ini berdasarkan pada perintah Nabi
dalam kitab Durratu al-Nasihin yang berbunyi:
وَقاَلَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ: (تَصَدَّقوُاْ عَنْ أَنْفُسِكُمْ وَعَنْ مَوْتاَكُمْ وَلَوْ
بِشُرْبَةِ مَاءٍ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرُوْا عَلَى ذَلِكَ فَبِايَةٍ مِنْ كِتاَبِ
اللهِ فَاِنْ لَمْ تَعْلَمُوْا شَيْأً مِنْ كِتاَبِ اللهِ فَادْعُوْا
بِالْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ فَقَدْ وَعَدَ كُمْ بِاْلإِجَابَةِ)
Rasulullah Saw. bersabda: “bersedekahlah kamu
sekalian untuk dirimu sendiri dan untuk ahli quburmu walau hanya dengan seteguk
air, jika kamu sekalian tidak mampu bersedekah dengan seteguk air maka
bersedekahlah dengan satu ayat dari kitab Allah, jika kamu tidak
mengetahui/tidak mengerti sesuatu dari kitab Allah, maka berdo’alah dengan
memohon ampunan dan mengharap rahmat Allah, maka sesungguhnya Allah Swt. telah
berjanji akan mengabulkan”. (Durrah an-Nasihin, hal. 95)
Imam Nawawi berpendapat bahwa:
اَلصَّدَقَةُ: وَقَدْ حَكىَ
اَلنَّوَوِىُّ اَلإِجْمَاعَ عَلىَ أَنَّهَا تَقَعُ عَنِ اْلمَيِّتِ وَيَصِلُهُ
ثَوَبُهَا سَوَاءٌ كَانَتْ مِنْ وَلَدٍ أَوْ مِنْ غَيْرِهِ . لِمَا رَوَاهُ
أَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ وَغَيْرُهُمَا عَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ: إِنَّ رَجُلاً قَالَ
لِلنَّبِىِّ: إِنَّ أَبِيْ مَاتَ وَتَرَكَ مَالاً وَلَمْ يُوْصِ فَهَلْ يُكَفِّرْ
عَنْهُ أَنْ اَتَصَدَّقَ عَنْهُ ؟ قَالَ النَّبِىْ: نَعَمْ
Sedekah (shadaqah) itu dapat diambil
manfaatnya oleh mayit dan pahalanya pun sampai kepadanya, baik sedekah dari
anaknya (keluarga) maupun selain anak (orang lain), dan ini sudah menjadi
kesepakatan Ulama’, karena hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam
Muslim dan lainnya. Dari Abi Hurairah ra.: Seorang laki-laki bertanya kepada
Nabi Saw.: Bapak saya telah meninggal, dia meninggalkan harta dan tidak meninggalkan wasiat. Apakah dapat
menebus dosanya jika aku bersedekah sebagai gantinya?. Nabi menjawab: Ya, bisa.
(Kitab Peringatan Haul hal. 23-26)
0 Response to "Rangkaian Acara Selametan atau Haul"
Posting Komentar