HUKUM ADZAN PANJANG DAN
MELIUK-LIUK
Adzan adalah panggilan atau seruan untuk
melaksanakan shalat yang dikumandangkan dengan berbagai macam nada yang
berbeda-beda. Terkadang juga dikumandangkan dengan nada yang panjang dan
meliuk-liuk. Bagaimanakah hukum adzan
yang dikumandangkan dengan panjang dan dengan nada yang meliuk-liuk?
Makruh selama
tidak mengubah makna, apabila sampai mengubah makna seperti memperpanjang
hamzahnya lafadz akbar maka hukumnya haram
وَيُكْرَهُ أَذَانُ فَاسِقٍ وَصَبِيٍّ وَأَعْمَى؛
لِأَنَّهُمْ مَظِنَّةُ الْخَطَأِ، وَالتَّمْطِيطِ، وَالتَّغَنِّي فِيهِ مَا لَمْ يَتَغَيَّرْ
بِهِ الْمَعْنَى وَإِلَّا حَرُمَ، بَلْ كَثِيرٌ مِنْهُ كُفْرٌ فَلْيُتَنَبَّهْ لِذَلِكَ
(قَوْلُهُ: وَالتَّمْطِيطُ، وَالتَّغَنِّي فِيهِ) أَيْ: تَمْدِيدُ الْأَذَانِ، وَالتَّطْرِيبُ
بِهِ نِهَايَةٌ وَمُغْنِي (قَوْلُهُ: مَا لَمْ يَتَغَيَّرْ بِهِ الْمَعْنَى إلَخْ)
قَالَ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ يَحْرُمُ التَّلْحِينُ أَيْ إنْ غَيَّرَ الْمَعْنَى
أَوْ أَوْهَمَ مَحْذُورًا كَمَدِّ هَمْزَةِ أَكْبَرُ وَنَحْوَهَا وَمِنْ ثَمَّ قَالَ
الزَّرْكَشِيُّ وَلْيُحْتَرَزْ مِنْ أَغْلَاطٍ تَقَعُ لِلْمُؤَذِّنِينَ كَمَدِّ هَمْزِ
أَشْهَدُ فَيَصِيرُ اسْتِفْهَامًا وَمَدِّ بَاءِ أَكْبَرُ فَيَصِيرُ جَمْعَ كَبْرٍ
بِفَتْحِ أَوَّلِهِ وَهُوَ طَبْلٌ لَهُ وَجْهٌ وَاحِدٌ وَمِنْ الْوَقْفِ عَلَى إلَهٍ،
وَالِابْتِدَاءِ بِإِلَّا اللَّهُ؛ لِأَنَّهُ رُبَّمَا يُؤَدِّي إلَى الْكُفْرِ كَاَلَّذِي
قَبْلَهُ .... (تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي: ج 1، ص
473)
Makruh orang fasiq, anak kecil, dan orang buta
adzan karena mereka masih dimungkankan melakukan kesalahan, dimakruhkan juga
adzannya orang yang meliuk-liuk serta terlalu panjang selama tidak mengubah
makna. Jika merubah makna maka hukumnya haram bahkan sampai bisa kufur. Maka
hendaklah berhati-hati dalam hal itu. Maksud dari lafadz tamtid dan taghanni
adalah terlalu memanjangkan dan meliuk-liukkan adzan. Ibnu Abdi al-Salam
berkata: haram membaca adzan dengan lahn yaitu merubah makna adzan seperti memanjangkan
Hamzah lafadz Akbar dan lain-lain. Oleh karena itu, al-Zarkasyi berkata: adzan
hendaklah dijaga dari kesalahan-kesalahan yang terjadi pada muadzin seperti
terlalu memanjangkan hamzahnya lafad Asyhadu sehingga dapat menjadi hamzah
istifham, memanjangkan Ba’nya lafad Akbar sehingga dapat menjadi jamaknya lafad
Kabrun. Mewaqafkan lafad Ilaha dan memulai pada lafad Illa Allah karena terkadang dapat menyebabkan
kufur seperti orang
sebelumnya (Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj wa Hawasyi
al-Syarwani wa al-Ubady, 1:473).
Posting Komentar untuk "HUKUM ADZAN PANJANG DAN MELIUK-LIUK"