HUKUM MENJAWAB ADZAN YANG
BERULANG-ULANG TERDENGAR
Adzan adalah panggilan atau seruan untuk melaksanakan shalat. Menjawab adzan adalah suatu tindakan yang menunjukkan kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Dengan menjawab adzan, kita diharapkan dapat memperkuat ikatan kita dengan agama Islam dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Selain itu, tindakan ini juga dapat memberikan rasa tenang dan kedamaian dalam hati kita, karena kita melakukan suatu tindakan yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kemudian sering kali adzan terdengar dari beberapa masjid maupun mushallah secara bersamaan pada waktu shalat. Bagaimanakah hukum menjawab adzan yang berulang kali terdengar?
A Sunnah pada adzan pertama saja
Menurut kitab al-Durr al-Muktar ketika terdengar adzan beulang-ulang kali maka yang disunnahkan adalah cukup menjawab adzan yang pertama saja dan dimakruhkan tidak menjawab adzan yang pertama.
B. Sunnah menjawab semua adzan
Menurut Ibnu abidin dan Imam Nawawi ketika
seseoang terdengar adzan beulang-ulang kali maka disunnahkan menjawab semua
adzan, karena sebab kesunnahannya itu terjadi berulang kali juga.
وَإِذَا سَمِعَ مُؤَذِّنًا بَعْدَ مُؤَذِّنٍ
فَالْمُخْتَارُ أَنَّ أَصْلَ الْفَضِيلَةِ شَامِلَةٌ لِلْجَمِيعِ إلَّا أَنَّ الْأَوَّلَ
يُكْرَهُ تَرْكُهُ. وَقَالَ الْعِزُّ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ: إجَابَةُ الْأَوَّلِ
أَفْضَلُ إلَّا أَذَانَيْ الصُّبْحِ فَلَا أَفْضَلِيَّةَ فِيهِمَا لِتَقَدُّمِ الْأَوَّلِ
وَوُقُوعِ الثَّانِي فِي الْوَقْتِ، وَإِلَّا أَذَانَيْ الْجُمُعَةِ لِتَقَدُّمِ الْأَوَّلِ
وَمَشْرُوعِيَّةِ الثَّانِي فِي زَمَنِهِ - عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ (حاشية
البجيرمي على الخطيب تحفة الحبيب على شرح الخطيب:
ج 2، ص 53)
Ketika seseorang mendengar adzan setelah adzan
yang lain maka menurut Qaul Mukhtar Fadhilah menjawab adzan berlaku pada semua
adzan Tetapi, adzan yang pertama itu lebih dikehendaki untuk dijawab dan makruh
tidak menjawabnya. Al-Izz bin al-Salam berkata: ”menjawab adzan pertama lebih
diutamakan kecuali dua adzan shubuh maka kedua-duanya sama-sama dianjurkan
karena adzan pertama didahulukan dan adzan kedua terjadi saat waktu shubuh,
kecuali juga dua adzan jum’at karena adzan pertama didahulukan dan adzan kedua
juga disyariatkan pada masa Nabi Saw (Hasyiyah al-Bujairomi ala Al-Khotib,
2:53)
وَإِذَا تَكَرَّرَ الْأَذَانُ أَجَابَ ـ كَمَا
ذَكَرَ فِيْ الدَّرِ الْمُخْتَارِ ـ الْأَوَّلُ، سَوَاءٌ أَكَانَ مُؤَذِّنُ مَسْجِدِهِ
أَمْ غَيْرِهِ، لَكِنْ قَالَ ابْنُ عَابِدِيْنَ: وَيَظْهَرُ لِيْ إِجَابَةُ الْكُلِّ
بِالْقَوْلِ، لِتَعَدُّدِ السَّبَبِ وَهُوَ السِّمَاعُ، كَمَا اِعْتَمَدَهُ بَعْضُ
الشَّافِعِيَّةِ. وَقَالَ النَّوَوِيُّ فِي الْمَجْمُوْعِ: وَإِذَا سَمِعَ مُؤَذِّناً
بَعْدَ مُؤَذِّنٍ، فَالْمُخْتَارُ أَنَّ أَصْلَ الْفَضِيْلَةِ فِيْ الْإِجَابَةِ شَامِلٌ
لِلْجَمِيْعِ، إِلَّا أَنَّ الْأَوَّلَ مُتَأَكَّدٌ يُكْرَهُ تَرْكُهُ (الفقه الإسلامي
وأدلته للزحيلي: ج 1، ص 714)
Posting Komentar untuk "HUKUM MENJAWAB ADZAN YANG BERULANG-ULANG TERDENGAR"