Hukum Air Liur
Air liur adalah air yang keluar dari mulut
pada waktu tidur. Bagaimana hukum air liur tersebut?
a.
Suci,
jika air liur yang keluar itu diyakini tidak berasal dari perut. Seperti
keterangan dibawah ini:
Termasuk suci lagi, liur dahak selain yang
keluar dari perut, seperti dari kepala atau dada, dan lendir dari mulut orang
tidur, sekalipun berbau busuk juga menguning, selagi tidak jelas keluar dari
perut. Lendir orang yang berpenyakit selalu mengeluarkan lendir perut, maka
lendir semacam ini dima’fu, sekalipun jumlahnya banyak. Fathul Mu’in hlm 11.
b.
Najis,
apabila diyakini air liur itu berasal dari perut. Karena sudah menyerupai tinja
atau kotoran. Seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Muhadzab juz I hlm 47:
وَأَمَّا اْلقَيْءُ فَهُوَ نَجْسٌ لِحَدِيْثٍ
عَمَّارٌ وَلِأَنَّهُ طَعَامٌ اِسْتِحَالُ فِي الْجَوْفِ إِلَى النُّتْنِ وَالْفَسَادِ
فَكَانَ نَجْسًا كَالْغَائِطِ (المهذاب ج 1 ص 47)
Catatan: Ibn ‘Imaad mengatakan bahwa ada tiga pendapat
atas apa yang keluar dari mulut orang tidur. Yaitu:
1.
Suci
secara mutlak
2.
Najis
secara mutlak
3. Diperinci antara yang keluar dari perut
dan yang keluar dari mulut. Ketika kita sulit membedakan maka ada beberapa
ciri-ciri air liur yang keluar dari perut yang bisa kita ketahui diantaranya:
·
Saat
baunya berubah menjadi basin
·
Jika
warnanya kekuning-kuningan
·
Tidurnya
terlelap puas dan dalam rentang waktu yang panjang
Sedangkan ciri-ciri yang keluar dari bibir
yaitu:
·
Tidak
bau
·
Tidak
berwarna kekuning-kuningan
·
Tidak
dalam waktu lama
·
Saat
tidur posisi kepala lebih tinggi dari pada perut (diatas bantal).
Sebagimana yang diterangkan dalam kitab
I’anatut Thalibin juz 1 hlm 85-86:
وَقَدْ ذَكَرَ اِبْنُ الْعِمَادِ ثَلاَثَةُ
أَقْوَالٍ فِيْمَا سَالَ مِنْ فَمِّ النَّائِمِ وَهِيَ: قِيْلَ: إِنَّهُ طَاهِرٌمُطْلَقًا. وَقِيْلَ: إِنَّهُ نَجْسٌ مُطْلَقًا. وَالثَّالِثُ:
اَلتَّفْصِيْلُ بَيْنَ الْخَارِجِ مِنَ الْمَعِدَّةِ وَالْخَارِجِ مِنَالْفَمِّ. وَذَكَرَ أَيْضًا ثَلاَثَةُ أَقْوَالٍ فِي عَلاَمَةِ
الْخَارِجِ مِنَ الْمَعِدَّةِ أَوِ اْلفَمِّ، فَقَالَ:
وَمَنْ إِذَانَامَ سَالَاْلمَاءُ مِنْ
فَمِّهِ#مَعَ التَّغَيُّرِ نَجْسٌ فِي تَتِمَتِّهِ
قَالَ الْجُوَينِي مَا مِنْ بَطْنِهِ
نَجْسٌ#وَطَاهِرٌ مَاجَرَى مِنْ مَاءٍ لِهَوْتِهِ
وَنَص كَاف مَتَى مَا صَفْرَةٌ وَجَدَتْ#فَإِنَّهُ
قَدْ جَرَى مِنْ مَاءٍ مَعِدَّتُهُ
وَقِيْلَمَا بَطْنهإِنْ نَامَ لاَزِمُهُ#بِأَنْ
يَرَى سَائِلاً مَعَ طُوْلِ نَوْمَتِهِ
وَاْلمَاءُ مِنْ لَهْوَةٍ بِالْعَكْسِ
آيَتِهِ # مِنْبَلِهِ شَفَةٌجَفَتْ بِرِيْقَتِهِ
وَبَعْضُهُمْ إِنْ يَنَمْ وَالرَّأْسَ مُرْتَفَعٌ # عَلَى الْوِسَادِ فَذَا طَاهِرٌ كَرِيْقَتِهِ
(اعانة الطالبين ج 1 ص 85-86)
0 Response to " Hukum Air Liur"
Posting Komentar