HUKUM BERCIUMAN DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG BERPUASA

 

HUKUM BERCIUMAN DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG BERPUASA

Puasa merupakan ibadah yang menuntun manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan berpuasa manusia diharapkan untuk menjauhi segala larangan yang mengakibatkan membatalkan ibadah puasa. Pada kondisi tertentu hasrat untuk berhubungan (suami istri) terkadang tidak tertahan. Terkadang ada sebagian pasangan yang hanya melakukan hasrat tersebut dalam bentuk berciuman.

Bagaimana hukum berciuman dengan istri ketika sedang berpuasa ?

A.     Tidak boleh

Diharamkan mencium istri saat berpuasa apabila dengan syahwat dan dikhawatirkan inzal (keluar mani).

B.     Boleh

Boleh seorang suami mencium istri saat berpuasa dengan catatan tidak dengan bersyahwat.

C.      Makruh

Dimakruhkan secara mutlak menurut Imam Malik.

جَوازُ القُبْلَةِ لِلصَّائِمِ. قَالَ النَّوَوِيُّ فِي " شَرْحِهِ ": قَالَ الشّافِعيُّ والْأَصْحابُ: القُبْلَةُ فِي الصَّوْمِ عَلَى مَنْ لَمْ تُحَرِّكْ شَهْوَتَهُ، لَكِنَّ الأُولَى لَهُ تَرْكَها، وَلَا يُقَالُ: إِنَّهَا مَكْرُوهَةٌ لَهُ، وَإِنَّمَا قَالُوا: إِنَّهَا خِلافُ الأُولَى فِي حَقِّهِ......وَأَمَّا مَنْ حَرَّكَتْ شَهْوَتُهُ فَهِيَ حَرامٌ فِي حَقِّهِ عَلَى الأَصَحِّ، عِنْدَ أَصْحابِنا ، وَقِيلَ : مَكْرُوهَةٌ كَرَاهَةَ تَنْزيهٍ . قَالَ القَاضِي عِيَاضٌ: قَدْ قَالَ بِإِبَاحَتِها لِلصَّائِمِ مُطْلَقًا جَمَاعَةٌ مِنْ الصَّحابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَأَحْمَدُ، وَإِسْحاقَ، وَداوُدُ، وَكَرِهَهَا عَلَى الإِطْلَاقِ مَالِكٌ، وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ، وَأَبُو حَنِيفَةَ، والثَّوْريُّ، والْأَوْزَاعيُّ، والشَّافِعيُّ: تُكْرَهُ لِلشَّابِّ دُوْنَ الشَّيْخِ الكَبِيرِ وَهِيَ رِوايَةٌ عَنْ مَالِكٍ. وَرَوَى ابْنُ وَهْبٍ عَنْ مَالِكٍ رَحِمَهُ اللَّهُ إِباحَتَها فِي صَوْمِ النَّفَلِ دُوْنَ الفَرْضِ، وَلَا خِلَافَ أَنَّهَا لَا تَبْطُلُ الصَّوْمَ إِلَّا أَنْ يَنْزِلَ المَنيُّ بِاَلْقُبْلَةِ (قرة عين المحتاج في شرح مقدمة صحيح مسلم بن الحجاج: ج 2 ص 41(

“Kebolehan mencium istri bagi orang berpuasa. Imam Nawawi dalam kitab Syarhnya berkata: Imam Syafi’i dan Ashabnya berpendapat bahwa boleh mencium istri saat berpuasa ketika tidak menimbulkan syahwat, tetapi lebih utama ditinggalkan. Hal tersebut tidak dihukumi makruh tetapi mereka berpendapat hal tersebut adalah khilaf al-Aula......jika menimbulkan syahwat maka haram menurut Qaul Ashah madzhab syafi’i. Tetapi dikatakan juga makruh tanzih. Al-Qadhi ‘Iyadh, sebagian sahabat, dan Tabi’in, Imam Ahmad, Ishaq, dan Dawud berpendapat boleh secara mutlak. Sedangkan menurut Imam Malik Hukumnya makruh mutlak. Menurut Ibnu Abbas, Abu Hanifah, al-Tsauri , al-Auza'i, dan Imam Syafi’i hukum makruh tersebut berlaku hanya kepada pemuda bukan orang yang sudah tua. Ibnu Wahb meriwayatkan dari Imam Malik Ra. Kebolehan mencium istri saat berpuasa hanya berlaku ketika puasa sunnah bukan fardu. Tidak ada khilaf bahwa mencium istri dapat membatalkan puasa ketika menyebabkan keluar mani” (Qurrah ‘Ain al-Muhtaj fi Syarh Muqaddimah Shahih Muslim bin al-Hajjaj, 2:41).

Posting Komentar untuk "HUKUM BERCIUMAN DENGAN ISTRI KETIKA SEDANG BERPUASA"