HUKUM BERMAKMUM SHALAT FARDHU KEPADA ORANG YANG SHALAT
SUNNAH
Pada malam jum’at di masjid Darut Taqwa mengadakan serangkaian shalat sunnah sepertiga malam berjamaah. Pada saat serangkaian shalat sunnah sepertiga malam kang Ulul turut serta mengikuti shalat tersebut. Akan tetapi kang Ulul belum melaksakan shalat isya’, sehingga dia ikut berjamaah dengan niat shalat isya’. Bagaimana hukum shalat Ulul tersebut?
A. Tidak boleh
Menurut ulama’ hanafiyah, malikiyah, bermakmum
shalat fardlu kepada orang yang shalat sunnah tidak di perbolehkan.
وَقَالَتْ طَائِفَةٌ لَا يَجُوزُ نَفْلٌ
خَلْفَ فَرْضٍ وَلَا فَرْضٌ خَلْفَ نَفْلٍ وَلَا خَلْفَ فَرْضٍ آخَرَ قَالَهُ
الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَالزُّهْرِيُّ وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ
وَرَبِيعَةُ وَأَبُو قِلَابَةَ وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ مَالِكٍ: وَقَالَ
الثَّوْرِيُّ وَأَبُو حَنِيفَةَ لَا يَجُوْزُ الفَرْضُ خَلْفَ نَفْلٍ وَلَا فَرْضٍ
آخَرَ وَيَجُوزُ النَّفَلُ خَلْفَ فَرْضٍ وَرُوِيَ عَنْ مَالِكٍ مِثْلُهُ (المجموع
شرح المهذب ج 5 ص 265)
“Sedangkan ada golongan yang mengatakan tidak boleh shalat sunnah bermakmum dengan shalat fardhu atau sebaliknya dan tidak boleh shalat fardhu bermakmum dengan shalat fardhu lain seperti pendapat Hasan al-Basri, al-Zuhry, Yahya bin Sa’id al-Anshoriy, Rabi’ah dan Abu Qilabah yang diriwatkan dari malik. Sedangkan al-Tsauriy dan Abu Hanifah mengatakan : tidak boleh salat fardhu bermakmum dengan shalat sunnah dan shalat fardhu lainnya tetapi boleh shalat sunnah bermakmum dengan shalat fardhu. Pendapat yang sama diriwayatkan dari Malik.” (al-Majmu' Syarh al-Muhadzab, 5:265)
B. Boleh
Menurut ulama’ Syafi’iyah diperbolehkan orang yang
shalat fardhu bermakmum kepada orang yang shalat sunnah atau sebaliknya dengan
catatan shalatnya sama dengan gerakan shalatnya imam. Apabila gerakannya tidak
sama seperti orang shalat fardhu bermakmum kepada orang yang shalat gerhana
maka hukumnya tidak boleh.
قال المصنف رحمه الله وَيَجُوزُ أَنْ
يَأْتَمَّ الْمُفْتَرِضُ بِالْمُتَنَفِّلِ وَالْمُفْتَرِضُ بِمُفْتَرِضٍ فِي
صَلَاةٍ أُخْرَى لِمَا رَوَى جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا أَنَّ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ " كَانَ يُصَلِّي مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشَاءَ الْآخِرَةَ ثُمَّ يَأْتِي
قَوْمَهُ فِي بَنِي سَلْمَةَ فَيُصَلِّي بِهِمْ " هِيَ لَهُ تَطَوُّعٌ
وَلَهُمْ فَرِيضَةُ الْعِشَاءِ وَلِأَنَّ الِاقْتِدَاءَ يَقَعُ فِي الْأَفْعَالِ
الظَّاهِرَةِ وَذَلِكَ يَكُونُ مَعَ اخْتِلَافِ النِّيَّةِ فَأَمَّا إذَا صَلَّى
الْكُسُوفَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي الصُّبْحَ وَالصُّبْحَ خَلْفَ مَنْ يُصَلِّي
الْكُسُوفَ لَمْ يَجُزْ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُ الِائْتِمَامُ بِهِ مَعَ
اخْتِلَافِ الْأَفْعَالِ (المجموع شرح المهذب : ج 5 ص 263)
“Boleh seorang yang shalat fardhu bermakmum
kepada orang yang shalat sunnah, dan orang yang shalat fardhu bermakmum
kepada orang yang shalat fardhu dalam
shalat yang lain berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah
RA bahwa Mu’adz RA melakukan shalat Isya’ di waktu akhir bersama Rasulullah
SAW, kemudian ia mendatangi kaumnya di Bani Salmah lantas menjadi imam shalat
bersama mereka, shalat itu baginya (hukumnya) merupakan shalat sunnah,
sementara bagi mereka merupakan shalat Isya’ fardhu; di samping itu karena
bermakmum tersebut terjadi dalam perbuatan-perbuatan yang zahir, dan perkara
itu hanya berbeda niatnya. Maka ketika seseorang shalat gerhana matahari
bermakmum kepada orang yang shalat shubuh atau orang yang shalat shubuh
bermakmum kepada orang yang shalat gerhana matahari maka hukumnya tidak boleh
karena tidak dimungkinkannya bermakmum karena perbe gerakannya” (al-Majmu'
Syarh al-Muhadzab, 5:263).
Posting Komentar untuk "HUKUM BERMAKMUM SHALAT FARDHU KEPADA ORANG YANG SHALAT SUNNAH"