HUKUM JUAL BELI PERNAK PERNIK NON-MUSLIM

 

HUKUM JUAL BELI PERNAK PERNIK NON-MUSLIM

Setiap menjelang perayaan hari raya baik idul fitri, natal, imlek, dan hari raya lainnya, omset penjualan pernak pernik hari raya selalu mengalami kenaikan, seperti baju koko dan sarung menjelang idul fitri, pohon natal dan topi santa menjelang natal, amplop angpao dan lampion menjelang imlek.

Bagaimanakah hukumnya sang pengusaha muslim menjual pernak pernik non-muslim?

A.     Tidak Boleh

Jika bertujuan memuliakan atau menyemarakkan perayaan non-muslim karena keharaman menyerupai aktivitas non-muslim. 

قَالَ ابْنُ الحاجِّ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَبيعَ نَصْرَانِيًّا شَيْئًا مِنْ مَصْلَحَةِ عِيْدِهِ لَا لَحْمًا وَلَا أَدْمًا وَلَا ثَوْبًا وَلَا يُعَارُونَ شَيْئًا وَلَوْ دابَّةً إِذْ هُوَ مُعَاوَنَةٌ لَهُمْ عَلَى كُفْرِهِمْ وَعَلَى وُلاةِ الأَمْرِ مَنْعُ المُسْلِمِينَ مِنْ ذَلِك.  (الفتاوى الفقهية الكبرى: ج٤، ص ٢٣٩)

“Ibn al-Kaj berkata : tidak boleh bagi orang muslim menjual pernak-pernik hari raya umat nasrani seperti daging, lauk pauk, dan pakaian kepada umat nasrani. Tidak boleh menyewakan sesuatu kepada mereka meskipun berupa tunggangan. Karena hal tersebut termasuk menolong mereka atas kekufuranya. Wajib bagi pemerintah untuk mencegah umat muslim berbuat demikian” (al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra, 4:239).

B.     Boleh

Menurut imam Abu Hanifah Jika penjualan tersebut hanya untuk bisnis semata (mencari keuntungan) tanpa ada maksud untuk memuliakan atau menyemarakkan aktivitas non-muslim. 

وَقِيلَ هَذِهِ تَمَاثِيلُ كَانَتْ أُصِيبَتْ فِي الْغَنِيمَةِ، فَأَمَرَ مُعَاوِيَةُ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - بِبَيْعِهَا بِأَرْضِ الْهِنْدِ لِيَتَّخِذَ بِهَا الْأَسْلِحَةَ، وَالْكُرَاعَ لِلْغُزَاةِ، فَيَكُونُ دَلِيلًا لِأَبِي حَنِيفَةَ - رَحِمَهُ اللَّهُ - فِي ‌جَوَازِ ‌بَيْعِ ‌الصَّنَمِ، ‌وَالصَّلِيبِ مِمَّنْ يَعْبُدُهُ كَمَا هُوَ طَرِيقَةُ الْقِيَاسِ (المبسوط للسرخسي: ج 24، ص 46)

“dikatakan: patung-patung yang banyak ini terdapat di dalam harta ghanimah kemudian mu’awiyah Ra memerintahkan untuk menjualnya dengan ganti tanah hindi supaya ia dapat mengambil senjata, dan kuda perang. Kejadia tersebut menjadi dalil bagi Abu hanifah dalam membolehkan jual beli berhala dan salib yang digunakan untuk beribadah dan hal tersebut adalah metode qias” (al-Mabsuth li Sarkhasi, 24:46).

Posting Komentar untuk "HUKUM JUAL BELI PERNAK PERNIK NON-MUSLIM"