Hukum Sesuatu yang Terbuat dari Kotoran atau Benda Najis (Studi Kasus Biogas)
a. Boleh (dihukumi suci)
·
Menurut Syekh Abi
Abdul Mukti atau Imam Nawawi al-Bantani al-Jawi dalam kitabnya Kasyifah as-Saja
halaman 21, bahwasanya hukum biogas yang dihasilkan dari benda najis (seperti
kotoran manusia atau kotoran hewan) adalah diper-bolehkan dan dihukumi suci,
dengan alasan karena biogas adalah termasuk bukhor (istilah Arab) yang
berarti uap.
وَخَرَجَ بِدُخَانِ النَّجَاسَةِ بُخَارُهَا وَهُوَ الْمُـتَصَاعِدُ مِنْهَا لاَ بِوَاسِطَةِ نَارٍ فَهُوَ طَاهِرٌ وَمِنْهُ الرِّيْحُ الْخَارِجُ مِنَ الْكُـنُـفِ أَوْ مِنَ الدُّبُرِ فَهُوَ طَاهِرٌ فَلَوْ مَلاَأَ مِنْهُ قِرْبَةٌ وَحَمَلَهَا عَلَى ظَهْرِهِ وَصَلَّى بِهَا صَحَّتْ صَلاَتـُهُ
Tidak termasuk dalam asapnya benda najis,
yaitu uap dari benda najis yang tidak disebabkan oleh api, maka uap ini adalah
suci. Demikian halnya dengan angin yang keluar dari jamban (sapiteng) atau
kentut yang keluar dari dubur juga dihukumi suci. Bahkan seandainya qirbah
(sejenis wadah air atau susu yang terbuat dari kulit) berisi penuh dengan angin
atau uap tersebut, kemudian seseorang shalat dengan membawa qirbah tersebut di
atas punggungnya, maka shalatnya dihukumi sah. (Kasyifah as-Saja hal. 21)
·
Menurut Imam al-Bujairami, uap atau angin (biogas)
yang dihasilkan dari benda najis termasuk suci menurut qoul yang rajih
(unggul), karena angin tersebut berasal dari asap benda najis yang tidak
menggunakan perantara atau media api.
قَوْلُهُ: (طَاهِرًا) وَمِنْهُ الرِّيحُ عَلَى الرَّاجِحِ؛ لِأَنَّهُ مِنْ بُخَارِ النَّجَاسَةِ بِغَيْرِ وَاسِطَةِ نَارٍ ق ل. وَنَصَّ م ر عَلَى أَنَّ الْبُخَارَ الْخَارِجَ مِنْ الْكَنِيفِ طَاهِرٌ، وَكَذَا الرِّيحُ الْخَارِجُ مِنْ الدُّبُرِ كَالْجُشَاءِ؛ لِأَنَّهُ لَمْ يَتَحَقَّقْ أَنَّهُ مِنْ عَيْنِ النَّجَاسَةِ لِجَوَازِ أَنْ تَكُونَ الرَّائِحَةُ الْكَرِيهَةُ الْمَوْجُودَةُ فِيهِ لِمُجَاوَرَةِ النَّجَاسَةِ لَا أَنَّهُ مِنْ عَيْنِهَا
Qoul Kyai mushonnif, (suci) uap atau angin
termasuk suci menurut qoul yang rajih (unggul), karena angin tersebut berasal
dari asap benda najis yang tidak menggunakan perantara atau media api (Imam Qoffal). Dan Imam Ramli juga menegaskan bahwa asap yang keluar dari
WC atau kandang ternak itu suci, begitu juga angin yang keluar dari dubur atau
anus seperti serdawa (perut mual) karena belum tentu serdawa tersebut berasal
dari benda (ain) yang najis, dan kemung-kinan bau busuk atau menjijikkan yang
ada di dalamnya itu disebabkan karena dekatnya dengan najis bukan dari benda
najisnya. (Hasyiyah al-Bujairami ‘ala al-Khatib, juz 1, hal. 202-203)
b. Tidak boleh (tetap
dihukumi najis)
·
Menurut pendapat Syekh Sulaiman al-Jamal dalam kitab
Hasyiyah al-Jamal pada bab al-Najasat wa Izalatiha, juz 1, hal. 179, dijelaskan
sebagai berikut:
Termasuk kategori asap yaitu benda atau angin
yang dihasilkan dari pembakaran kotoran hewan hingga menjadi bara api (mowo)
yang tidak berasap, akan tetapi uap atau asap yang keluar dari proses
pembakaran kotoran tersebut dihukumi najis, karena melalui perantara api. Dan
apabila ada sesuatu yang disulutkan dari bara api ini seperti tangan anda dan
tempat tinta (tabung asap), akhirnya ada kelembaban (basah) disalah satu sisi
keduanya, sampai-sampai benda yang suci menjadi najis karenanya, maka asap yang
naik atau muncul itu hukumnya najis, bila tidak maka sebaliknya.
( قَوْلُهُ وَبُخَارُهَا كَذَلِكَ إلَخْ ) ، وَمِنْهُ مَا يَقَعُ مِنْ حَرْقِ الْجُلَّةِ حَتَّى تَصِيرَ جَمْرًا لَا دُخَانَ فِيهِ لَكِنْ يَصْعَدُ مِنْهُ بُخَارٌ فَهُوَ نَجِسٌ ؛ لِأَنَّهُ بُخَارٌ بِوَاسِطَةِ نَارٍ ، وَلَوْ أُوقِدَ مِنْ هَذَا الْجَمْرِ شَيْءٌ كَيَدِك وَدَوَاةِ دُخَانٍ ، فَإِنْ كَانَ هُنَاكَ رُطُوبَةٌ مِنْ أَحَدِ الْجَانِبَيْنِ بِحَيْثُ يَتَنَجَّسُ بِهَا الطَّاهِرُ كَانَ الدُّخَانُ الْمُتَصَاعِدُ نَجِسًا وَإِلَّا فَلَا ا هـ عَزِيزِيٌّ (حاشية الجمل على المنهاج باب النجاسة وازالتها، ج 1، ص 179)
·
Menurut ulama’ madzhab Syafi’i bahwa asap dari benda
najis bila terbakar maka ada dua pendapat:
a. Najis, karena termasuk bagian yang terurai dari najis, seperti
abu yang keluar dari suatu benda najis.
b. Tidak najis, karena asap tersebut adalah asap dari suatu benda
najis, seperti angin kentut yang keluar dari perut. Hal ini diterangkan dalam
kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, juz 2, hal. 533.
قَالَ اَلْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ
*
[وَأَمَّا دُخَانُ النَّجَاسَةِ إِذَا أَحْرَقَتْ فَفِيْهِ وَجْهَانِ اَحَدُهُمَا اَنَّهُ نَجِسٌ لِاَنَّهَا اَجْزَاءٌ مُتَحَلِّلَةٌ مِنَ النَّجَاسَةِ فَهُوَ كَالرَّمَادِ وَالثَّانِى لَيْسَ بِنَجَسٍ لِاَنَّهُ بُخَارُ نَجَاسَةِ فَهُوَ كَاْلبُخَارِ اَلَّذِىْ يَخْرُجُ مِنَ الْجَوْفِ] * (المجموع شرح المهذب، ج 2 ص 533)
0 Response to "Hukum Sesuatu yang Terbuat dari Kotoran atau Benda Najis (Studi Kasus Biogas)"
Posting Komentar