HUKUM SHALAT TAHIYATAL MASJID ATAU
SHALAT QABLIYAH JUM’AT KETIKA KHOTIB SEDANG KHUTBAH JUM’AT
Shalat tahiyatal masjid dan shalat qobliyah jum’at adalah shalat sunnah yang dilakukan untuk meraih pahala dari Allah SWT sekaligus membantu untuk menyempurnakan kekurangan pada shalat wajib, bagaimana hukum shalat sunnah shalat tahiyatal masjid atau shalat qabliyah jum’at ketika sedang khutbah jum’at?
A. Boleh melakukan shalat
Boleh melakukan shalat tahiyatal
masjid atau shalat qobliyah jum’at tetapi shalatnya dicepatkan.
(وَمَنْ دَخَلَ) لِصَلَاةِ
الْجُمْعَةِ (وَالْإِمَامُ) يَقْرَأُ (فِي الْخُطْبَةِ) الْأُوْلَى أَوِ
الثَّانِيَةِ أَوْ هُوَ جَالِسٌ بَيْنَهُمَا (يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ
خَفِيْفَتَيْنِ ثُمَّ يَجْلِسُ) لِخَبَرِ مُسْلِمٍ جَاءَ سَلِيْكُ الْغَطَفَانِي
يَوْمَ الْجُمْعَةِ ، وَالنَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ
فَجَلَسَ فَقَالَ لَهُ يَا سَلِيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجُوْزُ
فِيْهِمَا ، ثُمَّ قَالَ إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَالْإِمَامُ
يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلِيَتَجَوَّزَ فِيْهِمَا، هَذَا إِنْ صَلَّى
سُنَّةَ الْجُمْعَةِ وَإِلَّا صَلَّىهَا مُخَفَّفَةً وَحَصَلَتْ التَّحِيَّةُ
وَلَا يَزِيْدُ عَلَى رَكْعَتَيْنِ بِكُلِّ حَالٍ فَإِنْ لَمْ تَحْصُلْ تَحِيَّةُ
الْمَسْجِدِ كَأَنْ كَانَ فِي غَيْرِ الْمَسْجِدِ لَمْ يُصَلِّ شَيْئًا. (الإقناع
في حل ألفاظ أبي شجاع: ج 1، ص 185)
“Barangsiapa yang memasuki masjid untuk melaksanakan shalat juma’at sedangkan imam sedang berkhutbah baik khutbah pertama, khutbah kedua ataupun khotib saat duduk diantara dua khutbah maka seseorang tersebut hendaknya shalat 2 rakaat dengan cepat (ringan) kemudian duduk. Sesuai hadist Imam Muslim: ketika Sulaik Al-Ghotofani datang pada hari jum’at sedangkan nabi berkhutbah dan Salik langsung duduk, kemudian nabi berkata : wahai sulaik berdirilah kemudian shalatlah 2 rakaat, perkara itu boleh dilaksanakan. kemudian nabi bersabda :” apabila salah satu dari kalian datang pada hari jumat sedangkan imam berkhutbah maka shalatlah 2 rakaat, dan boleh melaksanakan shalat sunnah jum’at”. jika tidak melaksanakan shalat sunnah jum’at, maka lakukan shalat tahiyyatul masjid dan tidak boleh menambahi 2 rakaat pada waktu tersebut. Jika shalat tahiyyatul masjid itu tidak dapat dikerjakan seperti shalat di tempat selain masjid maka tidak diperkanankan untuk shalat” (al-Iqna' fi Hali alfadi Abi Syuja’, 1:185)
B. Tidak boleh melakukan shalat
Tidak boleh melakukan shalat ketika imam (khotib)
sudah duduk diatas mimbar, baik shalat qobliyah jum’at atau shalat tahiyatal
masjid.
إِذَا حَضَرَ شَخْصٌ وَالْإِمَامُ
يَخْطُبُ لَمْ يَتَخَطَّ رِقَابَ النَّاسِ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ (مَنْ تَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اِتَّخَذَ جِسْرًا
إِلَى جَهَنَّمَ) وَيُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ الإِمَامُ وَمِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ
فُرْجَةً وَلَا طَرِيقً إِلَيْهَا إِلَّا بِالتَّخَطِّي لِأَنَّهُمْ قَصَّرُوا
بِعَدَمِ سَدِّهَا ثُمَّ الْمَنْعِ مِنَ التَخَطِّي لَا يَخْتَصُّ بِحَالِ الْخُطْبَةِ بَلِ الْحُكْمُ قَبْلَهَا
كَذَلِكَ. ثُمَّ الدَّاخِلُ هَلْ يُصَلِّي التَّحِيَّةَ اِخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ
فِي ذَلِكَ فَقَالَ القَاضِي عِيَاضً قَالَ مَالِكٌ وَأَبُوْ حَنِيْفَةَ
وَالثَّوْرِيُ وَاللَّيْثُ وَجُمْهُورُ السَّلَفِ مِنَ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِينَ لَا يُصَلِّيْهِمَا وَيَرْوِى عَنْ عُمَرَ وَعُثْمَانَ وعَلِىِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَحُجَّتُهُمْ الْأَمْرُ باِلْإِنْصَاتِ وَتَأَوَّلُوْا
الْأَحَادِيْثَ الْوَارِدَةَ فِي قَضِيَّةِ سُلَيْكٍ عَلَى أَنَّهُ كَانَ
عُرْيَانًا فَأَمَرَهُ بِالْقِيَامِ لِيَرَاهُ النَّاسُ وَيَتَصَدَّقُوْا عَلَيْهِ. (كفاية الأخيار في حل
غاية الاختصار : ص 153)
“Apabila seseorang itu tiba di masjid padahal imam
sedang berkhutbah, tidak boleh melangkahi pundak para hadirin. Sebab ada sabda
Rasullah SAW: “Barangsiapa yang melangkahi leher para hadirin pada hari jum’at,
maka ia membuat jembatan menuju ke neraka jahannam”. Kecuali imam, boleh
melangkahi leher orang banyak itu imam, dan atas orang yang di depannya
terdapat tempat kosong yang mana tidak ada jalan lain untuk menuju ke tempat
itu selain dengan melangkahi leher orang-orang itu, sebab mereka telah lalai
karena tidak mau memenuhi tempat yang kosong. Selanjutnya larangan melangkahi
leher orang lain tidak khusus pada waktu khutbah, tetapi sebelum khutbah pun
berlaku hukum haram. Orang yang memasuki masjid dalam keadaan imam sedang
berkhutbah, apakah ia diperbolehkan shalat tahiyat masjid? Para Ulama berbeda
pendapat dalam masalah ini. Al-Qadhi'Iyadh mengatakan: Imam Malik, Abu Hanifah,
Sufyan As-Tsauri, Al-Laits dan Jumhur Salaf dari golongan Sahabat dan Tabi’in
mengatakan bahwa orang yang masuk masjid tidak boleh shalat tahiyat masjid.
Ketidak bolehan shalat tersebut di beritakan dari Umar, Utsman dan Ali r.a.
Hujjah mereka adalah karena ada perintah untuk inshaat (memperhatikan atau
mendengarkan dengan tenang). Dan mereka menta’wili hadits-hadits yang
berhubungan dengan Sulaik, bahwasannya Sulaik telanjang, kemudian memerintahkan
supaya berdiri agar para muslimin melihatnya dan bersedekah kepada Sulaik.”
(Kifayah al-Ahyar: 153)
Posting Komentar untuk "HUKUM SHALAT TAHIYATAL MASJID ATAU SHALAT QABLIYAH JUM’AT KETIKA KHOTIB SEDANG KHUTBAH JUM’AT"