Islam Dan Nasionalisme
A. Islam dan Dasar Negara Indonesia (Pancasila)
Berbicara dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), tentu tidak lain adalah Pancasila. Dimana Pancasila yang
mengandung nilai-nilai universal dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika”nya, itu
digali dari bumi pertiwi dan disepakati sebagai konsensus nasional untuk
menjadi dasar NKRI dan menjadi payung kehidupan bersama dalam berbagai
perbedaan. Di sisi lain, terjadinya konflik dan ketegangan di beberapa kawasan
Republik Indonesia pada era setelah reformasi membuktikan bahwa kurang
hati-hatinya negara kita dalam mengelola kemajemukan bangsa ini, dan ini kalau
kita biarkan dapat membahayakan keutuhan bangsa itu sendiri. Dengan demikian
yang menjadi tantangan bersama saat ini adalah bagaimana kita dapat mewujudkan
potensi dan simbol-simbol ke-bhineka-an dalam perspektik ketahanan
sosial-budaya tanpa mengorbankan cita-cita reformasi itu sendiri.
Namun, di sisi lain kita juga pernah
mendapatkan keterangan dari beberapa kelompok bahwa Pancasila sebagai dasar
negara itu sudah tidak relevan untuk mengatasi problem bangsa ini karena
menurut kesimpulan mereka Pancasila tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama
Islam). Siapa bilang? Itu merupakan sebuah kesimpulan yang terburu-buru, dan
sebuah pemikiran yang sangat sempit dan dangkal. Karena Pancasila sebagai dasar
Negara Indonesia sebenarnya sudahlah sangat Islami (sesuai dengan tuntunan
agama Islam). Oleh karena itu, dalam kesempatan ini santri Pondok Pesantren
Ngalah di bawah asuhan KH. Moh. Sholeh Bahruddin mengajak kepada semuanya untuk
melihat secara jernih bahwa Pancasila itu adalah payung kebersamaan. Mari kita
buktikan dan kita lihat bersama-sama, kesesuaian sila-sila atau butir-butir
yang terkandung dalam Pancasila dengan Ayat-ayat Tuhan yang termaktub di dalam
Kitab Suci-Nya yaitu al-Qur’an al-Karim.
1. Ketuhanan Yang Maha
Esa
Pada sila pertama ini mengandung ajaran
ketauhidan dalam pengertian keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana
yang tercermin dalam kitab suci al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 22, al-Baqarah ayat 163, al-Ankabut
ayat 46 sebagai berikut:
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَالَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِالآخِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مُّنْكِرَةٌ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْن (سورة النحل:22)
Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati
mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah
orang-orang yang sombong. (Qs. al-Nahl: 22).
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيم (سورة البقرة: 163)
Dan Tuhan-mu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang”. (Qs. al-Baqarah: 163)
....وَقُوْلُوْا آمَنَّا بِالَّذِيْ أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُوْنَ. (سورة
العنكبوت: 36)
.....dan katakanlah; Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan-mu
adalah satu. (Qs. al-Ankabut: 46)
2. Kemanusiaan Yang Adil
Dan Beradab
Sila kedua ini
mencerminkan nilai kemanusiaan yang menjunjung tinggi sikap adil dan beradab,
hal ini juga dianjurkan dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 90.
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (سورة
النحل: 90)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran. (Qs. al-Nahl: 90)
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini
menggambarkan sebuah kehidupan yang rukun, damai, saling berdampingan dalam
bingkai keanekaragaman bangsa-nya dengan dilandasi persatuan serta kebersamaan,
sebagaimana perintah Allah dalam surat
ali-Imron ayat 103.
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. (سورة
آل عمران: 103)
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. (Qs. Ali
‘Imron: 103)
4. Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila yang memberi
petunjuk dalam pelaksanaan kepemimpinan serta dalam mengambil sebuah keputusan
itu harus secara bijak dengan tetap berdasarkan musyawarah. Hal ini digambarkan
dalam al-Qur'an surat Shaad ayat 20 dan surat Ali ‘Imran ayat 159 sebagai
berikut:
وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ (سورة
ص: 20)
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Qs. Shaad: 20)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (سورة
آل عمران: 159)
Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (Qs. ali-Imron:
159)
5. Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia
Sila yang
menggambarkan dan mencita-citakan terwujudnya kehidupan yang adil, makmur, bagi
seluruh rakyatnya yang beraneka ragam. Hal ini juga diperintahkan dalam surat
al-Maa'idah ayat 8 dan al-Nisa’ ayat 135 sebagai berikut:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلهِ شُهَدَاء بِالْقِسْطِ وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّتَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (سورة
المآئدة: 8)
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) kerena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Qs. al-Maa’idah: 8)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلاَ تَتَّبِعُواْ الْهَوَى أَن تَعْدِلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً (سورة النساء: 135)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan. (Qs. an-Nisa’: 135)
B. Islam dan Bhinneka Tunggal Eka
Bhinneka Tunggal
Ika berarti berbeda-beda tetapi satu jua. Secara mendalam Bhinneka Tunggal Ika
memiliki makna walaupun di Indonesia sebagai negara yang multikultural, di mana
terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya
namun tetap satu kesatuan yaitu sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan
bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain sebagainya.
Namun atas
realitas bangsa yang multikultural ini pun, masih ada beberapa kelompok yang
menentang bila Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip dasar Pancasila sebagai
dasar negara republik Indonesia. Sekali lagi mereka menganggap itu tidak
Islami. Padahal keanekaragaman di muka bumi ini merupakan salah satu bukti
kekuasaan dan kebesaran Allah SWT, dan itu semua sudah menjadi ketetapannya,
serta ada hikmahnya. Dan keanekaragaman itu sudah dijelaskan dalam firman-Nya
surat al-Hujurat ayat 13 dan surat al-Baqarah ayat 213 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (سورة الحجرات: 13)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
si sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. al-Hujurat: 13)
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلاَّ الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْياً بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ لِمَا اخْتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ (سورة
البقرة: 213)
Manusia itu
adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang
kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu
setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus. (Qs. al-Baqarah: 213)
C. Pancasila Sebagai Asas Yayasan Darut Taqwa Selama-lamanya
Dalam setiap
momen pelepasan santri/murid saat wisuda baik pada lembaga pendidikan formal
(MI, MTs, MA-SMK, SMA, dan Perguruan Tinggi) dan non formal (Madrasah Diniyah: Haflah
Akhirussanah), Kiai Sholeh selalu mewariskan kepada wisudawan-wisudawati
agar tetap berepegang teguh kepada Pancasila sampai akhir hayatnya nanti.
Karena Pancasila merupakan warisan leluhur kita, yakni para pendiri bangsa, dan
telah ditetapkan sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
dijadikan pedoman bagi setiap warga negaranya dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara di bumi pertiwi ini. Untuk itu Darut Taqwa sebagai
Yayasan Pendidikan yang terletak di Dusun Pandean Desa Sengonagung Purwosari
Pasuruan akan selalu berwawasan Rahmatan lil ‘Alamin dan berasaskan Pancasila
untuk selama-lamanya.
Sebagai bentuk
komitmen dan sekaligus untuk mempertahankan dan menjaga kokohnya NKRI ini. Kiai
Sholeh Bahruddin mengeluarkan beberapa maklumat sebagai berikut:
D. MAKLUMAT
Pendiri dan Pengasuh Pondok
Pesantren Ngalah
Tentang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Negara Indonesia
terdiri dari berbagai pulau, suku, seni dan budaya, bahasa, dan agama yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakana satu kesatuan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945. Namun ada
sebagian kelompok atau golongan yang menginginkan dan melakukan upaya untuk
merubah dasar Negara Indonesia yang kita cintai ini dengan bentuk Negara Islam.
Adanya upaya dari
golongan atau kelompok yang berkeinginan untuk merubah dasar Negara Indonesia
tersebut, kami secara tegas mengambil sikap untuk tidak setuju kalau negara
Indonesia ini dijadikan Negara yang berbentuk Negara Islam. Dengan alasan:
1.
Pancasila itu sudah sesuai dengan al-Qur’an
2.
Rasulullah Saw. sendiri tidak pernah membentuk sistem
Negara Islam (baca: Piagam Madinah)
3.
Golongan atau kelompok tersebut dinilai:
a. Tidak menghargai bahkan mengkhianati para pejuang kemerde-kaan Bangsa Indonesia
b. Berusaha memecah belah rakyat Indonesia dengan merusak tatanan atau sistem Negara Indonesia bahkan berusaha menghancurkan bangunan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
c.
Akan terjadi pergeseran tatanan nilai-nilai tradisi atau
kultur Islam Ala NU.
Demikian himbauan
ini kami buat.
Ngalah, |
28 R. Akhir 1429 |
|
04 Mei 2008 |
0 Response to "Islam Dan Nasionalisme"
Posting Komentar