KATEGORI QURBAN DAN AQIQOH DENGAN HEWAN YANG CACAT

 

KATEGORI QURBAN DAN AQIQOH DENGAN HEWAN YANG CACAT

Macam macam cacatnya hewan qurban dan aqiqoh beserta hukumnya:

Kategori cacat

Hukum

Sebagian telinga terpotong

Boleh dan tidak boleh

Ekor terpotong

Tidak boleh

Sapi gila

Tidak boleh

Pincang

Tidak boleh

buta

Tidak boleh

Puting terpotong

Tidak boleh

Testis terpotong

boleh

Tanduk pecah

boleh

Bokong terpotong

Tidak boleh

Tidak punya gigi sama sekali

Tidak boleh

Sebagian gigi pecah

boleh

Teramat kurus

Tidak boleh

Sumber: Kitab kifayatul akhyar juz 2 hal. 238 cet. Hidayah Surabaya

 

 (وَأَرْبَعٌ لَا تُجْزِئُ فِي الضَّحَايَا الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوْرُهَا وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ عَرْجُهَا وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا وَالْعَجْفَاءُ الَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا مِنَ الْهُزَالِ).

يُشْتَرَطُ فِي الْأُضْحِيَّةِ سَلَامَتُهَا مِنْ عَيْبٍ يَنْقُصُ اللَّحْمَ وَيَدْخُلُ فِيهِ مَسَائِلُ مِنْهَا الْعَوْرَاءُ الَّتِي ذَهَبَتْ حَدَقَتُهَا وَكَذَا إِنْ بَقِيَتْ عَلَى الْأَصَحِّ لِاِطْلَاقِ الْخَبَرِ وَهُوَ قَوْلُهُ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَةٌ لَا تُجْزِئُ فِي الْأَضَاحِي الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ ضِلْعُهَا وَالْعَجْفَاءُ الَّتِي لَا تُنْقَى قَالَ التُّرمُذِيْ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَالنَّقْيُ الشَّحْمُ وَقِيلَ مُخُّ الْعَظْمِ وَوَجْهُ عَدَمِ  الْإِجْزَاءِ أَنَّ الَّتِي ذَهَبَتْ حَدَقَتُهَا فَاتَ مِنْهَا جُزْءُ مَأْكُولٍ مُسْتَطَابٍ وَإِنْ لَمْ تَذْهَبْ فَرْعِيُّهَا يَنْقُصُ مِنْ جَانِبِ الْعَوَرِ فَتَهْزُلُ لَوْ بَقِيَتْ

وَمِنْهَا الْعَرْجَاءُ لِلْخَبَرِ فَلَا تُجْزِئُ الْعَرْجَاءُ الَّتِي اِشْتَدَّ عَرَجُهَا بِحَيْثُ تَسْبِقُهَا الْمَاشِيَةُ إِلَى الْكَلَإِ الطَّيِّبِ وَتَتَخَلَّفُ عَنِ الْقَطِيعِ فَإِنْ كَانَ يَسِيرًا لَا يُخَلِّفُهَا عَنِ الْمَاشِيَةِ لَمْ يَضُرَّ وَلَوْ أَضْجَعَهَا لِيُضْحِيَ بِهَا وَهِي سَلِيمَةٌ فَاضْطَرَبَتْ وَانْكَسَرَتْ رِجْلُهَا أَوْ عَرَجَتْ تَحْتَ السِّكِّينِ لَمْ تُجْزِ عَلَى الْأَصَحِّ لِأَنَّهَا عَرْجَاءُ عِنْدَ الذِّبْحِ فَأَشْبَهَ مَا لَوِ اِنْكَسَرَتْ رِجْلُ شَاةٍ فَبَادَرَ إِلَى التَّضْحِيَةِ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تُجْزِئ.

وَمِنْهَا الْمَرِيضَةُ لِلْخَبَرِ فَالْمَرِيضَةُ إِنْ كَانَ مَرَضُهَا يَسِيرًا لَمْ يَمْنَعْ الْإِجْزَاءَ وَإِنْ كَانَ بَيِّنًا يَظْهَرُ بِسَبَبِهِ الْهُزَالُ وَفَسَادُ الْلَحْمِ مَنَعَ الْإِجْزَاءَ هَذَا هُوَ الْمَذْهَبُ وَفِي قَوْلٍ أَنَّ الْمَرَضَ لَا يَمْنَعُ مُطْلَقًا وَالْمَرَضُ مَحْمُوْلٌ فِي الحَدِيْثِ عَلَى الْجَرْبِ وَفِي وَجْهٍ أَنَّ الْمَرَضَ يَمْنَعُ مُطْلَقًا وَإِنْ كَانَ يَسِيرًا حَكَاهُ الْمَاوَرْدِيُّ قَوْلًا وَمِنَ الْمَرَضِ الهَيَامُ وَهُوَ شِدَّةُ الْعَطْشِ فَلَا تَرْوِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ هُوَ دَاءٌ يَأْخُذُهَا فَتَهْيَمُ فِيْ الأَرْضِ فَلَا تَرْعِى.

وَمِنْهَا الْعَجْفَاءُ لِلْخَبَرِ فَلَا تُجْزِئُ الْعَجْفَاءُ الَّتِيْ ذَهَبَ مُخُّهَا مِنْ شِدَّةِ هُزَالِهَا لِأَنَّهُ دَاءٌ مُؤْثِرٌ فِي اللَّحْمِ فَإِنْ قَلَّ أَجْزَأتْ وَضَبْطُ الْأَصْحَابِ الَّذِيْ يَضُرُّ بِأَنْ يَنْتَهِيَ إِلَى حَدٍّ تَابَاهُ نُفُوْسُ الْمُتْرِفِيْنَ فِي الرَّخَاءِ والرُّخَصِ قَالَ ابْنُ الرِّفْعَةِ يَنْبَغِي أَنْ يَكُوْنَ الْمَرْجِعُ فِي ذَلِكَ إِلَى الْعُرْفِ قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ الَّتِي ذَهَبَ مُخُّهَا إِنْ كَانَ لِمَرَضٍ ضَرَّ وَإِن كَانَ لِخِلْقَةٍ فَلَا يَضُرُّ وَمِنْهَا الْجَرَبَاءُ فَإِنْ كَثُرَ جَرْبُهَا ضَرَّ وَكَذَا إِنْ قَلَّ عَلَى الْأَصَحِّ وَنَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ أَنَّهُ دَاءٌ يُفْسِدُ اللَّحْمَ والْوَدَكَ وَاخْتَارَ الْإِمَامُ وَالْغَزالِيُّ أَنَّهُ لَا يَمْنَعُ الْإِجْزَاءَ إِلَّا الْكَثِيْرَ كَالْمَرَضِ وَكَذَا قَيَّدَهُ الرَّافِعِيُّ فِي الْمُحَرَّرِ بِالْكَثِيْرِ.

وَمِنْهَا التَّوْلَاءُ وَهِيَ الَّتِي تَدُوْرُ فِي المَرْعَى وَلَا تَرْعِى وَمِنْهَا أَيْ مِنَ الْعُيُوبِ فَقْدُ الْأَسْنَانِ فَإِنْ ذَهَبَ بَعْضُ أَسْنَانِهَا لَمْ يَضُرَّ وَإِنْ تَنَاثَرَتْ بِالْكَسْرِ أَوْ غَيْرِهِ جَمِيْعُ الْأَسْنَانِ قَالَ الإِمَامُ قَالَ الْمُحَقِّقُوْنَ يُجْزِئُ لِأَنَّهُ لَمْ يَفُتْ جُزْءُ مَأْكُوْلٍ وَأَطْلَقَ الْبَغَوِيُّ وَجَمَاعَةٌ أَنَّهَا لَا تُجْزِئُ وَصَحَّحَهُ النَّوَوِيُّ وَاحْتَجَ بِأَنَّ الحَدِيْثَ النَّهْيُ عَنِ الْمَشِيْعَةِ وَقَالَ بَعْضُهُمُ إِنْ كَانَ ذَلِكَ لِمَرَضٍ أَوْ أَثَرٍ فِي الْعُلْفِ وَنَقَصَ اللَّحْمَ فَلَا تُجْزِئُ وَإِلَّا أَجْزَأَتْ قَالَ الرَّافِعِيُّ وَهُوَ حَسَنٌ وَقَالَ الشَّافِعِيُ لَا نَحْفَظُ عَنِ النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي الْأَسْنَانِ شَيْئًا وَلَا يَجُوْزُ فِيْهَا إِلَّا وَاحِدٌ مِنْ قَوْلَيْنِ إِمَّا الْمَنْعُ لِأَنَّهُ يَضُرُّ بِاللَّحْمِ وَإِنْ قَلَّ أَوِ الْإِجْزَاءِ كَفَقْدِ الْقُرْآنِ وَاللّهُ أَعْلَمُ

(وَلَا تُجْزِئُ مَقْطُوْعَةُ الْأُذُنِ أَوِ الذَّنَبِ) لَا تُجْزِئُ مَقْطُوْعَةُ الْأُذُنِ وَكَذَا الْمَقْطُوْعُ أَكْثَرُ أُذُنِهَا بِلَا خِلَافٍ فَإِنْ كَانَ يَسِيْرًا فَفِيْهِ خِلَافٌ الْأَصَحُّ عَدَمُ الْإِجْزَاءِ لِفَوَاتِ جُزْءِ مَأْكُوْلٍ وَضَبْطُ الْإِمَامِ الْفَرْقُ بَيْنِ الْقَلِيْلِ وَالْكَثِيْرِ بِأَنَّهُ إِنْ لَاحَ مِنْ بُعْدٍ فَكَثِيْرٌ وَإِلَّا فَيَسِيْرٌ وَلَوْ قُطِعَتْ وَبَقِيَتْ مُتَدَلِّيَةً أَجْزَأَتْ عَلَى الْأَصَحِّ وَلَوْ كُوِيَتْ أَجْزَأَتْ عَلَى الْمَذْهَبِ وَقِيْلَ لَا تُجْزِئُ لِتَصَلُّبِ مَوْضِعِ الْكَيِ وَتُجْزِئُ صَغِيرَةُ الْأُذُنِ وَلَا تُجْزِئُ الَّتِي لَمْ تُخْلَقْ لَهَا أُذُنٌ عَلَى الرَّاجِح

 وَتُسَمَّى السَّكَاءَ وَتُجْزِئُ الَّتِي خُلِقَتْ بِلَا آلِيَةٍ أَوْ ضَرْعٍ فِي الْأَصَحِّ وَالْفَرْقُ أَنَّ الْأُذُنَ عُضْوٌ لَازِمٌ بِخِلَافِ الضَّرْعِ وَالْأَلِيَةِ بِدَلِيْلِ جَوَازِ التَّضْحِيَةِ بِالذَّكَرِ مِنَ الْمَعْزِ فَلَا تُجْزِئُ مَقْطُوْعَةُ الْآلِيَةِ وَالضَّرْعِ عَلَى الْأَصَحِّ لِفَوَاتِ جُزْءِ الْمَأْكُوْلِ وَكَذَا مَقْطُوْعَةُ الذَّنْبِ وَاللّهُ أَعْلَم

 قَالَ (وَيُجْزِئُ الْخَصِيُّ وَمَكْسُوْرُ الْقَرْنِ) الْخَصِيُّ هُوَ مَقْطُوْعُ الْأُنْثَيَيْنِ وَالْمَذْهَبُ أَنَّهُ يُجْزِئُ لِأَنَّ نُقْصَهُمَا سَبَبٌ لِزِيَادَةِ اللَّحْمِ وَطِيْبِهِ. (كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار: ج 2 ص 236)

(Empat macam hewan yang tidak mencukupi untuk qurban antara lain hewan yang jelas buta sebelah matanya, yang jelas pincang kakinya,yang jelas sakit badannya, dan hewan yang kurus hilang sumsumnya). Disyaratkan dalam binatang qurban agar terhindar dari cacat yang dapat mengurangi daging. Mengenai cacat ini tercakup beberapa masalah diantaranya buta sebelah mata karena hilang biji matanya. Begitu juga jika masih ada biji matanya menurut qaul yang ashah, sesuai dengan hadist yang mutlak sifatnya, yaitu sabda nabi SAW : “ Empat macam binatang yang tidak mencukupi dalam qurban, yaitu hewan yang tampak buta sebelah matanya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas tulangnya, dan hewan yang kurus yang tidak berisi. Imam turmudzi mengatakan hadist ini adalah hasan shohih. Maksud dari النقي adalah lemak dan ada yang berpendapat sumsum tulang. Alasan hewan tersebut tidak mencukupi adalah bahwa hewan yang hilang biji matanya berarti hilang bagian tubuhnya yang enak dimakanan . meskipun tidak hilang biji matanya tetapi berkurang juga dilihat dari sebab kebutaanny, karena kurus walaupun masih ada biji matanya.

Diantanya hewan pincang berdasarkan hadist. Tidak mencukupi binatang yang pincang sedemikian parah pincangnya, sehingga didahului oleh binatang ternak lain yang pergi ke padang rumput yang subur dan tertinggal dari kawanannya. Jika pincangnya sedikit yang tidak menyebabkan tertinggal oleh kawanannya maka tidak mengapa (sah). Jika hewan tersebut dibaringkan untuk disembelih binatang itu masih sehat, lalu ia meronta-ronta dan patah kakinya, atau pincang pada waktu sedang disembelih maka tidak mencukupi menurut qaul yang ashah.

Diantaranya adalah hewan yang sakit, karena adanya hadist. Jika sakitnya ringan maka tidak mencegah keabsahannya sebagai hewan qurban dan jika sakitnya jelas, sampai menyebabkannya kurus dan merusak daging maka tidak boleh digunakan untuk qurban, inilah pendapat madzhab syafi’i. Tetapi menurut pendapat yang lain sakit tidak menjadi pengghalang keabsahan sebagai hewan qurban secara mutlak. Karena sakit yang dimaksu pada hadist tersebut adalah penyakit kudis (gudik). Adapun pendapat lain  menyatakan sakit menjadi penghalang secara mutlak, meskipun ringan seperti yang dikatakan oleh al-Mawardi. Termasuk sakit adalah Hiyam yaitu sangat dahaga sehingga tidak puas minum air. Kata ahli bahasa Hawdaak adalah penyakit yang menyebabkan bingung dipadang gembalaan sehingga tidak mau makan rumput.

Diantaranya hewan kurus maka tidak mencukupi untuk qurban karena ada hadist. Tidak mecukupi hewan kurus yang kehilangan lemaknya karena sangat kurus disebabkan suatu penyakit yang mempengaruhi daging. Jika kurusnya sedikit maka mencukupi. Ulama-ulama syafi’i membuat batasan mengenai kurus yang membahayakan keabsahan hewan qurban, yaitu sedemikian rupa hingga dianngap jelek oleh orang-orang yang hidupnya mewah dan berkecukupan. Kata ibnu rif’ah seyogyanya hal itu kembali kepada kebiasaan. Sedangkan menurut al-Mawardi, adalah binatang yang hilang sumsumnya, jika kurusnya karena sakit, maka tidak mencukupi dan jika kurusnya karena bawaan dari lahir maka mencukupi. Jika banyak kudisnya maka tidak mencukupi begitu juga ketika sedikit kudisnya menurut qaul ashah. Imam syafi’i menentukan bahwa kudis adalah penyakit yang merusak daging dan lemak. Sedangkan Imam Haramain dan Imam Ghazali memilih pendapat bahwa penyakit kudis tidak menghalangi untuk dijadikan qurban kecuali, kecuali kudisnya banyak sama seperti pendapat Imam Rafi’i di dalam kitab Muharrar.

Termasuk cacat juga adalah taulak yaitu berputar-putar di tempat gembala dan tidak mau makan rumput. Termasuk cacat juga adalah hewan yang tidak ada giginya, jika hilangnya cuma sebagian maka diperbolehkan. Jika semua giginya merata sebab pecah atau lainnya menurut imam haramain mencukupi karena tidak berkurang bagian yang dapat dimakan. Sedangkan menurut Imam Baghawi dan golongan ulama mengatakan bahwa yang demikian mutlak tidak mencukupi dan dibenarkan oleh Imam Nawawi dengan memberikan Hujjah bahwa dalam Hadis itu terdapat larangan Musyi'ah yakni binatang yang tidak bergigi. Sebagian mereka  berkata, kalau gigi-gigi binatang itu patah karena sakit atau pengaruh makanan dan dagingnya berkurang maka tidak mencukupi, jika bukan karena tersebut maka mencukupi, kata Imam Rafi’i pendapat tersebut baik. Sedangkan menurut imam syafi’i aku tidak menghafal sesuatu dari nabi SAW mengenai gigi sedikit pun, dan mengenai gigi tidak boleh dipegang kecuali salah satu dua qaul, tidak mencukupi karena membahayakan daging meskipun sedikit atau mencukupi seperti hilangnya tanduk. WAllahu a’lam.

(dan tidak mencukupi, binatang yang putus telinga atau ekornya). Binatang untuk qurban yang tidak mencukupi adalah binatang yang putus telinganya atau kebanyakan dari telinganya semua ulama sepakat akan hal itu. Tetapi jika yang terputus sedikit para ulama berbeda pendapat menurut qaul ashah tidak mencukupi karena hilangnya bagian yang dimakan, Imam Haramain menjelaskan perbedaan sedikit dan banyak, yaitu kalau telinga yang terpotong itu tampak nyata dari jarak jauh maka tergolong banyak dan jika tidak tampak dari jarak jauh maka maka tergolong sedikit, dan kalau telinga yang terpotong itu masih tetap tergantung di situ maka mencukupi, menurut qaul ashah. Kalau kulit telinga binatang qurban terselar dapat mencukupi, menurut madzhab. Dan ada yang mengakatakan tidak mencukupi kalau tempat yang hangus karena terselar itu menjadi keras. Dan mencukupi binatang yang telinganya kecil. Dan tidak mencukupi binatang korban yang diciptakan tidak bertelinga, menurut qaul yang rajih, dan kemudian binatang tersebut disakkak. Mencukupi, binatang yang diciptakan tidak mempunyai buntut atau tetek, menurut qaul yang ashah. Perbedaanya bahwa telinga adalah anggota tubuh binatang yang tetap, berbeda dengan tetek dan buntut dengan alasan boleh berkorban dengan kambing jantan, tetapi tidak mencukupi dengan binatang yang dipotong buntut dan tetek, menurut qaul yang ashah, karena terluputnya sebagian anggota yang boleh dimakan. Demikian juga yang dipotong ekornya. WAllahu a’lam.

(Dan mencukupi berkorban dengan binatang yang dikebiri (khashi) dan pecah tanduk). Khashi adalah binatang yang dipotong kedua pelirnya, dan menurut madzhab, khashi mencukupi karena kekuranganya merupakan sebab bertambahnya daging dan enaknya” (Kitab kifayatul akhyar, 2:238).

Posting Komentar untuk "KATEGORI QURBAN DAN AQIQOH DENGAN HEWAN YANG CACAT"