SIKAP MAKMUM KETIKA IMAM MENAMBAH JUMLAH RAKAAT KARENA LUPA
Kang Amin
adalah orang yang rajin berjamaah di masjid. Pada suatu hari ketika ia
berjamaah shalat isya’ yang menjadi imam adalah orang sepuh sehingga
pendengarannya kurang normal. Akhirnya ketika sampai raka’at keempat si imam
tidak tasyahud akhir melainkan tetap lanjut rakaat kelima, ketika di ingatkan
makmum ia kurang mendengar akhirnya ia terus menambah rakaat kelima karena ia
yakin yang ia tambah adalah raka’at ke empat.
Bagaimanakah sikap makmum ketika imam menambah raka’at kelima meskipun telah di ingatkan?
- Jika imam salah atau lupa dengan menambah rakaat, maka sikap makmum muwafiq atau makmum masbuq:
- Tidak boleh mengikuti imam (menurut pendapat yang mu’tamad), makmum menunggu imam pada tasyahud akhir kemudian salam bersama imam. Apabila mengikuti imam maka shalatnya batal bagi makmum yang mengetahui bahwa imam menambah rakaat shalat.
- Boleh memilih Mufaraqah (memisahkan diri dari jama’ah dan memilih melanjutkan
sendiri) dan langsung salam.
C. Jika makmum tersebut tidak mengetahui bahwa
imam salah atau lupa dan tetap mengikuti imam karena makmum adalah makmum
masbuq, maka tetap sah dan terhitung 1 rakaat untuk makmum Karena dianggap udzur. Sedangkan imam tidak
terhitung 1 raka’at.
فَرْعٌ لَوْ قَامَ إِمامُهُ لِزِيَادَةٍ
كَخَامِسَةٍ وَلَوْ سَهْوًا لَمْ يَجُزْ لَهُ مُتابَعَتُهُ وَلَوْ مَسْبُوقًا أَوْ
شاكًا فِي رَكْعَةٍ بَلْ يُفارِقُهُ وَيُسَلِّمُ أَوْ يَنْتَظِرُهُ عَلَى
المُعْتَمَدِ
(فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين: ص189(
“(hukum cabang) apabila seorang imam berdiri untuk
menambah rakaat ke lima meskipun dalam keadaan lupa, maka bagi makmum tidak
boleh mengikuti gerakan imam, meskipun ia makmum masbuq atau makmum yang ragu
atas rakaat tetapi ia harus mufaraqah (pisah dari jama’ah) kemudian salam atau
menunggu imam dan salam bersama imam menurut pendapat yang mu’tamad (pendapat
yang dibuat sandaran dalam berpendapat)” (Fath al-Mu'in bi Syarh Qurrah al-`Ain: 189).
(قَوْلُهُ: لَمْ يَجُزْ
لَهُ مُتابَعَتُهُ) أَيْ لَمْ يَجُزْ لِلْمَأْمُومِ أَنْ يُتَابِعَهُ فِي
الرَّكْعَةِ اَلزّائِدَةِ، فَإِنْ تابَعَهُ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ لِتَلَاعُبِهِ، وَمَحَلُّهُ إِنْ كَانَ
المَأْمُومُ عالِمًا بِالزِّيَادَةِ ، فَإِنْ كَانَ جَاهِلًا بِهَا وَتَابَعَهُ
فِيهَا لَمْ تَبْطُلْ صَلاتَهُ ، وَحُسِبَتْ لَهُ تِلْكَ الرَّكْعَةُ إِذَا كَانَ
مَسْبوقًا لِعُذْرِهِ ، وَإِنْ لَمْ تُحْسَبْ لِلْإِمَامِ )إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين :ج 2, ص 50(
“maksud dari makmum tidak boleh mengikuti imam
adalah makmum tidak boleh mengikuti imam pada raka’at tambahan. Jika makmum
mengikuti maka batal shalatnya . Hukum batal tersebut apabila seorang makmum
mengetahui tambahan rakaatnya imam. Jika makmum tidak mengetahui tambahan
rakaat itu kemudian dia mengikuti imam maka shalatnya tidak batal dan rakaat
tambahan tersebut terhitung 1 jika makmum adalah makmum masbuq karena udzur.
Tetapi untuk imam tidak terhitung 1 rakaat.” (I’anah al-Thalibin, 2:50)
(قَوْلُهُ: بَلْ
يُفَارِقُهُ) أَي يَنْوِي الْمُفَارَقَةَ (وَقَوْلُهُ: وَيُسَلِّمُ) أَي بَعْدَ
أَنْ يَتَشَهَّدَ. وَمَحَلُّ هَذَا إِذَا لَمْ يَكْنِ مَسْبُوقًا.أَوْ شَاكَا فِي
الرَّكْعَةِ رَكْعَةً، فَإِنَّ كَانَ كَذَلِكَ: قَامَ بَعْدَ نِيَّتِهِ
الْمُفَارَقَةَ لِلْإِتْيَانِ بِمَا عَلَيْهِ، كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ )إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين :ج 2, ص 50(
“(Perkataan Mushonnif: Sebaliknya, ia harus
mufaraqah) artinya ia berniat untuk mufaraqah dengan imam, perkataannya:
kemudian ia salam) artinya setelah ia membaca tasyahud akhir. hukum ini berlaku jika makmum adalah makmum
masbuq, atau makmum yang ragu pada raka’at tambahan maka jika seperti itu: maka
ia bangkit setelah niat mufaraqah untuk melaksanakan perkara yang menimpanya” (I’anah al-Thalibin,
2:50).
(قَوْلُهُ: أَوْ
يَنْتَظِرُهُ) أي أَوْ يَنْتَظِرُ الْإمَامُ فِي التَّشَهُّدِ. (قَوْلُهُ: عَلَى
الْمُعْتَمَدِ) مُتَعَلِّقٌ بِيَنْتَظِرُ.
وَمُقَابِلُهُ يَقُولُ: لَا يَجُوزُ لَهُ الْاِنْتِظَارُ، كَمَا نَصَّ عَلَيْهِ
اِبْنُ حَجَرٍ فِي فَتَاوِيْهِ )إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين
:ج 2, ص 50(
“(Perkataan Mushonnif: atau menunggunya) berarti menunggu
imam di tasyahhud akhir. (perkataan mushonnif: menurut qaul mu’tamad)
berkaiatan dengan lafadz يَنْتَظِرُ Pendapat yang lain
mengatakan : Tidak boleh menunggu imam, seperti yang dinash oleh Ibn Hajar
dalam fatwanya” (I’anah al-Thalibin, 2:50).
Posting Komentar untuk "SIKAP MAKMUM KETIKA IMAM MENAMBAH JUMLAH RAKAAT KARENA LUPA"