SYARAT-SYARAT DAN CARA RUJU’ DALAM TALAQ RAJ’I (TALAK 1 DAN 2) DAN TALAK BA’IN (TALAK 3)

 

SYARAT-SYARAT DAN CARA RUJU’ DALAM TALAQ RAJ’I (TALAK 1 DAN 2) DAN TALAK BA’IN (TALAK 3)

Adapun syarat-syarat dan cara seseorang melakukan ruju’ antara lain:

1.      suami yang melakukan rujuk harus orang yang sah melakukan pernikahan. Seperti baligh, berakal sehat, dan memiliki kemauan sendiri. Artinya, tidak sah rujuk dilakukan oleh anak kecil, orang gila, dan orang murtad. Berbeda dengan laki-laki yang sedang ihram atau mabuk, walaupun disengaja, maka keduanya tetap sah melakukan rujuk.  

وَشَرْطُ الْمُرْتَجِعُ إِنْ لَمْ يَكُنْ مُحَرَّمًا أَهْلِيَّةُ النِّكَاحِ بِنَفْسِهِ؛ وَحِيْنَئِذٍ فَتَصِحُّ رَجْعَةُ السَّكْرَانِ، لَا رَجْعَةَ الْمُرْتَدِّ، وَلَا رَجْعَةَ الصَّبِيِّ وَالْمَجْنُوْنِ؛ لِأَنَّ كُلًّا مِنْهُمْ غَيْرُ أَهْلٍ لِلنِّكَاحِ بِنَفْسَهِ، بِخِلَافِ السَّفِيْهِ وَالْعَبْدِ فَرَجْعَتُهُمَا صَحِيْحَةٌ مِنْ غَيْرِ إِذْنِ الْوَلِيْ وَالسَّيِّدِ وَإِنْ تَوَقَّفَ اِبْتِدَاءُ نِكَاحُهُمَا عَلَى إِذْنِ الْوَلِيِّ وَالْسَيِّدِ (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار ص 48)

Syarat al murtaji’, jika ia tidak dalam keadaan ihram, adalah orang yang sah melakukan akad nikah sendiri. Kalau demikian maka ruju’nya orang yang mabuk hukumnya sah. Tidak sah ruju’nya orang murtad, anak kecil dan orang gila. Karena sesungguhnya masing-masing dari mereka bukan orang yang sah melakukan akad nikah sendiri. Berbeda dengan orang yang safih dan budak. Maka ruju’ yang dilakukan keduanya sah tanpa ada izin dari wali dan majikan. Walaupun awal pernikahan keduanya membutuhkan / tergantung pada izin wali dan majikannya (Fath al-Qarib, 48).

2.      istri yang dirujuk masih dalam masa iddah dari Talaq raj‘i—yakni Talaq satu atau Talaq dua—bukan dari Talaq ba’in. Sehingga, tidak sah rujuk setelah habis masa iddah. Jika ‘iddah wanita yang tertalak raj’i telah selesai, maka bagi sang suami cara ruju’nya dengan akad nikah yang baru.

(وَإِذَا طَلَّقَ) شَخْصٌ (اِمْرَأَتَهُ وَاحِدَةً أَوِ اثْنَتَيْنِ فَلَهُ) بِغَيْرِ إِذْنِهَا (مُرَاجَعَتُهَا مَالَمْ تَنقَضِ عِدَّتُهَا) .... (فَإِنِ انْقَضَتْ عِدَّتُهَا) أَيِ الرَّجْعِيَّةِ (حَلَّ لَهُ) أَيْ زَوْجِهَا (نِكَاحُهَا بِعَقْدٍ جَدِيْدٍ، وَتَكُوْنُ مَعَهُ) بَعْدَ الْعَقْدِ (عَلَى مَا بَقِيَ مِنَ الطَّلَاقِ)، سَوَاءٌ اِتَّصَلَتْ بِزَوْجِ غَيْرِهِ أَمْ لَا (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار ص 48)

Ketika seseorang mentalak istrinya satu atau dua kali, maka bagi dia diperkenankan ruju’ tanpa seizin sang istri selama masa ‘iddahnya belum habis .... Jika ‘iddah wanita yang tertalak raj’i telah selesai, maka bagi sang suami halal menikahinya dengan akad nikah yang baru. Dan setelah akad nikah yang baru tersebut, maka sang istri hidup bersama suaminya dengan memiliki hak talak yang masih tersisa. Baik wanita tersebut sempat menikah dengan laki-laki lain ataupun tidak. (Fath al-Qarib, 48).

3.      ungkapan yang dipergunakan untuk rujuk bisa ungkapan sharih (jelas). Contoh: رَجَعْتُكِ (aku meruju’mu) atau ungkapan kinayah. Contoh : تزَوَّجْتُكِ (aku menikahimu).

وَتَحْصُلُ الرَجْعَةُ مِنَ النَّاطِقِ بِأَلْفَاظٍ، مِنْهَا «رَاجَعْتُكِ» وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهَا. وَالْأَصَحِّ أَنَّ قَوْلَ الْمُرْتَجِعِ: «رَدَدْتُكِ لِنِكَاحِيْ، وَأَمْسَكْتُكِ عَلَيْهِ» صَرِيْحَانِ فِي الرَّجْعَةِ. وَأَنَّ قَوْلَهُ: «تَزَوَّجْتُكِ أَوْ نَكَحْتُكِ» كِنَايَتَانِ (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب = القول المختار في شرح غاية الاختصار ص 48)

Ruju’ yang dilakukan oleh orang yang bisa bicara sudah bisa hasil dengan menggunakan kata-kata, di antaranya adalah رَاجَعْتُكِ “(aku meruju’mu)” dan lafadz lafadz yang ditasrif dari lafadz “raj’ah.”Menurut pendapat al ashah sesungguhnya ucapan al murtaji’ (suami yang ruju’),”aku mengembalikanmu pada nikahku” dan, “aku menahanmu pada nikahku” adalah dua bentuk kalimat ruju’ yang sharih. menurut al ashah- Sesungguhnya ucapan al murtaji’, “aku menikahimu”, atau, “aku menikahimu” adalah dua bentuk kalimat ruju’ yang kinayah (Fath al-Qarib, 48).

4.      jika Talaq yang dijatuhkan adalah Talaq tiga atau Talaq ba’in. Walaupun masa iddah belum habis, maka sang suami tidak bisa langsung rujuk atau menikah dengannya kecuali setelah terpenuhi lima persyaratan, yaitu:

 * istri sudah habis masa iddahnya darinya.

 * istri harus dinikah lebih dulu oleh laki-laki lain (muhallil).

  * istri pernah bersenggama dan muhallil benar-benar penetrasi kepadanya.

istri sudah berstatus Talaq ba’in dari muhallil.

*  masa iddah si istri dari muhallil telah habis

jika semua syarat tersebut telah terpenuhi maka bagi suami boleh rujuk dengan istri yang tertalak ba’in (talak 3) dengan akad nikah yang baru.

‌(فَإِنْ ‌طَلَّقَهَا) زَوْجُهَا (ثَلَاثًا) إِنْ كَانَ حُرًّا، أَوْ طَلْقَتَيْنِ إِنْ كَانَ عَبْدًا قَبْلَ الدُّخُوْلِ أَوْ بَعْدَهُ (لَمْ تَحِلَّ لَهُ إِلَّا بَعْدَ وُجُوْدِ خَمْسِ شَرَائِطَ): أَحَدُهَا (انْقِضَاءُ عِدَّتِهَا مِنْهُ) أَيْ الْمُطَلِّقِ. (وَ) الثَّانِي (تَزْوِيْجُهَا بِغَيْرِهِ) تَزْوِيْجًا صَحِيْحًا. (وَ) الثَّالِثُ (دُخُوْلُهُ) أَيْ الْغَيْرِ (بِهَا، وَإِصَابَتُهَا) بِأَنْ يُوْلِجَ حَشَفَتَهُ أَوْ قَدْرَهَا مِنْ مَقْطُوْعِهَا بِقُبُلِ الْمَرْأَةِ، لَا بِدُبُرِهَا بِشَرْطِ الْاِنْتِشَارِ فِي الذَّكَرِ، وَكَوْنِ المُوْلِجِ مِمَّنْ يُمْكِنُ جِمَاعُهُ، لَا طِفْلَا. (وَ) الرَّابِعُ (بَيْنُوْنَتُهَا مِنْهُ) أَيِ الْغَيْرِ. (وَ) الْخَامِسُ (انْقِضَاءُ عِدَّتِهَا مِنْهُ) (فتح القريب:ص:33)

Jika sang suami telah menalaknya dengan Talaq tiga, maka tidak boleh baginya (rujuk/nikah) kecuali setelah ada lima syarat: (1) sang istri sudah habis masa iddahnya darinya, (2) sang istri harus dinikah lebih dulu oleh laki-laki lain (muhallil), (3) si istri pernah bersenggama dan muhallil benar-benar penetrasi kepadanya, (4) si istri sudah berstatus Talaq ba’in dari muhallil, (5) masa iddah si istri dari muhallil telah habis (Fath al-Qarib, 33).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SYARAT-SYARAT DAN CARA RUJU’ DALAM TALAQ RAJ’I (TALAK 1 DAN 2) DAN TALAK BA’IN (TALAK 3)"

Posting Komentar